Share

7. Menolak Panggilan

Kupandangi ponsel yang terus menyala. Mas Riko beberapa kali menghubungiku. Tapi aku masih enggan berkomunikasi dengan pria yang baru saja ingin ku hindari itu. Untuk apa juga dia menghubungiku, toh sudah ada Alin yang cantik di sampingnya.

Setelah beberapa panggilan tidak aku hiraukan sebuah pesan masuk ke dalam ponselku.

[Di mana kamu sembunyikan kunci semua kamar di rumah ini?! Kamu jangan macam-macam, ya, Lis. Ini rumahku, hasil dari keringatku. Kamu tidak berhak satu persen pun atas rumah!]

Ya ampun, rupanya dia menanyakan perihal kunci itu, sontak saja bibirku mengembang. Teringat waktu aku hendak pergi tadi, semua kamar yang berjumlah tiga itu sengaja aku kunci. Jadi jika Alin ingin tinggal di sana terpaksa mereka harus tidur di sofa. Kamu boleh membawa wanita itu, Mas. Tapi tidak bisa dengan gampang masuk ke kamar kita. Rumah itu memang dibeli dari hasil keringatmu. Tapi kamu jangan lupa, Mas, cicilan rumah itu bisa dilunasi karena ada wanita yang rela untuk berhemat, rela untuk tidak menggunakan jasa pembantu. Padahal dia kerepotan mengurus seisi rumah juga seorang balita. Ada wanita yang rela tidak diajak jalan-jalan, tidak pernah belanja di mall, tidak pernah makan di restoran, supaya kamu bisa membayar cicilan rumah itu setiap bulan.

Aku merogoh saku kecil yang terdapat di dalam tas lalu mengeluarkan tiga buah kunci dan mengangkatnya di depan wajahku sambil tersenyum puas. Selamat tidur di sofa Mas, atau di atas karpet di depan televisi. Jika Mas Riko mau mengganti kunci itu, minimal ada waktu untuk memanggil tukang dan untuk mengerjakannya. Yah, aku perkirakan dua atau tiga malam kalian akan berbulan madu di luar kamar.

Aku baru teringat, ini 'kan siang hari, tapi kenapa Mas Riko menanyakan perihal kunci itu. Apa dia sedang di rumah. Jangan-jangan Mas Riko membawa wanita itu siang-siang begini ke rumah. Mau apa lagi kalau bukan ..... Ah, sudahlah, toh mereka sudah suami istri.

Aku tak berniat membalas pesan Mas Riko, biarkan saja pria itu mencari-cari kunci kamar sendirian. Supaya bisa merasakan bagaimana nikmatnya hidup tanpa istri buluknya ini. Miris sekali, dia selalu menyebutku sebagai istri buluk.  Padahal salah sendiri kenapa aku tidak dimodali untuk pergi perawatan ke salon atau memanjakan diri di tempat-tempat perbelanjaan.

Sebenarnya bisa saja aku menggunakan uangku untuk merawat diri, tapi sudah pasti dia akan mempertanyakan dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu. Kalaupun aku berterus terang, tidak akan membuat semuanya menjadi baik-baik saja. Bukan tidak mungkin Mas Riko akan marah atau sebaliknya dia akan menguras uangku untuk berfoya-foya dengan wanita itu. Maaf saja, Mas, lebih baik aku hidup berdua dengan Kayla.

Selesai mengisi perut bersama Kayla, aku pergi ke butik yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja dari kamar yang kusewa. Beruntung selama ini Kayla sangat dekat denganku dan nyaris seluruh waktunya hanya berdua bersamaku di rumah. Jadi meskipun sekarang jauh dari Mas Riko, anak ini tidak akan rewel dan kehilangan Ayahnya.

Sesampainya di butik aku berbincang dengan Gina, orang yang selama ini dipercaya mengurus butik oleh Mbak Tika. Gadis yang umurnya tidak begitu jauh dariku ini memang kelihatan cekatan dalam bekerja, selain cantik juga ramah. Banyak yang aku tanyakan pada Gina mengenai butik ini, sebab selama lima tahun terakhir aku benar-benar tidak pernah ke sini. Semuanya aku percayakan pada Mbak Tika. Aku tahunya hanya uang yang ditransfer oleh Mbak Tika setiap bulannya.

Akan tetapi, aku kaget melihat pembukuan di butik ini yang penghasilan perbulannya cukup besar. Uang yang masuk ke rekeningku bahkan tidak sampai setengahnya dari pendapatan selama satu bulan. Lalu ke mana sisanya? Aku memang meminta Mbak Tika untuk mengambil bagiannya. Setengah dari penghasilannya untuk Mbak Tika dan setengah lagi untukku. Sebab meskipun ini butik milikku tapi selama ini Mbak Tika lah yang mengelolanya. Menurutku cukup adil kalau aku membagi rata penghasilan.

Salahku juga tidak pernah meminta Mbak Tika untuk memberikan rincian pendapatan. Aku percaya saja pada beliau lantaran beliau bukan orang lain. Tapi ternyata selama ini Mbak Tika tidak jujur. Apa karena alasannya itu kakak sepupuku ini menolak menampungku di rumahnya.

Ya Tuhan, ternyata sepolos itu aku selama ini. Percaya pada orang-orang yang sangat dekat denganku hingga aku tidak menaruh curiga sama sekali. Dan aku dengan mudahnya dikhianati oleh orang-orang yang justru aku percayainya sepenuh hati.

"Penghasilan bersihnya mencapai kurang lebih segini, Bu." Gina menunjuk angka yang membuat mataku terbelalak, pasalnya jumlah yang dikirim Mbak Tika tidak sesuai.

"Loh, berarti sebagian besar uangnya ke mana." Kutatap wajah Gina penuh selidik. Tidak menutup kemungkinan jika gadis ini juga ikut berperan dalam penggelapan uang butik.

"Saya tidak tahu, Bu. Tiap hari Bu Tika datang ke sini dan saya setor sesuai dengan jumlah penghasilan hari ini," jawab Gina dengan tenang, meyakinkan bahwa dia memang tidak bersalah.

"Aku pegang kata-katamu, ya, Gin. Kamu tidak usah takut kalau memang tidak bersalah." Aku tersenyum sambil menatapnya. 

"Iya, Bu. Saya memang khawatir Ibu tidak percaya kepada saya, soalnya saya yang bertanggung jawab di toko ini. Tapi soal keuangan, satu hari pun saya tidak pernah telat menyetor pada Bu Tika sebab Bu Tika sendiri yang datang ke sini setiap hari sore."

Karena penasaran dan ingin mendapat kejelasan secepatnya, akhirnya aku menghubungi ponsel Mbak Tika. Dua kali panggilan tidak juga diangkat, hingga panggilan ketiga   Mbak Tika malah merijeknya.

[Maaf Lis, Mbak tidak sedang tidak bisa menerima telepon. Nanti Mbak hubungi lagi, ya.]

Menit berikutnya Mbak Tika mengirim pesan. Sesibuk itukah dia, hingga tidak bisa menerima telepon. Padahal sewaktu aku masih di rumah Mas Riko, Mbak Tika tidak pernah menolak panggilanku.

Apa ini ada kaitannya dengan uang yang tidak jelas itu?

Bersambung

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hazreh Mandiri
yg bikin malas bacanya ceritanya diulang2, hhhh
goodnovel comment avatar
Wati Yusra
malas lagi baca novel ini sdg seru2nya harus pakai koin
goodnovel comment avatar
Yulianis Rosail
Ndak seru karena hrs bayarrrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status