Share

Bab 31. Kecemburuan

Penulis: Liliana3108
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 22:38:50

Adisty mengamuk. Ia membuang semua barangnya yang ada di atas meja. Ingatan saat Nora berhasil mengalahkannya membuat kemarahannya meledak.

Pena, kertas, dan gelas kaca berhamburan ke lantai, sebagian pecah menjadi serpihan tajam. Nafasnya memburu, matanya basah bukan oleh air mata, tapi oleh amarah yang nyaris membutakannya. Tangannya terkepal begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Kenapa selalu dia?" teriaknya memecah keheningan, menggema di setiap sudut ruangan. Kecemburuannya membakar sampai ke tulang-tulangnya. Ia berjalan kesana-kemari, mondar-mandir sembari merenggut rambutnya yang acak.

“Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan aku Nora! Tidak akan pernah! Ini belum selesai!" gumamnya penuh tekad. Matanya menyala karena amarah—ada dendam yang mulai tumbuh, menyala perlahan, dan semakin membesar dalam dirinya.

***

Di rumah sakit.

Grizell sedang berjalan di koridor rumah sakit. Matanya fokus menatap layar handpho
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 38. Obat Ini Untukku?

    Andrew sedang duduk menunggu di dalam mobil, arah matanya tertuju pada Naren yang berjalan mendekat. Langkahnya tegap dan terukur. Di tangannya ada sebuah kantong plastik kecil yang bertuliskan nama toko yang baru saja ia masuki. "Siapa yang sakit?" tanya Andrew, alisnya berkerut dengan tatapan meneliti. "Bibi pengurus!" balas Naren asal, duduk kembali di tempatnya. Ia memasukkan kantong plastik itu ke dalam laci dashboard di sampingnya, lalu menyalakan kembali mesin mobilnya. "Sejak kapan kamu peduli dengan orang di sekitarmu?" balas Andrew dengan senyum di wajahnya. Seolah itu menjadi kejutan besar yang tidak masuk di akal. Naren diam tak menjawab, hanya mata yang melirik ke arah Andrew dengan tatapan menusuk. "Aku bercanda," balas Andrew, tangannya bergerak ke arah laci dashboard. Melirik Naren yang fokus mengarahkan mobilnya ke arah jalanan. Saat terasa aman, Andrew diam-diam membukanya perlahan. Namun, Naren dengan cepat menutup

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 37. Masih Perawan

    Nora tertegun, matanya menatap lekat mata Naren yang dipenuhi hasrat. Wajah Naren yang memerah, napasnya yang memburu hangat, seolah tubuhnya mulai dikuasai sesuatu yang tak lagi bisa dikendalikan olehnya. Saat Naren tiba-tiba bergerak mendekatkan tubuhnya dan Nora secara refleks menahannya. Rahang Naren mengetat kencang. "Jangan Naren!" ucap Nora gemetar dengan mata ketakutan. Kedua tangannya berusaha menahan tubuh Naren yang besar dan kuat. Tubuh Naren yang terasa panas seperti api yang membara. "Walaupun kamu menangis! Aku tidak akan berhenti Nora! Ini pilihanmu karena menikah dengan laki-laki sepertiku!" tekan Naren, ada kemarahan yang tersembunyi di dalam tatapannya. Penolakan Nora, membuatnya tak bisa bersikap lembut sesuai dengan ucapannya tadi. Naren menggenggam erat tangan Nora, membawanya ke atas kepala Nora dan menahannya erat -hanya dengan satu tangannya yang kekar. Sekarang tidak ada lagi yang bisa menghalanginya. Nora yang berada

