Home / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 177 Selalu Suka Memungut Milik Orang

Share

Bab 177 Selalu Suka Memungut Milik Orang

Author: Jovita Tantono
“Ini kudanya kurang bagus, nanti aku kirimkan yang lebih baik untukmu.”

Masih di atas pelana, Leo memacu kuda sambil mengajak Adeline menikmati sensasi pacuan, tapi ucapannya justru seperti mengeluh.

Apa-apaan ini? Seperti orang yang baru saja habis makan enak, lalu langsung mencela masakan.

Jantung Adeline yang tadinya berdebar kencang kini sudah mulai tenang, tapi amarahnya belum reda. Barusan itu benar-benar terlalu berbahaya. “Leo, kalau kamu mau cari mati, silakan. Tapi aku masih mau hidup.”

“Aku nggak akan membiarkanmu kenapa-kenapa.” Leo tahu tadi tindakannya memang nekat, tapi ia yakin dengan keterampilan berkuda Adeline, sekalipun kuda itu meloncat setengah meter lebih tinggi, dia tetap tidak akan jatuh.

Lagi pula, ia maju seperti itu karena sudah menghitung resikonya.

“Kalau kamu sendiri bagaimana?” Adeline balik bertanya, kesal.

Ucapan itu membuat Leo merapatkan pelukannya di pinggangnya, napas hangatnya menyapu lehernya. “Oh… jadi sebenarnya kamu khawatir padaku?”

Adeline t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Rawati
Adeline...peka dikit kenapa...dingin melulu sama Leo
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 177 Selalu Suka Memungut Milik Orang

    “Ini kudanya kurang bagus, nanti aku kirimkan yang lebih baik untukmu.”Masih di atas pelana, Leo memacu kuda sambil mengajak Adeline menikmati sensasi pacuan, tapi ucapannya justru seperti mengeluh.Apa-apaan ini? Seperti orang yang baru saja habis makan enak, lalu langsung mencela masakan.Jantung Adeline yang tadinya berdebar kencang kini sudah mulai tenang, tapi amarahnya belum reda. Barusan itu benar-benar terlalu berbahaya. “Leo, kalau kamu mau cari mati, silakan. Tapi aku masih mau hidup.”“Aku nggak akan membiarkanmu kenapa-kenapa.” Leo tahu tadi tindakannya memang nekat, tapi ia yakin dengan keterampilan berkuda Adeline, sekalipun kuda itu meloncat setengah meter lebih tinggi, dia tetap tidak akan jatuh.Lagi pula, ia maju seperti itu karena sudah menghitung resikonya.“Kalau kamu sendiri bagaimana?” Adeline balik bertanya, kesal.Ucapan itu membuat Leo merapatkan pelukannya di pinggangnya, napas hangatnya menyapu lehernya. “Oh… jadi sebenarnya kamu khawatir padaku?”Adeline t

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 176 Leo, Menjauhlah!

    Tuan Muda Winata pada saat itu juga menerima versi HD dari video dan foto-foto tersebut. Ia buru-buru menyodorkannya dengan sikap menjilat, “Tuan Leo, silakan lihat versi HD-nya.”George lebih cepat satu langkah dari Leo, menoleh ke arah layar. Ada sesuatu yang melintas cepat di video itu, tapi matanya yang jeli berhasil menangkapnya. “Kenapa orang dari Keluarga Oscar juga ada di sana?”George memang tidak salah lihat. Awalnya, arena pacuan itu hanya dikuasai oleh Adeline dan Adelia, namun kini ada satu sosok pria yang ikut bergabung.Kuda cokelat itu berkilau sempurna, bahkan malam pun tak bisa menutupi kilau bulunya. Pria itu mengenakan setelan berkuda hitam dengan celana putih yang membuatnya tampak gagah. Tubuhnya condong di atas pelana, kedua kaki menjepit perut kuda, berlari kencang di lintasan pacuan.Rasanya bukan seperti sedang berlomba di lintasan, melainkan menunggang bebas di padang rumput luas.Adeline dan Adelia yang sedang fokus bertaruh di pacuan itu tak bisa menghindar

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 175 Dua Dewi Menawan dan Garang

