Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 143 Teman Lama Miliknya

Share

Bab 143 Teman Lama Miliknya

Author: Jovita Tantono
Ruangan itu tampak kacau balau, lantai penuh dengan benda-benda yang terpecah dan tercecer ke mana-mana...

Walau Adeline sudah menyiapkan diri secara mental, pemandangan di depan matanya tetap membuat kulit kepalanya menegang. Tepat saat itu, sesuatu melayang ke arahnya, disertai dengan raungan amarah yang tak bisa dimengerti siapa pun.

Refleks pertama Ken adalah menariknya keluar, tapi Adeline justru lebih cepat menghindar dari benda yang dilemparkan itu, lalu melangkah masuk dan menutup pintu kamar dari dalam.

Tangan Ken yang semula terangkat pun perlahan turun kembali, namun gurat tegang di wajahnya justru semakin dalam. Ia baru saja mengangkat tangan saat Ricardo sudah berlari ke arahnya, “Tuan Ken…”

“Siapkan tenaga medis untuk berjaga kapan saja.”

Kondisi Nyonya Nina sudah sejak awal disiapkan dengan tenaga medis siaga, namun yang dimaksud Ken saat ini adalah untuk Adeline.

Ia khawatir perempuan itu terluka.

“Bukankah mereka memang sudah siaga?” Ricardo tampak tak memahami maksud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 149 Menjalankan Peran Sebagai Suami

    Tubuh Adeline gemetar hebat, kakinya secara refleks menegang dan hendak ditarik menjauh.“Leo…” Tiga suku kata itu menggantung di tenggorokannya, belum sempat keluar sepenuhnya.Yang mengguncangnya bukan hanya karena pria itu sedang membantu melepas sepatunya, tapi juga karena pemandangan di hadapannya, di dalam dunia pengenalannya terhadap Leo, pria itu selalu berada di posisi atas yang tak tersentuh, bahkan anjing pun mungkin harus menyembah saat melihatnya. Kapan pernah ia melihatnya membungkuk untuk orang lain?Namun kini, Leo sedang setengah berlutut di depan kakinya.Pemandangan ini menimbulkan guncangan visual yang belum pernah ia alami sebelumnya. Terlebih, pria itu tengah membantunya melepas sepatu…Jika mereka benar-benar pasangan yang saling mencintai, hal ini tentu masih bisa dimaklumi. Namun kenyataannya, mereka bukan sepasang kekasih. Mereka adalah dua orang yang sudah menentukan tanggal berpisah, hanya saling memanfaatkan.Meski Leo pernah mengatakan bahwa balas dendamny

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 148 Ini Suamiku

    “Benar-benar merepotkan kalian, maaf sekali!”Begitu keluarga Nyonya Nina tiba, mereka langsung menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan mereka kepada Adeline dan yang lain, terutama kepada Adeline.“Adeline, semua ini berkat kamu.”Karena hubungannya yang cukup dekat dengan Nyonya Nina, Adeline pun akrab dengan keluarganya. Maka suasana pertemuan terasa hangat dan ramah.“Aku senang bisa bertemu dengan ibumu dan membantunya,” kata Adeline tulus.“Ibu belakangan ini sering menyebut-nyebutmu, tapi kami tak menyangka dia akan kabur diam-diam untuk mencarimu,” ujar putri Nyonya Nina.Adeline terkejut. Jadi Nyonya Nina datang ke sini memang sengaja mencarinya?“Ibu bahkan bilang dia bermimpi kamu menikah. Dia ingin menghadiri pernikahanmu, dan sudah menyiapkan hadiah untukmu...” lanjut sang putri sambil memandangi Adeline dan Felix. “Kalian akan menikah? Kalau iya, kebetulan sekali. Ibu bisa hadir, itu akan jadi impian yang terkabul baginya.”Kalimat ini membuat suasana tiba-tiba can

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 147 Jangan Bermimpi Mengatur Hidupnya

