Share

Bab 4

Author: Brata Yudha
last update Last Updated: 2024-12-19 13:13:59

Mata Bening tidak bisa berkedip menatap wajah orang yang menahan tubuhnya tersebut. Bibirnya tak kunjung terkatup. Alih-alih menjauhkan diri, ia malah bengong dan terus menatap pria yang membantunya itu.

"Aku enggak lagi di surga, kan? Kok ada pangeran tampan di sini?" bisik Bening dalam hati.

Bening benar-benar terpana melihat ketampanan pria itu. Sungguh mahakarya Tuhan yang luar biasa. Lihat saja alis matanya yang tebal, hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas, dan bibirnya yang tampak lembut dengan sedikit belahan di bibir bawah. Bening merasa tidak pernah berada sedekat ini dengan pria tampan lainnya sebelumnya.

Yang artinya ... seorang Wildan pun tidak setampan si pria penolong ini di mata Bening!

"Ehm, kamu bisa berdiri sendiri?"

Suara pria tersebut akhirnya menyadarkan Bening dari keterpukauannya. Dia cepat-cepat berdiri, dibantu oleh pria tersebut. Ketika pria itu menanyakan identitasnya, "Siapa kamu?" Bening kehilangan kata-kata sejenak, matanya melirik ke arah Wildan yang berjalan bersama Susan menuju ruangan administrasi.

"Anu, saya..." Bening menggantungkan kalimatnya sejenak, kemudian melanjutkan, "Lagi kunjungan ke rumah teman." Pria itu hanya mengangguk, memberikan senyum pendek, dan berpesan, "Lain kali hati-hati." Kemudian dia berlalu tanpa menoleh kembali.

Bening berdiri diam sejenak, masih terpaku, merenungi pertemuan singkat yang membuatnya terkesan itu. Kemudian saat tersadar. Dia ingat lagi dengan pengkhianatan Wildan padanya.

Bening menatap kosong ke ruang administrasi. Di dalam sana, pasti Wildan tengah mengurus berkas pengajuan pernikahannya dengan Susan. Hal yang paling ditunggu dan diimpikan Bening sedari dulu. Namun semua impiannya itu kini telah kandas karena Wildan justru memilih wanita lain dan mencampakkannya begitu saja.

Sekarang, setelah tahu semua ini, Bening mau apa? Mau mengamuk? Atau melanjutkan rencana konyolnya mendekati si komandan? Rasanya semua itu hanya akan berakhir sia-sia saja. Bening benar-benar putus asa.

Akhirnya Bening memilih untuk pergi saja dari Batalion ini sebelum Wildan melihatnya. Saat berada di pintu keluar, si Tentara yang berjaga bingung melihat Bening yang berbeda dari wanita yang dibawa Wildan sebelumnya. Dengan suara serak, Bening pamit, "Saya pergi dulu." Si Tentara hanya mengangguk, matanya masih bertanya-tanya.

Bening berjalan menyusuri trotoar yang berada di depan bataliyon. Hatinya benar-benar sakit setelah mengetahui penghianatan yang dilakukan Susan dan Wildan padanya.

"Tega banget kamu Mas Wildan," gumamnya. Hati kecilnya teriris. Susan juga, mengapa ia bisa begitu tega menikung teman sendiri? Padahal dia sudah menganggap Susan seperti layaknya saudara. Memang apa salah Bening hingga harus menerima perlakuan kejam seperti ini? Saat semua rasa kecewa itu menggelayut di dada, hujan tiba-tiba turun membasahi bumi. Bening kehujanan, tubuhnya basah kuyup. Di tengah kebingungannya, ia berlari dan berteduh di sebuah warung mie ayam yang tutup.

Bening mengambil ponselnya dari dalam tas untuk memesan taksi online. Tapi handphone-nya malah tiba-tiba mati. Bening lupa mengecas ponselnya.

"Nasibku kok apes banget sih! Udah jatuh, ketimpa monas pula," pikir Bening ngenes. Tak mungkin ia datang ke batalion dan meminta bantuan Wildan. Sudah pasti, yang ada hanya tawa terbahak-bahak Susan yang menertawakan nasib sialnya yang bertubi-tubi.

Di pojok warung yang sunyi itu, Bening hanya mampu menumpahkan air mata, merasakan beratnya dunia di pundaknya yang rapuh. Ia berjongkok dengan tubuh menggigil di sana, menenggelamkan wajahnya di atas lutut. Terus seperti itu sambil menunggu hujan reda.

Ketika hujan akhirnya mereda, ia berdiri dan memutuskan untuk berjalan kaki mencari ojek pangkalan. Langkahnya gontai di jalan yang basah, pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian tadi. Di kejauhan, sebuah mobil hitam meluncur keluar dari area Batalion. Itu mobil orang yang sempat membantunya tadi. Milik si pangeran tampan yang membuat Bening terpesona.

Saat mobil itu melewati jalanan berlubang yang sejajar dengan tubuh Bening, air langsung menyiprat ke tubuhnya, membuat tubuhnya yang tadi sudah setengah kering, kembali menjadi basah kuyup oleh air comberan.

Amarah yang telah terpendam dalam dada Bening kini memuncak. Sekarang dia benar-benar tak tahan ingin mengamuk. Tanpa pikir panjang, ia membungkuk, meraih sebuah batu dan dengan sekuat tenaga melemparkannya ke arah mobil itu.

Prankk!!!

Lemparan Bening tepat sasaran. Kaca belakang mobil itu pecah. Mobil itu pun berhenti. Sepertinya orangnya marah dan akan menghampiri Bening. Bening tidak takut. Akan dia hadapi siapapun itu. Kebetulan dia sedang ingin ngomel. Jadi sekalian saja cari pelampiasan!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Nah 'kan Bening...Gara gara kamu terlalu emosi, jadi meluapkan amarah ke kaca belakang mobil orang deh..... Gawaaaat....Kabooor....
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Bening....jangan bersedih ...relakan Wildan,jika dia memang bukan jodohmu
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
oke dr oertemuan ini kalian kudu jd deket
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 330

    Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 329

    Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 328

    “Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 327

    Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 326

    Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta

  • Kau Campakkan Aku, Kunikahi Komandanmu   Bab 325

    “Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status