Saat melihat seorang pria yang keluar dari mobil itu, Bening kaget bukan main karena itu adalah orang yang bertemu dengannya di batalion tadi. Si Pangeran tampan.
Pria tersebut mendekati Bening dengan wajah kesal. "Kenapa kamu lempar mobil saya pakai batu?" tanyanya.
"Salah sendiri nyipratin saya!" jawab Bening yang enggan terintimidasi tatapan tajam pria tersebut. Toh, bukan dia yang mencari perkara duluan!
"Ya tapi enggak dengan lempar mobil saya pakai batu juga! Kamu tahu itu merugikan saya! Kamu mau dituntut ganti rugi?" kata pria itu lagi. Tampaknya ia greget karena Bening tidak merasa bersalah sama sekali.
Bening langsung memasang wajah tidak terima. "Enak aja minta ganti rugi, orang saya nggak salah! Itu setimpal karena kamu udah nyipratin saya pakai air comberan!" jawabnya.
Karena malas urusannya menjadi panjang, Bening langsung melengos pergi dari tempat tersebut. Membuat si pria menggertakan gigi melihat tingkahnya.
"Mau ke mana kamu?" tanya pria itu sambil menahan tangan Bening.
Bening menatap tangannya yang ditahan oleh si pria. Ia berusaha menarik tangannya, tetapi justru dicengkram lebih kuat oleh pria tersebut.
"Kamu harus ganti rugi dulu, baru boleh pergi!" kata pria tersebut.
Bening berdecak kesal. Jadi menyesal karena tadi memuji pria itu seperti pangeran. Ganteng sih ganteng, tetapi masa minta ganti rugi dengan perempuan?
"Nggak mau! Saya nggak salah, kok. Siapa suruh nyipratin saya dengan seenak udelnya?" balas Bening membela diri.
"Oke! Kalau gitu ayo ikut saya ke kantor polisi! Kita selesaikan di sana!" kata pria tadi sambil menarik tangan Bening, bermaksud membawa Bening pergi dari sana.
Bening sontak ketar-ketir mendengar kata polisi. Namun, ia berusaha untuk tidak terlihat panik. Kalau ia panik, pria itu pasti akan merasa menang dan terus menekannya.
"Saya nggak mau! Lagian, ya, pacar saya itu tentara! Anda jangan macam-macam!" Bening mulai mengarang cerita untuk membuat nyali pria itu menciut.
"Oh, ya? Siapa pacar kamu, hah?" Bukannya takut, si pria malah seakan menantang Bening untuk memberitahu siapa pacarnya.
"Eng." Bening jadi bingung sendiri. Bukannya membuat pria itu takut, sekarang malah jadi ia yang ketakutan. Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan itu sementara sebenarnya ia tidak memiliki pacar sekarang?
"Kenapa? Tidak bisa jawab? Kamu bohong, kan!"
"Enak aja. Saya jujur kok. Anda kan tahu sendiri tadi saya ke batalion. Nah, itu saya habis ketemu sama kekasih saya!" balas Bening asal menjawab.
"Oh, ya?"
"Iya. Dan pacar saya itu, dia seorang Danki! Anda jangan macam-macam!" Bening semakin lancar mengarang cerita.
Mata lelaki itu menyipit. "Siapa? Sebutkan siapa pacar kamu itu?" tanyanya.
"Nggak usah kepo! Lepasin saya sekarang atau anda bakal kena masalah nanti!"
"Sebut dulu nama pacar kamu itu!" desak si pria.
"Pacar saya namanya Kapten Kalingga Yudhistira! Kenal kan?" jawab Bening akhirnya. Biarlah sedikit berbohong agar aman dan berhasil menakuti pria itu.
Pria di hadapan Bening malah tersenyum meremehkan. Seolah tidak percaya dengan perkataan Bening.
"Lah, malah ngejek. Saya serius tahu!" kata Bening lagi dengan kesal. Memangnya dia sejelek itu sampai-sampai orang tak percaya kalau ia adalah pacar seorang tentara?
"Apa saya harus takut sekarang?" tanya pria tersebut.
"Haruslah! Awas aja kalau kamu berani nuntut saya! Saya pastikan dia bakal bikin kamu menyesal!" balas Bening kembali mengancam.
"Oh, ya?" Lagi-lagi wajah si pria seperti tidak yakin dengan ucapan Bening.
Bening menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Ya!"
