Share

Aku Akan Cari Tahu Semuanya!

Penulis: Ayuraa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 17:26:47

Keesokan harinya..

Seperti biasanya, pagi-pagi sekali Sarah sudah sibuk di dapur. Membuat sarapan untuk suami dan mertuanya.

Meskipun semalam ia sudah di buat sakit hati oleh Aris, namun Sarah tetap melakukan aktivitasnya dengan baik.

Ia tidak mau membiarkan suami dan mertuanya kelaparan karena ia tidak membuatkan sarapan. Selama ia belum benar-benar mengetahui perselingkuhan Aris, ia akan tetap berusaha untuk menjadi istri yang baik. Melayani dan menyiapkan semua kebutuhan Aris dengan baik.

"Selamat pagi, Sarah! Menantu Ibu bikin sarapan apa pagi ini?" tanya Ibu Susi.

"Bubur ayam, Bu. Kemarin Sarah gak sengaja denger katanya Ibu lagi pengen bubur ayam, dan kebetulan bubur ayam langganan gak jualan. Jadi, pagi ini Sarah inisiatif bikin sarapan bubur ayam deh. Ya semoga aja rasanya cocok di lidah Ibu," sahut Sarah sembari tersenyum manis.

Wanita itu sedang menuangkan kecap cair yang sudah ia bumbui ke dalam mangkuk beling.

"Kamu perhatian banget Sarah, sampe mau repot-repot bikin bubur ayam segala. Ibu jadi makin sayang. Makasih ya, Nak."

"Iya Bu, sama-sama."

Bubur ayam beserta topingnya sudah siap, Sarah di bantu oleh ibu mertua untuk menata menu sarapan tersebut di atas meja.

Saat semuanya sudah beres, Aris dan Pak Bambang datang dan duduk bergabung di meja makan.

"Ayo makan, Pak. Hari ini Sarah bikin bubur ayam untuk kita loh! Dia tau kalau kemarin kita mau bubur ayam, jadi sekarang dia bikinin deh!" ujar Bu Susi.

"Aris pintar banget pilih menantu untuk kita ya, Bu. Udah cantik, baik, sopan, perhatian lagi! Paket komplit deh!" sanjung Pak Bambang memuji semua sikap baik Sarah.

"Ah Bapak, bisa aja deh," ucap Sarah malu-malu.

Melihat orang tuanya yang begitu sangat senang dengan perhatian Sarah, membuat Aris semakin merasa menyesal karena sudah bersikap kasar kepada istrinya, semalam.

Sarah memang sangat baik, lembut dan penuh perhatian. Ia tidak pantas mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain, apalagi dari suaminya sendiri.

Aris yang merasa canggung dengan Sarah, menoleh ke arah istrinya. Namun Sarah hanya fokus dengan makanannya dan sengaja tidak ingin kontak mata dengannya.

"Bubur ayamnya enak banget loh, Sarah! Tukang bubur ayam langganan Ibu aja kalah!" puji Pak Bambang.

"Iya benar, Pak. Untung aja yang menjadi menantu kita itu Sarah ya, Pak. Bukan mantannya Aris yang itu!" ujar Bu Susi agak julit.

"Uhuk.. uhuk.."

Mendengar ucapan ibunya, Aris langsung batuk-batuk karena tersedak.

Pria itu segera meraih segelas air putih, kemudian buru-buru meminumnya.

"Hati-hati dong makan nya, Ris. Kok sampe batuk-batuk begitu."

"Iya, Pak."

"Bener kan yang Ibu bilang itu, Ris? Kamu beruntung loh punya istri seperti Sarah. Orangnya sederhana tapi semuanya serba bisa. Kalo aja dulu Ibu merestui hubungan kamu sama si Sinta itu, Ibu yakin dia gak akan bisa apa-apa. Dia hanya bisa buang-buang uang dan menghabiskan uangmu saja!"

"Udah lah Bu, gak usah bahas yang gak penting. Buat apa sih? Orang lagi makan juga, ngapain sih ngomongin orang lain?" ucap Aris sembari mengelap mulutnya dengan tisu.

"Hmmm.. iya-iya maaf."

"Sinta? Sinta mantan Mas Aris yang mana ya yang ibu maksud?" batin Sarah.

"Yaudah kalo gitu, aku pamit berangkat ke kantor dulu ya Pak, Bu, Sarah." Aris beranjak dari tempat duduknya, meraih punggung tangan kedua orang tuanya kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Sarah.

"Loh, ini kan kamu belum habis makan nya, Ris. Di habisin dulu dong baru berangkat!" ujar Bu Susi.

"Enggak ah Bu, aku udah kenyang. Jadi sekarang aku langsung berangkat aja, takut keburu macet dan telat sampe kantor!"

