"Hai," sapanya dengan raut datar.
Pria yang baru saja terbangun di atas bangsal rumah sakit itu sedikit meringis merasakan kepalanya yang pening. Namun saat setelah mendengar nada sapaan yang seharusnya terdengar ramah ditelinga; Vee menoleh pada sang penyapa yang sudah berdiri di samping kanannya dengan melipat tangan di bawah dada.
Lidah Vee kelu, bahkan mulutnya hanya mampu ternganga, menutup, lalu ternganga lagi, lalu menutup lagi, matanya kesusahan untuk fokus, tangannya berusaha menepuk kedua pipi, ini bukan mimpi, begitulah ia meyakinkan dirinya jika yang dilihatnya bukan hanya yang mampu ia bayangkan selama ini.
"Hai, Dad, senang bertemu denganmu, perkenalkan, namaku Leon. Putramu, kembaran Lily."
Sekali lagi. Leon mengatakan dengan sangat teramat datar, bahkan adat mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan tidak ia lakukan. Mungkin memang Leon tidak ada minat, walaupun ia sendiri tahu jika jantungnya berdetak tak karuan menahan kerinduan.
<Leon mencureng menatap ayahnya yang beberapa saat lalu tak merasa terkejut akan informasi yang disampaikan Leon tentang Dera yang sebentar lagi akan datang.Ada fakta yang memang tak diketahui bocah itu.Oke. Vee memang tahu tentang semuanya.Tentang Leon yang tinggal dengan ibunya yaitu Dera.Tentang Leon yang sudah menjadi anak kedua ibunya.Tentang Leon yang bersembunyi dari semua orang bersama ibunya.Berkat James, Jaeko dan juga usahanya, mereka mampu menggali informasi tentang keberadaan ibunya yang menghilang dengan sangat misterius, yang sayangnya selama ini tidak berusaha dicari oleh Vee.Vee memulai pencarian saat Jaeko bercerita jika sosok pria kecil yang berada di dalam CCTV lapangan basket adalah orang yang persis seperti kembaran Lily, nama pun juga sama bukan. Makanya, Vee langsung berasumsi banyak hal. Apalagi saat Rose dengan terang-terangan menunjukkan photo Leon yang sangat persis seperti Leon yang ditemuinya di lap
"Kenapa kau bodoh sekali sih. Aku sudah bilang, bawa pengawal, segitu pengennya kamu dirusak oleh Zara."Tiba-tiba Vee pusing. Rose datang dengan kemarahannya. Vee ingin menyambut dengan bahagia, namun dia tidak bisa apa-apa. Dan detik ini juga ia sadar saat Rose mengatakan Zara. Obat sialan. Vee mengingat dengan jelas kali ini, bagaimana dirinya berciuman dengan Zara di dalam lift. Vee sontak merasa jijik."Maaf. Maafkan aku," ucap Vee sedikit panik serta menarik tangan Rose mendekat.Rose memejamkan mata, ia tidak bisa berbohong sangat sakit melihat Vee di depannya, apalagi tanda merah yang ada dileher pria itu sangat jelas. Pelecehan. Dera sudah bercerita bagaimana kronologinya, namun tidak mengatakan tentang Leon yang ikut terlibat didalamnya.Rose memegang leher Vee. "Aku sedih, aku tidak terima, aku harus bagaimana?" Rose tidak bisa egois dengan mengutamakan kecemburuan. Bahkan kata cemburu saja tidak pas untuk ditempatkan dalam kondisi ini.&n
"Aku butuh jeda.""Maksud kamu?""Vee." Rose semakin mendekat untuk berbicara lebih serius. "Ayo kita akhiri, aku mau kita pisah." ucapnya detik itu juga.Keduanya berada di hotel, menempati kamar di lantai 20. Jangan salah paham, Vee dan Rose bermaksud untuk berkemas karena sebentar lagi akan pulang ke Indonesia.Rose pun Vee tak bisa membiarkan Lily khawatir karena kepergian Rose yang mendadak ke negara ini tak dibicarakan terlebih dahulu kepada putrinya. Keduanya ingin membawakan Leon sebagai hadiah, dan bocah laki-laki itu pun antusias meskipun gugup bukan main sedang melandanya. Lantas tak mau membuang waktu, Leon segera mengemas barang seperlunya, sisanya biar besok saja dibereskan oleh Dera.Vee mundur selangkah saat Rose berusaha semakin mendekat lagi ke arahnya. "Aku nggak ngerti maksud kamu? Bahkan kita belum memulai? Lalu apa yang mau diakhiri?" tanyanya.Disaat keadaan yang semula kacau dan berakhir menjadi baik. Kenapa Rose seak