"Kalau gitu ikut sekarang dengan saya!" Si pria kembali menarik tangan Bening.
"Lepasin, ih! Anda mau bawa saya ke mana?" protes Bening.
"Ketemu sama Kapten Kalingga Yudhistira," jawab pria itu.
Bening tentu saja langsung panik. Apa jadinya kalau sampai mereka benar-benar mendatangi komandannya Wildan itu dan pria tersebut tidak mengakui Bening sebagai kekasihnya. Pasti rasanya akan malu sekali.
"Nggak, ah! Saya nggak mau! Kan tadi kami habis ketemu!" tolak Bening berusaha mengelak.
"Kenapa? Kamu takut ketahuan sudah berbohong?"
"Enak aja! Siapa yang bohong? Pacar saya itu orang sibuk, tahu. Dia banyak tugas buat keamanan negara. Bukan kayak kamu yang banyak nganggurnya dan malah nuntut-nuntut perempuan!" sindir Bening.
"Kalau tidak bohong harusnya jangan takut."
"Dih, siapa juga yang takut! Ayo kalau gitu!" Bening yang merasa tersudutkan akhirnya pasrah. Ia tidak mau mengalah dengan pria di hadapannya itu! Tengsin!
Bening akhirnya diajak memasuki mobil si pria dan kembali ke batalion bersama lelaki tersebut. Sesampainya di pos jaga, mobil itu tiba-tiba berhenti.
"Ayo, turun di sini!"
Bening sontak ketar-ketir. Ia panik dan hanya bisa berharap pria bernama Kalingga itu sedang tidak ada di batalion. Namun, kalaupun pria itu ternyata ada, Bening sudah memiliki sebuah rencana.
Mereka berdua pun turun. Bening semakin deg-degan karena takut tentara yang tadi berjaga mengenalinya. Untungnya, tentara yang menghampiri mereka bukanlah pria yang tadi mengantarkan Bening.
"Oke, aku pasti bisa menghadapi ini!" batin Bening berusaha menguatkan mentalnya.
Rencana yang sejak tadi dipikirkan Bening adalah, kalau nanti Kapten Kalingga sudah datang menghampiri mereka, maka ia akan langsung memeluk pria tersebut dan berbisik meminta tolong untuk kerja sama.
Yah, Bening hanya bisa berharap rencananya berhasil. Kalau tidak, matilah dia!
Salah satu tentara yang berjaga langsung memberikan hormat saat mereka tiba. Si pria mengangguk dengan penuh wibawa.
"Ada yang bisa dibantu, Ndan?" tanya tentara tersebut.
"Wanita ini mau bertemu pacarnya," jawab si pria.
Jantung Bening semakin berdegup tak karuan. Rasanya ia ingin kabur saja dari sana. Namun, mau tidak mau ia harus menghadapi situasi ini. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.
"Benar, kan?" kata pria itu tadi lagi sambil menatap Bening penuh arti.
Bening mencoba mengangguk dengan penuh percaya diri. "Iya, benar!" jawabnya.
"Siap, Ndan. Mbaknya mau bertemu dengan siapa ya?" tanya tentara tadi kepada Bening.
Bening menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
"Saya mau ketemu kekasih saya, Kapten Kalingga Yudhistira!" jawabnya.
Si tentara sontak kaget. Ia menatap ke arah si pria yang tersenyum penuh misteri. Bening tentu saja bingung melihat respon tentara tersebut. Apakah lagi-lagi bertambah orang yang sebegitu tidak percayanya dia berpacaran dengan Kapten Kalingga itu? Atau jangan-jangan pria tersebut sekarang sudah memiliki kekasih, makanya mereka tidak percaya dengan ucapannya?
"Maaf, Mas. Kok malah diam, ya? Bisa tolong panggilkan Kapten Kalingga? Ada yang mau saya bicarakan dengan beliau," pinta Bening.
"Tapi kan... Kapten ada di sebelah Mbak," jawab si tentara dengan bingung.
"Hah?" Bening menoleh ke sebelah kirinya, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya ada pria tadi yang berdiri di sebelah kanannya. "Maksudnya apa?" tanyanya.
"Beliau ini kan Kapten Kalingga," sahut tentara tersebut sambil menunjuk sopan ke arah si pria.
Bening langsung melotot kaget sambil menatap ke arah si pria yang tersenyum lebar.
"Mampus aku!" seru Bening dalam hati.
***