Share

Terpaksa

last update Last Updated: 2024-10-19 20:25:31

Lewat tengah malam, Bara berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah. Kedua mata Bara terasa berat dan kepalanya pun sangat pening. Dia melangkah melintasi ruang tengah yang sangat sepi karena semua penghuni rumah sudah terlelap.

Lalu sekuat tenaga Bara memaksakan dirinya menaiki anak tangga menuju kamar. Dengan satu dobrakan yang keras, Bara membuka pintu yang berhasil membuat Alisha terbangun dari tidurnya.

Wanita itu menyibakkan selimut dengan wajah yang masih setengah mengantuk. Dia mengamati kondisi Bara yang berjalan sambil melepas jas.

"Mas, kamu dari mana aja? Papa sama Mama udah pulang dari pesta sejak satu jam yang lalu. Kamu pergi kemana dulu, Mas? Aku nungguin kamu dari tadi," Alisha bertanya penuh kecemasan.

"Bukan urusan kamu. Sekarang, minggir! Seperti biasa kamu tidur di karpet."

Tanpa ada penolakan Alisha bangkit berdiri untuk mempersilahkan sang suami tidur di ranjang ukuran king size seorang diri.

Kemudian, Bara pun merebahkan diri tanpa sempat mengganti pakaiannya. Tampak jelas jika Bara udah sangat lelah, sehingga tak butuh waktu lama dia tertidur begitu wajahnya menyentuh bantal.

Melihat sang suami tidur dengan sangat pulas, Alisha berjalan memutar ranjang untuk melepaskan sepatu beserta kaos kaki Bara. Tak lupa dia juga menarik selimut hingga menutupi seluruh badan.

Sejenak, Alisha menatap wajah Bara yang telah tenang dibuai alam mimpi. Lalu ujung jemari Alisha menyentuh penuh lembut pada rambut yang menghalangi dahi Bara.

"Udah tiga tahun kita menikah, Mas. Kamu masih belum juga membuka hati buat aku," gumam Alisha pelan. Dia menarik nafas panjang lalu melanjutkan perkataannya, "Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku akan selalu menunggu cinta darimu, Mas Bara."

Satu kecupan Alisha layangkan tepat di pipi kiri Bara. Lantas dia pun mengambil bantal dan selimut untuk tidur di atas karpet.

Malam berganti pagi, suara alarm berdering nyaring yang menjadikan Alisha langsung membuka mata. Dia bangkit dari karpet bulu tempat dia tidur setiap malam lalu mulai sibuk mempersiapkan pakaian untuk Bara bekerja.

Tak lama, Bara pun ikut terbangun. Dia segera menuju kamar mandi, bersiap untuk bekerja.

Selama Bara dan Alisha berada di dalam kamar, sama sekali tak ada satu pun sapaan apalagi percakapan. Mereka berdua sudah mulai terbiasa akan kondisi yang saling acuh setelah menjalaninya selama tiga tahun.

Namun, kali ini Alisha mencoba memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang dia pendam sejak semalam. Dia mulai mendekat pada Bara yang sedang merapikan dasi.

"Mas."

"Hm," sahut Bara tanpa menoleh pada Alisha.

"Hari ini kamu sibuk, nggak? Kita ke rumah sakit yuk!"

"Kenapa? Kamu sakit? Panggil aja dokter ke rumah. Nggak perlu minta aku buat nganterin kamu. Nggak usah manja, deh."

Seketika ucapan Bara itu membuat Alisha menggigit bibir bawah. Meski merasakan perih di hati, sebisa mungkin Alisha tetap menunjukan senyum manisnya.

"Bukan, Mas. Bukan aku yang sakit. Tapi aku pengin kita mulai ikut program kehamilan. Gimana, Mas?" Alisha meraih lengan Bara dan menyandarkan kepala di bahu yang tegap itu. "Papa sudah pengin banget punya cucu lho, Mas."

"Ck, apaan sih? Progam kehamilan?" Sinis Bara sambil melepaskan ikatan tangan Alisha. "Buang-buang waktu aja!"

Tak ingin mendengarkan Alisha yang mulai berbicara tentang kehamilan, Bara pun sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Dia segera meraih tas kantor dan berjalan menuju halaman depan.