Vee tersenyum sedari tadi, bahkan ia mengabaikan Rose yang duduk di depannya, suara dengkuran Shane yang sudah tidur di sofa juga tidak mengganggu telinganya. Tangan Vee tak berhenti mengetik sesuatu di ponselnya, entah kenapa perasaan Rose mendadak buruk karena Vee terlihat baik-baik saja setelah sebelumnya sempat memohon untuk tidak berpisah.Kenapa Rose yang lebih merasa kehilangan? Harusnya Vee merasa terpuruk—harapan Rose yang begitu buruk ternyata tidak terealisasi dengan benar. Atau sebenarnya Vee tidak benar-benar menginginkannya. Rose pusing dengan isi kepalanya."Kak Haikal curang." Leon memekik membuat Rose mendongak untuk melihat ke arah putranya.Leon bersama Haikal dan Dilan, ketiganya menempati kursi bagian belakang yang tak terhalang jarak jauh dari Rose. Oh, meraka semua berada di dalam Jet Pribadi milik Lily, sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia lagi."Leon." Vee bersuara sedikit keras untuk memanggil Leon. Sang empu yang me
Perasaan haru, bahagia, menyesal menumpuk jadi satu setelah penjelasan kelewat panjang keluar dari mulut Vee di hadapan semua orang yang berkumpul di dalam satu ruangan.Terbukanya buku lama, kejadian naas yang menimpa Leon pun dengan cerita di luar nalar yang bocah cilik itu lakukan lantas membuat para orang dewasa tak bisa berpikir secara logis.Benarkah?Hanya satu pertanyaan itu.Tapi jika tidak benar, atau jika hanya karangan buku dongen semata, tidak akan mungkin menjadi rumit seperti ini bukan?Vee mati-matian menjelaskan secara detail agar semua paham hingga perasaan lega tiada beban tuntas terangkat.Satu hal yang terpenting sekarang adalah, semua sudah berkumpul bersama, Leon yang sempat tiada nyatanya tidak benar adanya.Singapura beberapa jam yang lalu.Vee menaiki tangga darurat hotel Diamond Sand. Jika tadi ia berpamitan kepada Rose untuk pergi ke bawah menemui seseorang, nyatanya Vee berbohong.Tempat pert
Hari ini sangat terang, Rose membuka matanya perlahan. Silau dari celah jendela membuat matanya sulit terbuka lebar. Ia tiba-tiba mengingat tentang Vee yang dulu suka bermanja padanya, dulu sekali, Rose rindu, tapi tidak bisa berbuat banyak.Tiga hari yang lalu tepatnya. Vee tak mau mengulur waktu setelah sesampainya kembali dari Singapura, malam itu, Vee sepertinya benar-benar kecewa kepada Rose lantas tak menunggu pagi tiba ia langsung pergi saja tanpa banyak bicara.Rose sedikit mendengar percakapan Vee mengatakan perpisahan, ah, bukan, lebih tepatnya menjelaskan kepada Lily dan Leon jika ia akan hidup terpisah dari mereka karena tidak boleh seorang wanita dan pria dewasa tinggal serumah tanpa ikatan.Lily sebenarnya protes dan mengatakan tidak apa-apa, lagipula keduanya tidak tidur bersama. Namun Leon membenarkan perkataan ayahnya jika langkah yang diambil sudahlah sangat tepat. "Dad, secepatnya menikah biar kita bisa hidup tenang dalam satu rumah." Leon men
Isi rapat tidak semenegangkan seperti yang dibayangkan oleh Rose. Nyatanya, Dera hanya meminta maaf atas ketidak profesionalan yang ia lakukan selama beberapa tahun ini tanpa mau menjelaskan apa alasannya, namun tentu saja Rose sangat tahu alasannya, karena bersembunyi bersama Leon anaknya.Rose sempat marah kepada Dera sebab menyembunyikan Leon begitu lama. Tapi belum sempat Rose melayangkan protes, Vee sudah menjelaskan kronologi sebenarnya. Alih-alih marah, Rose lebih memilih untuk berterimakasih, yang sebesar-besarnya.Kembali ke rapat hari ini.Satu hal lagi yang disampaikan Dera adalah mengenahi acara ulang tahun perusahaan Diamond miliknya yang akan diadakan dua hari kedepan. Wanita paruh baya itu mengharapkan kehadiran kolega bisnis sekaligus karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan.Jujur, Rose sedikit khawatir tentang apa yang akan dikatakan Dera nantinya. Apakah tentang Leon dan Lily? Rose sangat berharap jangan sampai Dera membuat pengum
Sepanjang perjalanan, Rose hanya terdiam sampai Shane berkali-kali menghela napas di samping kanan.Sahabat Rose itu sedang beralih profesi sebagai supir pribadi atas niatnya sendiri. Memang benar Rose secara spontan meminta agar Shane mengantar pulang tanpa memikirkan bahwasanya sahabatnya itu masih ingin berpesta. Namun, saat sudah berada di gedung saat keluar, Rose meminta Shane untuk kembali masuk dengan dirinya yang akan pulang sendirian, tapi sayang seribu sayang, Shane yang teramat peka dengan kondisi hati Rose saat ini memilih untuk mengikuti wanita itu."Rose....""Aku mau pergi ke hotel?""Untuk apa?""Menginap. Anak-anak malam ini akan bersama neneknya, jadi aku ingin sendirian di hotel. Jangan banyak tanya. Turunkan aku di hotel depan."Rose tidak mau memulai pembicaraan mengenai apa yang barusan terjadi, dengan Shane, atau bahkan jika bukan dengan wanita itu tidak juga dengan siapapun, ia hanya ingin sendiri.Dengan gaun