Bab 38Saat tiba waktunya untuk makan siang, Adi tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari seseorang. Matanya tampak memicing saat melihat sosok wanita muda yang di salah satu meja kantin.Pria itu kini tampak mengulas senyum tipis di wajahnya dan mendekat ke arah meja di mana Selina berada.Namun langkahnya terhenti seketika saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Adi lantas menoleh dengan kening yang tampak berkerut hingga kedua alisnya saling."Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus saat melihat sosok Yayuk.Wanita itu tampak memutar bola matanya dengan malas. Andai saja bukan karena terpaksa dia juga tak akan sedih untuk menyia-nyiakan waktunya."Dicariin Bu Rosa," ujarnya."Oh, ya? Beneran?"Yayuk mendengus kesal. "Ngapain aku bohong? Sana pergi!"Adi menghela nafasnya perlahan. Dia lantas berlalu pergi meninggalkan kantin dan mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Selina.Yayuk menatap kepergian pria itu sambil menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyu
Bab 39Selina meletakkan sendok ke atas nampan. Wanita muda itu kini telah selesai menyantap makan siang. Tangannya terlalu meraih segelas es teh yang sejak tadi memang dipesan.Pandangan Adi terus saja mengarah pada Selina dan membuat wanita itu merasa sedikit tak nyaman. Bahkan gesture yang ditunjukkannya sudah bisa menjelaskan bahwa wanita itu memberikan kode agar seseorang menolongnya.Tapi para karyawan lain tentu saja tak memiliki keberanian karena Adi memang memiliki kuasa yang cukup besar.Mereka hanya bisa diam dan menonton dari kejauhan.Adi tampak mengerutkan kening saat melihat tingkah wanita muda di hadapannya yang tampak sedikit aneh."Ada apa?"Selina menggelengkan kepalanya perlahan. Lagi, wanita muda itu hanya bisa mengulas senyum tipis dan berusaha bersikap seolah baik-baik saja walau sebenarnya merasa tertekan."Nggak ada apa-apa, Pak."Adi mengulas senyum tipis. "Makasih karena selama ini kamu selalu mengirimkan pesan penyemangat untukku," ujarnya.Wajah Selina kin
Bab 40Adi sengaja membawa wanita itu pergi menjauh dari kantin karena kini para karyawan terus saja berbisik dan tanpa rasa malu menggunjing secara terang-terangan.Adik-adik merasa sangat bersalah karena Yayuk telah menghina Selina. Andai saja pria itu lebih tegas, Yayuk tak akan mungkin berani mengatakan hal.Wajah Selina tampak sendu. Wanita muda itu jelas merasa terhina dan juga marah."Selina," panggilnya.Perlahan wanita itu mulai mendongakkan kepalanya dan menatap lekat bola mata hitam milik Adi."Maaf karena aku sudah membuatmu berada dalam masalah," lirihnya.Selina menggelengkan kepalanya perlahan. "Pak Adi nggak salah. Seharusnya saya memang tidak terlalu dekat dengan anda," ujarnya.Adi menghela napasnya perlahan. Pupus sudah harapannya untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi dengan Selena karena wanita muda itu kini telah memutuskan untuk tak lagi dekat dengannya.Semua ini terjadi karena Yayuk. Andai saja wanita menyebalkan itu tidak datang dan membuat masalah, maka se
Bab 41Setelah pertengkaran besar yang sempat terjadi di kantin, Selina memblokir kontak adi. Setiap kali wanita muda itu tanpa sengaja berpapasan dengan Adi, Selina langsung mencoba untuk menghindar.Adi juga melakukan hal yang sama karena dia tak ingin membebani siapapun. Sesekali Adi memang mencuri-curi pandang ke arah Selina, namun wanita itu tentu saja langsung memalingkan wajahnya dengan cepat.Adi menghela nafasnya perlahan. Hubungannya dengan Yayuk ini mulai membaik meskipun rasa canggung masih saja menyertai keduanya.Kening Adi tampak berkerut saat melihat pintu ruangannya terbuka. Yayuk pagi ini datang terlambat dan penampilannya juga cukup berantakan."Kenapa penampilanmu seperti ini?"Yayuk menghela nafasnya perlahan. "Bangun kesiangan, jadi nggak sempet pakai make up."Adi mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan setelah mendapatkan jawaban. Besok dia harus pergi ke luar kota karena lusa akan mulai menjalankan proyek.Adi sangat yakin kalau wanita itu juga telah mengetah
