Home / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 94. Selalu Ada Untukmu

Share

Bab 94. Selalu Ada Untukmu

Author: Rina Novita
last update Huling Na-update: 2025-07-23 16:06:49

“Kamu tahu, Ma … kalau menurutku, Felix itu jauh lebih cocok sama kamu,” ucap Septiana pelan tapi bersemangat, sambil mengaduk minumannya yang tinggal setengah. Mereka masih duduk di café rumah sakit, meski pengunjung mulai berkurang.

Alma mendesah pelan, menyeruput teh hangatnya tanpa menanggapi.

“Aku ingat banget waktu kamu baru nikah sama Arhan. Felix sampai nggak masuk kerja seminggu. Terus ngilang gitu aja. Ternyata dia ke luar negeri, katanya sih seminar. Tapi semua orang tahu itu cuma alasan dia aja untuk menghindar,” lanjut Septiana, menatap Alma penuh makna.

Alma menahan napas. Ia tidak ingin terlihat terpengaruh. Tapi ia akui, kalimat yang diucapkan Septiana benar-benar menganggu pikirannya.

Apa benar Felix pergi karena dia? Karena pernikahan yang Alma sendiri kini sesali.

‘Kalau saja aku nggak ketemu Arhan lebih dulu … mungkin sekarang aku udah sama Felix … mungkin aja udah nikah ...’ pikir Alma, namun buru-buru ditepisnya. "Astaga! Mikir apa sih aku!"

Ia menggigit bi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
aku yes sma Alma & felix bersatu
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
yes, tim Alma Felix
goodnovel comment avatar
Zhang Liya
seru baca cerita kamu...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pelakor itu Adikku   Bab 205. Penyatuan Dua Hati

    “Arhan kabur dari rumah sakit!” Suara Septiana di seberang telepon membuat jantung Alma serasa berhenti berdetak. Ia berdiri terpaku di depan mobil, jemarinya yang memegang ponsel bergetar pelan. “Apa? Kapan kejadiannya?” tanyanya cepat. “Baru setengah jam yang lalu,” jawab Septiana, napasnya terdengar terburu-buru. “Tim kami sedang menyisir area sekitar. Sepertinya dia keluar lewat jalur belakang tanpa diketahui petugas jaga.” Alma menelan ludah. Suaranya lirih saat bertanya, “Apa dia berbahaya, Ana? Maksudku … kondisi mentalnya?” Septiana menghela napas. “Sebenarnya Arhan sudah menunjukkan kemajuan. Dia mulai tenang, mulai bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi proses pemulihan mental tidak selalu linier. Bisa jadi tekanan emosional memicunya untuk bertindak impulsif. Meski begitu, aku yakin dia tidak akan menyakiti siapa pun.” Alma menunduk, berusaha menenangkan diri. “Aku hanya khawatir ... sebentar lagi acara pernikahanku. Aku takut dia datang dan membuat masalah.” “Tena

  • Pelakor itu Adikku   Bab 204. Tinggal hitungan hari

    Alma dan Felix serempak menoleh ke arah suara yang memanggil mereka. Seorang pria paruh baya dengan jas dokter berwarna putih mendekat dengan senyum ramah. Rambutnya sudah mulai memutih di sisi pelipis, namun tatapan matanya tajam dan berwibawa. “Dokter Alma, akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan dokter yang selama ini sering dibicarakan di kalangan medis,” ucapnya dengan nada hangat. Felix segera tersenyum dan memperkenalkan. “Alma, ini Dokter Frans, dokter senior di Majestic Hospital. Beliau sudah lama menjadi konsultan di bidang onkologi dan juga anggota dewan kehormatan rumah sakit ini.” “Senang sekali bisa bertemu, Dokter Frans,” sahut Alma sopan, menyalami tangan pria itu. Frans terkekeh. “Ah, saya yang lebih senang, Dokter Alma. Siapa, sih, yang tidak kenal dengan Anda? Dokter muda berbakat yang berhasil menyelamatkan nyawa banyak pasien di RS Annisa. Kalau Dokter Alma bisa praktek di Majestic Hospital, saya yakin pasien akan berbondong-bondong datang ke sini. Nama Maj

