Share

Bab 98 - Haru

Tanpa menunggu persetujuanku, Ayah langsung memutuskan panggilan. Membuat aku menangis tergugu pilu, hati ini sakit melebihi sakitnya di khianati. Nafasku kembali sesak, pandanganku menjadi buram. Perlahan semua pandangan menjadi gelap seketika.

***Ofd

Kepala berdenyut ngilu, perlahan mata terbuka pelan. Di sampingku sudah ada, Ibu dengan raut begitu khawatir. Belaian tangannya menyentuh rambutku dengan lembut.

"Buk ..." lirihku bersuara.

"Iya, Nak. Kamu baik-baik saja?" tanyanya cemas.

Aku hanya mengangguk, seraya memegangi kepala.

"Kalau kecapaian besok di batalkan saja acaranya ya." ucap Ibu.

Aku menggelengkan kepala, mencoba untuk bangkit. Dengan sigap Ibu membantu, mengambil bantal di sampingku dan menaruhnya di belakang punggungku.

"Minum, Fi ..." Ibu mendekatkan gelas berisi air putih dibibirku. Aku meneguk pelan, lalu menyenderkan tubuh.

"Lemas?" tanya Ibu. Aku mengangguk pelan. "Ya sudah Fio istirahat, Ibu sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status