    “Hm?”Adeline menatap Adelia, dan Adelia pun menatap balik. “Kamu nggak merasakannya, atau dia memang belum cukup berusaha?”Sesuatu berkelebat di benak Adeline...“Aku tumbuh besar bareng dia sejak kecil, jadi kalau pantatnya sedikit mengencang saja, aku sudah tahu dia lagi mencret atau nggak. Dia bisa menipu orang lain, tapi nggak akan bisa menipu aku,” kata Adelia dengan penuh keyakinan.“Leo itu sejak kecil orangnya selalu rasional. Sama siapa pun, dia nggak gampang baper. Tapi sekali dia jatuh hati, biasanya itu sampai akhir hayat,” Adelia kini berbicara serius, tak lagi bercanda.“Adeline, dia pantas untuk kamu sukai. Kalau saja aku nggak sedekat itu sama dia, aku pun nggak akan memberi kesempatan pada orang lain,” ujar Adelia, lalu kembali tersenyum. Dia memang gadis yang mudah tertawa.Mungkin itu sebabnya dia begitu beruntung, Tuhan selalu berpihak pada perempuan yang suka tertawa.“Kamu kenal Anastasia nggak?” tanya Adeline.Adelia tertegun. “Siapa?”Kali ini giliran Adeline

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 174 Terlalu Akrab Sampai Tak Ada Rasa

    Tempat yang sering didatangi pria, Adeline tahu betul itu tempat macam apa.“Kalau begitu aku malah makin nggak mau pergi!” Adeline menolak tegas.Boro-boro dia dan Leo hanyalah pasangan plastik, sekalipun benar-benar suami istri pun ia tidak akan sudi melakukan hal seperti menguntit untuk memergoki perselingkuhan.Adelia tiba-tiba tertawa. Suaranya jernih, nyaring seperti denting lonceng perak, indah sekali. Ia memang seperti kesayangan langit, anugerah Tuhan, cantik, kaya, dan bahkan suaranya pun memikat.Adeline hanya mendengarkan tawa itu. Tidak ada rasa canggung, bahkan ia tak memikirkan kenapa Adelia tertawa.“Kau… tidak suka Leo?!” Setelah puas tertawa, Adelia melontarkan kalimat itu.Adeline tersenyum tipis. “Itu lucu, ya?”“Hmm. Sejak aku tumbuh besar bersamanya dari kecil sampai sekarang, belum pernah ada perempuan yang tidak menyukainya. Kau ini satu-satunya,” kata Adelia sambil menyeka ujung matanya. Rupanya ia tertawa sampai keluar air mata.Cantik memang cantik, tapi saat

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 173 Kutukan yang Terukir di Kaki Patung Buddha

    Kaki patung Buddha berdiri kokoh di atas lantai. Meskipun Adeline setengah berlutut, tubuhnya tetap jauh lebih tinggi.Ia menundukkan badan, kepalanya sedikit condong ke depan, menatap ke arah yang disebutkan Adelia. Di sana, pada permukaan kaki patung yang halus, tampak bekas goresan ukiran. Goresan itu sepertinya sudah lama, sebab bekasnya mulai memudar dan tak lagi setajam dulu.Namun Adeline tetap bisa membacanya, [Adeline mati!]Hanya beberapa kata, tetapi cukup membuat hatinya bergetar karena begitu sarat dengan kebencian.“Aku menemukannya saat membersihkan patung Buddha hari ini. Memang di dunia ini banyak orang yang namanya sama, belum tentu maksudnya kamu. Tapi kebetulan satu-satunya Adeline yang aku kenal, ya cuma kamu,” jelas Adelia.Memang benar, di dunia ini tak hanya ada satu orang bernama Adeline. Tapi tak peduli apakah yang dimaksud adalah dirinya atau bukan, menorehkan nama di kaki patung Buddha untuk mengutuk seseorang sudah menunjukkan besarnya rasa benci itu.“Sela

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 172 Pementas di Tengah Hingar-Bingar Dunia

    Adelia menutup telepon, lalu mengirimkan sebuah alamat.Kalau itu alamat tempat lain, Adeline mungkin tak akan pergi. Tetapi yang dikirimkan adalah sebuah kuil, sesuatu yang tak ia duga.Apalagi kini sudah senja, langit mulai gelap.Dia pergi ke kuil dan ia diundang ke kuil, dan entah kenapa rasa tak berminatnya yang semula berubah jadi sedikit ingin tahu.Memang benar pepatah mengatakan kepo itu bisa bikin masalah, namun manusia tak selalu mampu menahan dorongan untuk tahu. Ditambah lagi tempat yang dituju adalah kuil. Dengan rasa hormat Adeline kemudian mengambil mobil dan berangkat.Saat ia tiba, suasana kuil hening dan tenang. Lampu-lampu kuno di pinggir jalan redup, memancarkan nuansa khidmat dan sedikit misterius.Ia tak menelepon Adelia karena melihat mobil wanita itu sudah terparkir di sana.Adeline mengikuti jalan setapak masuk ke halaman kuil. Aroma dupa menyengat lembut ke dalam napasnya, membawa efek menenangkan, sejenak segala ketegangan dan penat yang menumpuk sepanjang h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status