Bab 42Adi bersiap untuk pergi ke luar kota. Pria itu tak lupa mengemas beberapa barang-barang yang dibutuhkan dan juga memberikan uang bulanan untuk ibunya agar tak merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita paruh baya itu memang sejak semalam terus mau wanti-wantinya untuk tak lupa.Adi lantas berjalan mendekat ke arah ibunya dan menjabat tangan Bu Retno."Ibu, sebentar lagi aku akan berangkat dan kemungkinan pulang satu minggu sekali. Jika butuh apa-apa, telepon dengan segera."Bu Retno menganggukan kepalanya dengan cepat. Dia merasa semakin senang karena putranya kini akan segera mendapatkan upah dua kali lipat."Iya, Adi. Doa ibu pasti selalu menyertaimu. Jaga diri baik-baik dan jangan sampai melakukan kesalahan apapun," ujarnya.Adi hanya bisa mengulas senyum tipis sambil mengangguk pelan. Permintaan ibunya memang terdengar begitu sederhana, namun itu semua salah kaprah karena beban yang harus dipegangnya sangatlah besar.Adi tahu dengan jelas kalau ibunya memang menginginkan
Bab 43Setelah selesai menyuapi Handi, gadis kecil itu meraih obat pereda panas serta flu dan memberikannya pada pria yang duduk di hadapannya."Om, ini obatnya. Kata Ibu, kalau sakit harus minum obat dan istirahat."Handi menghela napas dan mengangguk pelan. Dia lantas memasukkan obat ke dalam mulut dan meminumnya. Perkataan Putri barusan memang benar. Handi butuh istirahat agar tubuhnya kembali pulih.Gadis kecil itu tampak menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis. Dia lantas meletakkan mangkuk ke atas nampan dan beranjak berdiri."Jangan lupa istirahat, Om. Nanti Putri akan periksa lagi. Awas aja kalau nggak istirahat!" ancamnya sambil memasang tatapan tajam.Wajah gadis kecil itu tak terlihat menyeramkan. Justru Handi merasa gemas saat melihatnya.Handi mengulas senyum tipisnya. Kini dia beralih mengelus pelan puncak kepala gadis kecil itu dengan lembut."Iya, Om akan beristirahat."Putri mengangguk pelan. Dia lantas berlalu keluar.Sepeninggal Putri, pria itu merasaka
Bab 44Siti beranjak masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap lekat sosok gadis kecil yang kini tampak meringkuk di atas kasur. Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya.Siti lantas mendekat dan duduk tepat di atas kasur. Tangan kanannya terulur perlahan dan mengusap pelan kepala gadis kecil itu."Pasti kamu lelah ya, Put? Maafkan Ibu karena membuatmu harus ikut menderita dan tak bisa bermain dengan teman sebaya, Nak."Hati Siti terasa ngilu. Rasanya ada ribuan jarum yang menusuknya secara bersamaan.Saat melihat putrinya tertidur, Siti terkadang diliputi rasa bersalah. Andai saja dia tak mengungkit masalah dengan Adi. Mungkin saja pria itu masih membiarkannya tinggal di rumah. Tapi, Siti juga sadar bahwa sang suami tak bisa lagi diharapkan. Bahkan pria itu juga tega meninggalkannya.Siti menghela napas pelan sambil mengusap sudut matanya yang basah.Tak ada waktu baginya untuk meratap apalagi menangisi hal yang telah terjadi. Walau air mata berubah jadi darah sekalipun, itu semua
Bab 45Setelah Siti selesai membersihkan area ruang tamu. Wanita itu kini beralih naik tangga menuju lantai atas untuk membersihkan ruang kerja Handi.Saat dia membuka pintu, matanya tampak memicing saat melihat ke arah rak buku yang kini tampak dipenuhi dengan lebih penuh dari sebelumnya.Wanita itu lantas berjalan mendekat dan meraih salah satu buku bersampul biru yang beberapa waktu lalu sempat dibacanya.Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya. "Alhamdulillah aku bisa membacanya lagi," ujarnya lirih.Namun sebelum dia membacanya, Siti memilih untuk beberes terlebih dahulu. Tak banyak hal yang bisa dilakukan apalagi ruang kerja sang majikan memang selalu rapi.Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja, Siti sudah bisa memastikan bahwa ruangan itu telah bersih dan tertata rapi. Wanita itu kembali meraih novel dan mulai membacanya. Setiap rangkaian kata yang tercetak berhasil membuat wanita itu ikut merasakan hal yang sama seperti tokoh di dalam cerita."Isi novelnya sa