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 36. Siasat Tersembunyi

    Naren berjalan mengikuti Kakeknya ke ruang kerja. Langkah mereka sejajar dan sangat tenang, menyembunyikan segala niatan yang tersembunyi. Tiba-tiba, seorang pelayan datang menghampiri mereka. Melaporkan apa yang terjadi di kolam. Namun, rasa takut dimarahi membuatnya ragu untuk bicara, "Ada apa?" tanya laki-laki beruban itu. “Ma-af Tuan Besar. I-i-itu terjadi keributan di belakang! Istri Tuan muda jatuh ke kolam!" lapornya. Naren menoleh sesaat, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Kakeknya.“Biarkan saja,” katanya datar. Melanjutkan langkah kakinya. Kakeknya menatap dalam, ada hal yang tersimpan di wajahnya, penasaran.“Kamu tidak mau melihat istrimu?” tanyanya, suaranya tenang dengan maksud yang lainnya. “Dia tahu bagaimana cara mengurus dirinya sendiri. Tanpaku dia harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri!" balas Naren dengan senyuman tipis penuh arti. Tapi tak lama, langkah cepat lain

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 35. Pusat Perhatian Sesuai Keinginan Naren

    Nora keluar dengan langkah pelan, tumitnya yang gemetar seolah mengukir ketegangan di tiap langkahnya. Di depan sana, Naren sudah berdiri dengan satu tangan di saku celana, postur santai namun tak bisa disangkal, dialah penguasa ruangan itu.Begitu melihatnya, pandangan Naren langsung tertuju padanya, menyapu dari kepala hingga kaki. Tidak kagum, tidak ada pujian, hanya sebatas penilaian yang tak memiliki rating apapun. Matanya seperti bilah tipis yang mengupas niat dan keraguan sekaligus. Ia tidak berkata apa-apa selama beberapa detik yang terasa sangat panjang."Kenapa dia melihatku seperti itu?" batin Nora yang mulai resah. Menutupi belahan dadanya yang terpapar cahaya lampu, dengan sebelah tangannya. Kemudian, suara Naren terdengar. Rendah, berat, tapi tajam seperti perintah.“Bagus,” katanya singkat. Nora menahan diri untuk tidak bereaksi. Ia tahu apa yang ingin coba Naren lakukan padanya. Peringatan bahwa ia sudah begitu berani m

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 34. Nyonya Naren Dirgantara

    Tatapan Nora tertuju pada kamar Naren. Setelah yakin tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Nora berdiri pelan, berjalan sedikit demi sedikit, sebisa mungkin tidak ada suara langkah yang terdengar di lantai selama ke kamar mandi. Pakaiannya yang masih basah, ia masukkan ke dalam mesin cuci dan kemudian di keringkannya. Berkat bantuan handphone pintar yang dia miliki, ia berhasil menggunakan mesin cuci yang terlihat sangat asing. Tidak lama, hanya dua puluh menitan sampai semuanya beres. Setelah selesai, Nora menjemurnya di sisi pintu. Berharap akan kering dengan cepat. Sekarang dia harus kembali lagi ke tempatnya. Nora melangkah pelan ke arah sofa. Duduk kembali dengan memeluk lututnya yang sedikit basah karena terkena air saat mencuci. Menaruh kepalanya di senderan sofa, mata Nora terus mengarah ke arah kamar Naren. Dia memejamkan matanya pelan kemudian beberapa detik membukanya. Dia sudah terbiasa tidur seperti itu, memejamkan mata sejenak lal

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 33. Malam Pertama Yang Menggelitik

    Naren melemparkan selimut tipis dari jok belakang ke arah Nora, tanpa menoleh sedikit pun.“Pakai ini. Jangan sampai tubuhmu yang basah mengotori lantai,” ucapnya dingin, terdengar seperti perintah yang tidak boleh dibantah. Nora menangkap selimutnya, tangannya gemetar dengan bibir yang mulai membiru. Ia menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Naren. Awalnya ia ingin marah, tapi melihat tubuhnya yang basah kuyup membasahi hampir seluruh bagian mobil, Nora tidak jadi bicara. Ia tahu diri untuk tidak memulai menyulut api. Klik. Pintu terbuka dengan Naren yang turun lebih dulu. Laki-laki itu berjalan pergi tanpa membukakan Nora pintu lebih dulu. Membuka pintu mobil, Nora terlihat ragu untuk menyelimuti tubuhnya. Pandangannya jauh mengarah ke arah Naren. Aroma selimut yang sedikit menyengat, menggelitik hidungnya, membuat pipinya memanas. Aroma yang asing dan dingin, seperti pemiliknya. Nora menyusul pelan, mas

