Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 66. Pria Paling Bodoh

Share

Bab 66. Pria Paling Bodoh

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-10 22:11:34

"Dengan siapa aku berselingkuh?"

Felix menatap Alma, kaget dengan pertanyaannya. Ia juga heran melihat keberanian Alma.

Meski dituding seperti itu, Alma tetap tampak percaya diri dan anggun. Hal ini membuat semua orang termasuk Arhan tercengang. Bahkan beberapa tamu yang tadi asik berbincang kini berhenti bicara, menoleh ke arah mereka denga rasa ingin tahu.

Melihat itu emosi Arhan tersulut. Ia merasa Alma merendahkannya di hadapan publik, dan itu membuatnya hilang kendali. Tanpa pikir panjang lagi, dengan amarah yang membuncah, Arhan berbalik ke kerumunan, lalu menunjuk satu sosok ya berdiri di antara tamu-tamu VIP. Dengan lantang Arhan menyebutkan," Pak Sukma!".

Sontak suasana rooftop senyap. Semua orang berpaling ke arah yang ditunjuk Arhan. Di sana Pak Sukma berdiri dengan stelan jas hitam mewah dan dasi bermotif elegan. Wajahnya tampak kaget. Jelas tidak menyangka namanya disebut-sebut dalam drama ini.

Semua orang pun terkejut Mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 205. Penyatuan Dua Hati

    “Arhan kabur dari rumah sakit!” Suara Septiana di seberang telepon membuat jantung Alma serasa berhenti berdetak. Ia berdiri terpaku di depan mobil, jemarinya yang memegang ponsel bergetar pelan. “Apa? Kapan kejadiannya?” tanyanya cepat. “Baru setengah jam yang lalu,” jawab Septiana, napasnya terdengar terburu-buru. “Tim kami sedang menyisir area sekitar. Sepertinya dia keluar lewat jalur belakang tanpa diketahui petugas jaga.” Alma menelan ludah. Suaranya lirih saat bertanya, “Apa dia berbahaya, Ana? Maksudku … kondisi mentalnya?” Septiana menghela napas. “Sebenarnya Arhan sudah menunjukkan kemajuan. Dia mulai tenang, mulai bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi proses pemulihan mental tidak selalu linier. Bisa jadi tekanan emosional memicunya untuk bertindak impulsif. Meski begitu, aku yakin dia tidak akan menyakiti siapa pun.” Alma menunduk, berusaha menenangkan diri. “Aku hanya khawatir ... sebentar lagi acara pernikahanku. Aku takut dia datang dan membuat masalah.” “Tena

  • Pelakor itu Adikku   Bab 204. Tinggal hitungan hari

    Alma dan Felix serempak menoleh ke arah suara yang memanggil mereka. Seorang pria paruh baya dengan jas dokter berwarna putih mendekat dengan senyum ramah. Rambutnya sudah mulai memutih di sisi pelipis, namun tatapan matanya tajam dan berwibawa. “Dokter Alma, akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan dokter yang selama ini sering dibicarakan di kalangan medis,” ucapnya dengan nada hangat. Felix segera tersenyum dan memperkenalkan. “Alma, ini Dokter Frans, dokter senior di Majestic Hospital. Beliau sudah lama menjadi konsultan di bidang onkologi dan juga anggota dewan kehormatan rumah sakit ini.” “Senang sekali bisa bertemu, Dokter Frans,” sahut Alma sopan, menyalami tangan pria itu. Frans terkekeh. “Ah, saya yang lebih senang, Dokter Alma. Siapa, sih, yang tidak kenal dengan Anda? Dokter muda berbakat yang berhasil menyelamatkan nyawa banyak pasien di RS Annisa. Kalau Dokter Alma bisa praktek di Majestic Hospital, saya yakin pasien akan berbondong-bondong datang ke sini. Nama Maj

  • Pelakor itu Adikku   Bab 203. Lebih Bijaksana

    Sore itu, ruang kerja Vico dipenuhi aroma kopi yang baru saja diseduh oleh Felice. Meja besar di tengah ruangan dipenuhi berkas-berkas tender dan laporan hasil kerja. Di salah satu sisi ruangan, Leonard berdiri bersandar pada dinding, tangan dimasukkan ke saku celana, sementara Vico duduk di kursinya dengan wajah serius. “Leonard, ayah butuh bantuanmu,” ujar Vico membuka pembicaraan, suaranya terdengar tegas. Leonard mengangkat alis. “Bantu apa, Yah?” Vico menatap Leonard lurus-lurus. “Ayah ingin kamu undang Alma makan malam. Ayah ingin mengenalnya lebih dekat. Lagipula, ayah rasa dia cocok untukmu.” Leonard memutar pandangannya, menatap ke luar jendela beberapa detik sebelum berbalik kembali. “Maksud Ayah?” Vico menghela napas. “Kau tahu kan, Alma yang menyelamatkan perusahaan kita. Ayah ingin membalas budi. Dan ayah pikir, kalau kau bisa bersama dengan Alma … hubungan bisnis kita akan semakin kuat. Sekaligus ayah tahu, Alma perempuan luar biasa. Ayah tidak ingin dia jat