  • Pelakor itu Adikku   Bab 203. Lebih Bijaksana

    Sore itu, ruang kerja Vico dipenuhi aroma kopi yang baru saja diseduh oleh Felice. Meja besar di tengah ruangan dipenuhi berkas-berkas tender dan laporan hasil kerja. Di salah satu sisi ruangan, Leonard berdiri bersandar pada dinding, tangan dimasukkan ke saku celana, sementara Vico duduk di kursinya dengan wajah serius. “Leonard, ayah butuh bantuanmu,” ujar Vico membuka pembicaraan, suaranya terdengar tegas. Leonard mengangkat alis. “Bantu apa, Yah?” Vico menatap Leonard lurus-lurus. “Ayah ingin kamu undang Alma makan malam. Ayah ingin mengenalnya lebih dekat. Lagipula, ayah rasa dia cocok untukmu.” Leonard memutar pandangannya, menatap ke luar jendela beberapa detik sebelum berbalik kembali. “Maksud Ayah?” Vico menghela napas. “Kau tahu kan, Alma yang menyelamatkan perusahaan kita. Ayah ingin membalas budi. Dan ayah pikir, kalau kau bisa bersama dengan Alma … hubungan bisnis kita akan semakin kuat. Sekaligus ayah tahu, Alma perempuan luar biasa. Ayah tidak ingin dia jat

  • Pelakor itu Adikku   Bab 202. Rencana Vico

    Alma turun dari panggung matanya masih memandang ke arah hadirin yang masih berdiri. MC akhirnya menutup acaraa “Bapak-Ibu yang kami hormati, silakan menikmati hidangan yang telah disediakan di ruang prasmanan.” Suara obrolan di antara para pengusaha masih terdengar, deru langkah kaki melintas di aula. Para pengusaha dan hadirin mulai bergerak ke arah Alma, tersenyum dan menyapa. Beberapa orang berjabat tangan dengannya, mengucapkan selamat dan ingin berbincang lebih dekat. Alma pun menjawab dengan ramah, dengan senyum hangat ia bicara dengan sopan, sesekali menganngguk ramah. Ia tetap menjaga wibawa, tak terlalu melepas jarak, namun cukup dekat agar mereka merasa terhormat. Di kursinya, Vico dan Hilmawan masih terpaku. Vico mematung, bibirnya gemetar, matanya memandang ke panggung kosong yang baru saja ditinggalkan Alma. Hilmawan menoleh, lalu menunduk. Keduanya belum bergerak, seperti kaku di tempat masing-masing. Tak lama kemudian, Alma melirik jam tangannya, wajahnya seketik

  • Pelakor itu Adikku   Bab 201. Pemilik PT. Angkasa

    Lampu sorot berhenti pada sosok yang duduk di deretan tengah, agak ke belakang. Sejenak, semua orang menahan napas. Kursi-kursi berderit pelan saat kepala para tamu serentak menoleh. Wajah-wajah tegang, dahi berkerut, bahkan beberapa mulut terbuka lebar, tak percaya pada apa yang baru mereka saksikan. Sinar lampu jatuh tepat pada Alma Azzahra, duduk tenang dengan balutan dress hitam elegan dan blazer putih. “Tidak …” bisik Vico dengan suara tercekat. Tangannya meremas lutut, keringat dingin mulai membasahi pelipis. “Tidak mungkin perempuan itu … lampu itu pasti salah.” Ia menelan ludah dengan susah payah, tetapi sorot lampu tak bergeser sedikit pun. Jantungnya berdebar tak beraturan, seakan mau meloncat keluar dari tempatnya. Hilmawan, yang duduk tak jauh dari sana, ikut ternganga. Matanya melebar, tubuhnya sedikit condong ke depan. Sejak awal ia memang sempat curiga Alma punya kaitan dengan PT Angkasa, tapi cara bicara Alma yang selalu merendah membuatnya menepis dugaan itu. Kini,

  • Pelakor itu Adikku   Bab 200. Ketegangan Tiada Akhir

    Semua orang di dalam aula menahan napas. Tatapan penuh harap mengarah ke MC yang berdiri tegak di atas panggung dengan map hitamnya. Ia kembali membuka lembaran catatan, sementara suasana mendadak hening. “Lima perusahaan yang berhasil memenangkan tender ini adalah…” suaranya lantang namun penuh jeda, membuat detik-detik itu terasa semakin tegang. “Pertama, PT Gelora Mandiri milik Bapak Vico Mahesa.” Seketika, senyum lebar merekah di wajah Vico. Dagu terangkat, tatapannya berkilat penuh kemenangan. Ia menoleh ke arah Alma, menunjukkan senyum penuh kesombongan seakan ingin berkata, lihat sendiri kan, aku memang layak bersaing di sini. “Yang kedua, PT Sejati Abadi milik Bapak Hilmawan.” Hilmawan tersenyum percaya diri. Tangannya bersedekap, ekspresi puas jelas terpancar di wajahnya. Ia bahkan sempat melirik Alma, seolah menegaskan bahwa semua ucapannya tadi bukan sekadar kesombongan belaka. Tiga nama perusahaan lain pun diumumkan, dan suasana semakin riuh. Para hadirin bertepuk ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status