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 32. Luka Yang Tak Kunjung Sembuh

    Naren berdiri tenang di sisi lift, menatap Danu yang kini berdiri lebih dekat ke arah Nora. Pandangannya datar, tanpa reaksi. Tidak ada amarah yang meledak, tidak pula kecemburuan yang mendesak keluar. Hanya sorot mata kosong yang dingin. "Ayo bicara!" ucap Danu, tegas namun penuh tekanan.Nora melirik Naren cepat. Tapi Naren tidak mengatakan apa-apa. Tidak bergerak. Tidak menghalangi. Ia hanya memandang lurus ke depan, seolah percakapan itu tak penting untuk didengar."Untuk apa bicara lagi?" balas Nora, suaranya tenang tapi terdesak cemas. Ekor matanya tak berhenti menangkap bayangan Naren yang berdiri tak jauh darinya."Jangan di sini Nora. Aku tidak ingin ada orang asing ikut campur masalah kita!" seru Danu melirik Naren, yang tersenyum dengan dingin. Nora melihatnya dan sulit mengartikan maksud senyuman itu. Pikirannya kalut seperti benang kusut. Terjebak pilihan yang sulit untuk diputuskan dan waktu terus mendesaknya. Haruskah ia

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 31. Kecemburuan

    Adisty mengamuk. Ia membuang semua barangnya yang ada di atas meja. Ingatan saat Nora berhasil mengalahkannya membuat kemarahannya meledak.Pena, kertas, dan gelas kaca berhamburan ke lantai, sebagian pecah menjadi serpihan tajam. Nafasnya memburu, matanya basah bukan oleh air mata, tapi oleh amarah yang nyaris membutakannya. Tangannya terkepal begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih."Kenapa selalu dia?" teriaknya memecah keheningan, menggema di setiap sudut ruangan. Kecemburuannya membakar sampai ke tulang-tulangnya. Ia berjalan kesana-kemari, mondar-mandir sembari merenggut rambutnya yang acak. “Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan aku Nora! Tidak akan pernah! Ini belum selesai!" gumamnya penuh tekad. Matanya menyala karena amarah—ada dendam yang mulai tumbuh, menyala perlahan, dan semakin membesar dalam dirinya. ***Di rumah sakit. Grizell sedang berjalan di koridor rumah sakit. Matanya fokus menatap layar handpho

  • Kau Ambil Pacarku, Kunikahi Bosmu   Bab 30. Pernikahan Tanpa Gaun Pengantin

    Nora menatap gedung di depannya. Plang berkarat bertuliskan "Kantor Catatan Sipil." yang terpasang di depan gedung, seolah menegaskan fungsinya. Bangunan tua yang jauh dari kesan sakral maupun istimewa. Saat Naren mengatakan mereka harus mencatat pernikahan mereka. Nora tidak menyangka Naren akan membawanya ke tempat itu, saat itu juga. "Kenapa kamu masih berdiri di sini?" tegur Naren dengan nada datarnya, berjalan perlahan menghampiri Nora yang berdiri di depannya. Setelah berusaha dengan sangat keras untuk mencari tempat parkir, Naren harus melihat wanita itu masih berdiri di sana. Mematung dengan sorot mata yang memancarkan keterkejutan. Tapi Naren, tidak memiliki waktu untuk memahami perasaan Nora. Naren meraih tangan Nora, menggenggamnya erat seperti memegang sebuah barang. Tidak ada kelembutan sedikitpun dalam setiap sentuhannya, hanya sentuhan kasar yang terasa menggores kulit. Bagaikan pengingat untuk Nora. Bahwa pernikahan mereka bukan karena cinta, mela

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status