Dia mengabaikan seruan Alisha yang terus memanggilnya untuk sarapan sejenak. Tepat saat dia sampai di halaman depan, sebuah mobil hitam baru saja melewati gerbang.

Dengan senyum sumringah, asisten baru Bara yang bernama Bobi keluar dari mobil dan membungkukan badan memberi hormat.

"Selamat pagi, Bos."

"Ayo, cepat! Kita berangkat sekarang," ucap Bara seraya membuka pintu mobil hendak masuk ke dalam.

"Ngapain buru-buru sih, Bos. Hari ini agenda kita santai, Bos."

Seketika Bara melayangkan mata melotot dan raut menahan marah pada Bobi yang masih bisa tersenyum. Alhasil, Bara pun berteriak membentak, "Cepet! Nggak usah cengengesan kayak gitu!"

Akibat sikap Bobi yang lelet dalam menanggapi perintah, Alisha pun dapat menyusul ke halaman depan sambil membawa sekotak makanan. Dia menahan mobil yang ditumpangi Bara, lalu membungkukan badan di samping jendela mobil.

"Mas, kalau nggak sempet sarapan, ini aku bekelin makanan. Nanti di kantor, dimakan ya!"

Alisha menyodorkan kotak makanan berwarna hijau pada Bara. Namun, suaminya itu hanya melirik sekilas tanpa ada minat sedikit pun.

"Aku juga udah sediain multivitamin buat kamu, Mas. Supaya kamu nggak gampang sakit."

Bara masih terdiam membisu. Menatap penuh kebencian pada Alisha yang masih menggenggam kotak makan.

Sementara itu, Bobi yang belum mengerti akan ketidakharmonisan antara Alisha dan Bara hanya bisa menatap bergantian. Lalu dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lalu tiba-tiba...

Plak.

Bara memukul tangan Alisha yang seketika membuat kotak makan jatuh dan isinya pun berceceran di lantai batu.

Baik Alisha dan Bobi membuka mulut sama-sama terkejut dengan tindakan spontan Bara itu. Apalagi Bobi yang semakin bingung dengan bos barunya.

"Nggak usah bikin bekel kayak gitu lagi! Norak! Aku bukan anak kecil!" Bara melempar pandangan pada Bobi yang duduk di kursi pengemudi. "Bobi, cepat jalan!"

Dengan gelagapan, Bobi menyalakan mesin mobil. Sedangkan Bara langsung menaikan kaca mobil, berusaha mengabaikan Alisha yang masih setia berdiri menatapnya dengan sorot mata yang layu.

Sepanjang jalan, Bobi sesekali melirik pada Bara untuk memastikan jika amarah bosnya sudah agak reda. Setelah melihat raut muka Bara yang sudah tenang, Bobi pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Bos, maaf sebelumnya," kata Bobi sedikit melirik pada Bara yang duduk di sampingnya. "Kok Bos bisa sekasar itu sama istri Bos sendiri? Apa Bos nggak takut gimana reaksi ayah mertua kalau tahu anaknya diperlakukan seperti tadi?"

Sejenak Bara terdiam. Lalu dia berdecih seraya menyeringai. Dia melemparkan pandangan keluar jendela dan berkata, "Ayah mertuaku nggak akan bisa berbuat apa-apa. Dia sudah terkubur di dalam tanah."

"Tapi, kalau Bos nggak cinta sama Bu Alisha, kenapa nggak cerai aja dengan cara baik-baik?"

Bara menghela nafas, "Nggak semudah itu, Bobi."

Kemudian pandangan mata Bara perlahan kosong. Pikirannya melayang akan kejadian tiga tahun yang lalu, ketika Heru tiba-tiba saja memintanya untuk menikahi Alisha yang pada saat itu baru saja kehilangan kedua orang tua.

Ketika itu, Bara yang tak tahu apa-apa diminta oleh Heru untuk menemaninya ke rumah sakit menengok salah seorang sahabat yang baru saja mengalami kecelakaan. Sesampainya di rumah sakit, Bara melihat Alisha tengah duduk di bangku lorong sambil menangis. Dan itulah pertemuan pertama Bara dengan Alisha.