    Ucapan itu datang begitu tiba-tiba, dibarengi dengan suaranya yang rendah dan berat, seperti tetesan lembut yang jatuh langsung ke hati Adeline.Gerakan Adeline yang semula berusaha melepaskan diri langsung terhenti, ia menoleh menatap pria itu.Dengan alis terangkat ringan, Leo berkata pelan, “Nyonya Brown, yang barusan aku ucapkan, benar kan?”Yang dia ucapkan adalah “aku mencintaimu” dalam bahasa Arab…Dan benar!Suaranya pun terdengar begitu merdu!Adeline pernah mendengar banyak versi “aku mencintaimu” dalam berbagai bahasa, dan yang paling ia sukai adalah versi bahasa Arab. Setiap suku katanya seakan mengalir lembut di ujung lidah. Dulu, ia bahkan pernah mengajari Felix dan ingin mendengarnya mengucapkannya kepadanya.Namun saat itu Felix hanya mengernyit dan mencibir, menyebutnya kekanak-kanakan.Tak disangka, kini kalimat itu justru keluar dari mulut Leo. Ucapannya sangat mirip dengan yang ia harapkan dulu, hanya saja… kini semua itu tidak lagi berarti baginya.“Tuan Brown mema

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 146 Masih Bisa Menggenggam Tangannya

    Nyonya Nina tertidur, namun bibirnya terus bergerak, menggumamkan kata-kata yang tak jelas. Tangannya pun masih erat menggenggam tangan Adeline dan Felix.Keadaan mentalnya sangat buruk, sudah memasuki tahap mengigau. Baik Adeline maupun Felix sama-sama paham apa artinya ini.“Tak pernah kusangka, pertemuan kembali dengannya akan seperti ini,” ucap Felix dengan perasaan haru.Saat pertama kali bekerja sama dengan ND, Nyonya Nina sering mengundang mereka makan bersama. Ia sosok yang ceria dan penuh humor, bahkan sempat bercanda akan menjadi saksi pernikahan mereka dan menyambut kelahiran anak mereka.Namun kini, pikirannya telah kacau, dan ia dan Adeline pun telah berpisah.Benarlah pepatah itu, waktu berubah, orang pun tak sama lagi.Felix menoleh ke arah Adeline, dan saat itu pula Adeline mengangkat wajahnya. Tatapan mereka saling berpapasan, namun seketika itu pula, Felix merasakan tangan di genggamannya mulai berusaha melepaskan diri.Refleks, jari-jarinya menegang, mencengkeram leb

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 145 Menjemput Istri

    Rumah Sakit Pribadi Saint Heaven.Jendela mobil Cayenne hitam terbuka lebar. Leo menyandarkan sikunya di bingkai jendela, menatap ke arah salah satu jendela di lantai dua. Lewat tirai tipis yang berkibar pelan, siluet beberapa sosok samar-samar bisa terlihat di dalam ruangan.“Si nenek kecil bule itu memang luar biasa, yang di panci, yang di mangkuk, bahkan yang belum dihidangkan, semua berhasil dikumpulkan sekaligus,” George yang duduk di kursi penumpang depan mengomentari dengan nada menggoda, memecah keheningan di udara.Biasanya Leo paling jago membalas, tapi kali ini ia entah kenapa bersikap murah hati. Ia tidak menyahut, hanya bertanya dengan nada dingin, “Kapan keluarga nenek itu tiba?”“Sekitar setengah jam lagi bakal sampai ke medan perang,” sahut George, tetap dengan gaya menyebalkannya.Leo menyandarkan tubuh ke jok kursi, suara dalamnya terdengar samar dan tak bisa ditebak, “Tiga puluh menit.”George terbatuk kecil. “Nilai sempurna. Matematika kamu bukan diajar guru bahasa,

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 144 Mereka Semua Tumbuh Menghadap Matahari

    Adeline adalah kenalan lama Nyonya Nina, dan secara alami, Felix juga demikian.Keinginannya untuk bertemu dengannya adalah sesuatu yang wajar.Mungkin Nyonya Nina masih mengira mereka adalah sepasang kekasih, tanpa tahu bahwa hubungan mereka kini sudah berbeda.Ken pun dapat menangkap ketidakyamanan yang terpancar dari diri Adeline. Apa yang terjadi hari ini sudah merupakan bantuan besar darinya, dan tentu saja Ken tak tega membiarkannya dalam posisi yang sulit. “Kau bisa menenangkannya sebentar?”“Lebih baik Pak Ken langsung menghubungi Tuan Felix,” jawab Adeline dengan tenang, sebelum menoleh pada Nyonya Nina. Senyumnya berubah menjadi hangat dan bersahabat, seperti gadis tetangga yang penuh kebaikan hati. Dalam bahasa Arab, ia menenangkan wanita itu dengan lembut, “Beliau akan segera datang, dan akan membawa bunga matahari kesukaan Anda.”Sorot mata Ken jatuh pada wajah Adeline. Di telinganya masih terngiang sebutan ‘Tuan Felix’ barusan.Tujuh tahun bersama Felix, dan kini lelaki i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status