  • Pelakor itu Adikku   Bab 202. Rencana Vico

    Alma turun dari panggung matanya masih memandang ke arah hadirin yang masih berdiri. MC akhirnya menutup acaraa “Bapak-Ibu yang kami hormati, silakan menikmati hidangan yang telah disediakan di ruang prasmanan.” Suara obrolan di antara para pengusaha masih terdengar, deru langkah kaki melintas di aula. Para pengusaha dan hadirin mulai bergerak ke arah Alma, tersenyum dan menyapa. Beberapa orang berjabat tangan dengannya, mengucapkan selamat dan ingin berbincang lebih dekat. Alma pun menjawab dengan ramah, dengan senyum hangat ia bicara dengan sopan, sesekali menganngguk ramah. Ia tetap menjaga wibawa, tak terlalu melepas jarak, namun cukup dekat agar mereka merasa terhormat. Di kursinya, Vico dan Hilmawan masih terpaku. Vico mematung, bibirnya gemetar, matanya memandang ke panggung kosong yang baru saja ditinggalkan Alma. Hilmawan menoleh, lalu menunduk. Keduanya belum bergerak, seperti kaku di tempat masing-masing. Tak lama kemudian, Alma melirik jam tangannya, wajahnya seketik

  • Pelakor itu Adikku   Bab 201. Pemilik PT. Angkasa

    Lampu sorot berhenti pada sosok yang duduk di deretan tengah, agak ke belakang. Sejenak, semua orang menahan napas. Kursi-kursi berderit pelan saat kepala para tamu serentak menoleh. Wajah-wajah tegang, dahi berkerut, bahkan beberapa mulut terbuka lebar, tak percaya pada apa yang baru mereka saksikan. Sinar lampu jatuh tepat pada Alma Azzahra, duduk tenang dengan balutan dress hitam elegan dan blazer putih. “Tidak …” bisik Vico dengan suara tercekat. Tangannya meremas lutut, keringat dingin mulai membasahi pelipis. “Tidak mungkin perempuan itu … lampu itu pasti salah.” Ia menelan ludah dengan susah payah, tetapi sorot lampu tak bergeser sedikit pun. Jantungnya berdebar tak beraturan, seakan mau meloncat keluar dari tempatnya. Hilmawan, yang duduk tak jauh dari sana, ikut ternganga. Matanya melebar, tubuhnya sedikit condong ke depan. Sejak awal ia memang sempat curiga Alma punya kaitan dengan PT Angkasa, tapi cara bicara Alma yang selalu merendah membuatnya menepis dugaan itu. Kini,

  • Pelakor itu Adikku   Bab 200. Ketegangan Tiada Akhir

    Semua orang di dalam aula menahan napas. Tatapan penuh harap mengarah ke MC yang berdiri tegak di atas panggung dengan map hitamnya. Ia kembali membuka lembaran catatan, sementara suasana mendadak hening. “Lima perusahaan yang berhasil memenangkan tender ini adalah…” suaranya lantang namun penuh jeda, membuat detik-detik itu terasa semakin tegang. “Pertama, PT Gelora Mandiri milik Bapak Vico Mahesa.” Seketika, senyum lebar merekah di wajah Vico. Dagu terangkat, tatapannya berkilat penuh kemenangan. Ia menoleh ke arah Alma, menunjukkan senyum penuh kesombongan seakan ingin berkata, lihat sendiri kan, aku memang layak bersaing di sini. “Yang kedua, PT Sejati Abadi milik Bapak Hilmawan.” Hilmawan tersenyum percaya diri. Tangannya bersedekap, ekspresi puas jelas terpancar di wajahnya. Ia bahkan sempat melirik Alma, seolah menegaskan bahwa semua ucapannya tadi bukan sekadar kesombongan belaka. Tiga nama perusahaan lain pun diumumkan, dan suasana semakin riuh. Para hadirin bertepuk ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status