Di detik-detik akhir hidupnya, ayah Alisha menitipkan Alisha pada Heru. Dari situlah tercetus ide di benak Heru untuk menikahkan Bara dengan Alisha. Agar Alisha menjadi bagian keluarga Heru.

"Padahal Bu Alisha itu cantik lho, Bos. Kenapa Bos nggak belajar untuk menerima Bu Alisha aja? Kalau kata Mbok saya, belajar legowo gitu."

"Ck, nggak usah sok guruin saya! Dan nggak usah banyak tanya!" Sentak Bara yang mulai merasa tak nyaman dengan arah pembicaraannya dengan Bobi. " Mau kamu dipecat sekarang juga?"

"Enggak, Bos. Enggak," Bobi seketika gelagapan, takut akan sorot mata Bara yang kini menatap tajam padanya. "Maaf, Bos. Saya cuma ngasih saran aja, Bos. Kalau Bos nggak suka sama saran saya, ya udah lupain aja."

Bobi menelan saliva sambil menatap lurus ke arah jalanan. Mendadak keringat dingin membasahi dahinya bersamaan dengan detak jantung yang berdebar kencang.

Sedangkan Bara hanya menyeringai melirik sinis pada sang asisten baru yang sepertinya akan menguras kesabarannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Pertemuan

    "Na, Bintang mana?" tanya Andrew begitu sampai di pintu restoran dan bertemu dengan Gina yang membawa nampan berisi makanan.Gina mengalihkan pandangan ke meja di mana terakhir kali dia melihat Bintang duduk di sana. Namun, mendadak wajah Gina berubah pucat kala mendapati Bintang tak ada."Lho, tadi dia lagi duduk di situ. Aku suruh tunggu kenapa nggak ada?" Kemudian Gina memutar kepalanya mencari sosok Bintang. "Bintang? Bintang?"Andrew bersigap mencari Bintang ke segala penjuru restoran hingga ke toilet. Menanyai ke beberapa karyawan dan ternyata tak ada satupun yang melihat Bintang.Begitu pula dengan Gina yang bertanya kepada pengunjung restoran yang duduk di meja tak jauh dari tempat duduk Bintang sebelumnya."Permisi, Bu. Apa ibu lihat anak di foto ini? Tadi dia lagi duduk di sebelah sana," Gina menunjukan foto Bintang yang tersimpan di ponselnya kepada seorang wanita paruh baya.Wanita itu melirik Gina sesaat lalu berkata, "Tadi aku lihat dia lari lihat barongsai di seberang j

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kedatangan Bintang

    Rumah megah itu berdiri kokoh di tengah kawasan elit. Sinar matahari pagi menari-nari di antara dedaunan hijau yang mengelilingi rumah. Andrew melangkah masuk membawa tangan kecil milik Bintang. Anak itu menatap kagum sekelilin. Mata bulatnya berbinar melihat interior rumah yang mewah."Bu, lihat siapa yang sudah datang?" seru Andrew sambil menggendong Bintang.Anne, sang ibu, keluar dari dapur. Wajahnya merekah dalam senyuman hangat saat melihat Bintang. "Hai, Bintang! Kamu anaknya Icha, kan? Ayo sini, tante peluk."Bintang sedikit malu-malu, tapi ia membalas pelukan Anne dengan erat. Anne menggendong Bintang dan mengajaknya berkeliling rumah. "Ini kamar tamu, nanti Bintang bakal tidur di sini... dan ini taman belakang, kita bisa main ayunan di sini, yuk."Bintang mengangguk semakin bersemangat. Ia turun dari gendongan Anne dan naik ke atas ayunan yang didorong pelan oleh Andrew.Melihat ada kupu-kupu, Bintang berlari kecil mengejar kupu-kupu itu yang hinggap di bunga. Lalu Anne ters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Alasan Andrew

