Share

Bagian 16

"Sudah matang, Mak," ucap Safwan. Ia menunjukkan dua ekor besar ikan gabus dalam jepitan panggang yang masih mengebul asap. Aroma lezat menguar.

"Alhamdulillah. Makan sekarang apa nanti? Sebentar lagi azan isya," tanya Mak Yati sambil menyambut ikan di tangan Safwan.

"Sekarang saja, Mak. 'Kan belum azan. Lagi pula kata Rasulullah, tidak ada salat jika makanan sudah siap," sahut Safwan sambil terkekeh. Untuk hadist yang satu ini, dia sudah hapal sejak kecil.

"Ya, sudah. Mak siapkan."

"Ya, Mak. Saya ke kamar Arlina dulu."

"Iya. Pergilah."

Keduanya sama-sama beranjak, tetapi menuju arah berbeda. Mak Yati ke dapur, Safwan ke kamar Arlina.

Laki-laki itu mendorong pelan pintu kamar yang terbuat dari bahan triplek itu. Rumah sederhana Mak Yati sudah cukup tua. Dibangun ketika dia masih muda, kenangan terindah bersama almarhum sang suami.

Arni sudah lama mengajak Mak Yati untuk tinggal bersama, tetapi beliau enggan. Terlalu banyak kenangan di rumah ini yang ingin terus Mak Yati ingat.

"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status