    Lima tahun kemudian.Matahari bersinar cerah menerpa wajah Gina dan Andrew saat mereka melangkah masuk ke halaman Panti Asuhan Kasih Ibu. Selama lima tahun terakhir, Gina dan Alisha tetap menjalin persahabatan yang erat, meskipun jarak memisahkan mereka.Setiap tahun, Gina pasti menyempatkan waktu untuk menjenguk Alisha. Terlebih sekarang, Alisha telah memiliki seorang putra, bernama Bintang. Bocah itu kini telah tumbuh menjadi anak yang lucu dan selalu membuat Gina rindu padanya."Sudah lama kita nggak ke sini, ya?" ujar Gina sambil tersenyum. "Aku udah nggak sabar ketemu Bintang. Dia lagi apa ya kira-kira?"Andrew mengangguk setuju. "Jam segini, biasanya Alisha masih ngajar. Mungkin Bintang lagi main di taman. Kamu bawa hadiah nggak, Gin?" Andrew melirik tas jinjing Gina yang sejak tadi digenggamnya erat. Mereka melangkah ke halaman samping panti di mana di sana ada taman kecil yang biasa digunakan anak-anak bermain."Tentu dong!" Gina mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Harapan Baru

    Mobil melaju mulus di jalan raya, membelah pemandangan hijau yang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Di dalam mobil, Alisha, Gina, dan Andrew tampak serius berbincang. Wajah Alisha terlihat lesu, matanya berkaca-kaca setelah mendengar cerita Gina yang memberitahu kabar bohong jika dirinya telah meninggal. Alisha telah sepakat dengan Gina dan Andrew bahwa mereka berusaha membuat kabar palsu mengenai kematiannya. Tujuannya agar Bara tak lagi menekan hidup Alisha dan kini dia akan pergi ke luar kota di mana tak ada satu orang pun yang mengenalnya."Aku benar-benar nggak nyangka, Bara bisa setega itu," ucap Alisha lirih, suaranya bergetar.Gina mengusap lembut lengan sahabatnya itu. "Aku tahu Sayang, kamu pasti sakit hati banget. Tapi kamu harus kuat, ya. Masih banyak yang menyayangimu.""Iya, Al," sahut Andrew yang sedang menyetir mobil ikut mencoba menghibur. "Lagian, kamu bakal ketemu sama tante Tia sekarang. Dia pasti bakal bikin kamu bahagia."Alisha hanya

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kabar Duka

    Hari itu, seperti biasa, kantor terasa begitu sibuk. Bara dengan wajah tegas dan tatapan mata yang tajam, sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering yang langsung diangkat oleh Bara."Permisi, Pak Bara. Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Bu Gina," ucap sang sekretaris yang membuat Bara mengangkat kedua alisnya begitu mendengar nama Gina disebut.Gina? Mau apa dia ke sini? Pasti ada hubungannya dengan Alisha, gumam Bara dalam hati."Suruh dia masuk!""Baik, Pak."Tak lama setelah Bara menutup telepon, pintu ruangannya terbuka dan Gina yang memakai gaun hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak sedih, terlihat jelas dari sorot matanya.Gina berjalan masuk dan duduk di kursi depan meja kerja Bara. Dia tampak menarik nafas pelan sebelum berbicara."Bara, aku punya kabar buruk," ujar Gina, suaranya bergetar.Bara mengangkat wajahnya, tatapannya datar. "Apa itu, Gina?" tanyanya, tanpa banyak ekspresi."Alisha... Alisha meni

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Titik terendah

    Alisha menatap pantulan dirinya di cermin toilet di sebuah cafe, matanya sembab dan wajahnya pucat pasi. Sudah hampir dua bulan ia berjuang mencari pekerjaan. Lamaran demi lamaran ditolak, harapan demi harapan sirna. Alisha merasa lelah dan putus asa.Ia teringat perilaku Bara dan Elin pada dirinya, kehadiran Vee di dalam rumah tangganya, kematian Heru serta tuduhan jika dia selingkuh. Pikiran-pikiran negatif itu terus berputar di kepala hingga membuat pening.Dengan langkah gontai, Alisha keluar dari toilet sambil membawa kembali berkas lamaran yang tadinya akan dia kirim ke suatu perusahaan. Namun, baru saja dia keluar dari pintu toilet, tak diduga, dia melihat Bara sedang duduk tak jauh darinya.Seketika Alisha mundur beberapa langkah mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh mantan suaminya itu. Dari tempatnya bersembunyi, Alisha dapat mendengar Bara sedang menelepon seseorang."Kamu sudah memastikan jika dia nggak diterima dimanapun, kan? Bagus. Kerja bagus. Aku akan kiri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status