"Udah kenyang atau gak napsu makan gara-gara ucapan Ibu, tadi?" goda Bu Susi.

Aris sebenarnya mendengar godaan dari ibunya, namun ia memilih untuk mengabaikan.

"Lagian Ibu sih, ngapain coba bahasa-bahas si Sinta?" ucap Pak Bambang.

"Ya biarin aja, Pak. Perempuan itu memang gak baik buat Aris. Dia sangat jauh berbeda dengan Sarah. Ibu bicara seperti itu, supaya Aris itu bisa selalu bersyukur karena memiliki istri seperti Sarah," sahut Bu Susi.

**

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Sarah pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sebenarnya mertuanya itu tidak menuntut Sarah untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga, justru mereka menyuruh Aris untuk menyewa asisten rumah tangga agar Sarah tidak perlu capek-capek mengerjakan semuanya.

Namun, Sarah menolaknya. Sebagai seorang menantu yang tinggal satu rumah dengan mertua, ia tentu merasa tidak enak jika tidak melakukan kegiatan apapun dan hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah.

Bagi Sarah, selama ia bisa melakukan semuanya, ia tidak akan pernah merasa keberatan untuk menunjukkan baktinya kepada suami dan mertua.

Lagipula dari dulu ia sudah terbiasa dengan semua pekerjaan itu dan tentu ia juga suka melakukannya.

Di sela istirahatnya, Sarah kembali teringat dengan ucapan Bu Susi mengenai mantan Aris.

"Apa Mas Aris tidak mau melakukan kewajibannya sebagai suami yang meniduri istrinya, itu karena Sinta? Apa dia sebenarnya masih mencintai mantan pacarnya? Sehingga dia tidak mau menggauli ku karena rasa cintanya kepada wanita di masa lalunya itu masih utuh?" gumam Sarah.

"Jika memang seperti itu, lalu kenapa dia tidak memperjuangkan cintanya kepada Sinta? Kenapa dia justru mendekati aku dan menikahi aku, jika pada akhirnya dia tidak bisa menjadikan aku selayaknya istri pada umumnya?" imbuh nya.

Asumsi-asumsi negatif kini telah memenuhi pikiran Sarah. Wanita itu merasa tidak bisa tenang, menerka-nerka perasaan suami nya yang sebenarnya.

"Aku harus cari tau semuanya! Aku harus tau siapa si Sinta itu! Aku akan memastikan apakah Mas Aris sebenarnya masih berkomunikasi dengan mantan pacarnya di belakang ku, atau tidak."

"Jika nanti aku mendapatkan bukti perselingkuhan mereka, maka aku tidak akan segan-segan untuk meminta pisah dan meninggalkan Mas Aris. Aku tidak peduli dengan status janda, jika memang bukan aku wanita yang Mas Aris inginkan, maka aku akan mundur dengan terhormat. Sebagai perempuan,aku masih mempunyai harga diri, aku tidak mau menjadi perempuan yang bisa di remehkan oleh laki-laki!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sarah Salah Paham

    "Bu, lagi ngapain sih di depan pintu kamar Aris dan Sinta? Ibu lagi nguping mereka?!" Pak Bambang tiba-tiba saja mengejutkan Bu Susi yang sedari tadi sedang asik mendengarkan pertengkaran anak sam menantunya dari kamar tersebut. "Aduh, Pak, ngagetin Ibu aja deh!" ucap Bu Susi sembari mengelus-elus dadanya. "Lagian Ibu ini kurang kerjaan banget sih berdiri di sini! Katanya mau siap-siap untuk masak makan malam? Dari tadi Bapak pikir udah lagi sibuk di dapur, taunya malah kepo sama urusan anak dan menantunya. Gak baik loh, Bu, menguping pembicaraan orang lain. Telinga Ibu bisa di tusuk sama besi panas di akhirat nanti!" Mata Bu Susi langsung terbelalak saat mendengar ucapan suaminya, "astaghfirullahal'adzim, Pak! Kok Bapak tega sih nyumpahin Ibu begitu!" "Loh, Bapak itu ngingetin Ibu, bukan nyumpahin. Udah ayo cepat masak ah! Jangan nguping-nguping lagi!" Pak Bambang menarik lengan Bu Susi untuk menjauh dari kamar putranya. Pak Bambang mengambil air dari dispenser, kemudian meminum

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Dan Sinta Ribut

    Cklek.. Aris membuka pintu kamar, saat itu juga, Sinta langsung menatapnya dengan tatapan sinis dan setajam silet. "Dari mana aja kamu, Mas? Baru ingat, kalo punya istri lain selain Sarah?!" sindirnya. Aris berjalan mendekat dan duduk di atas tempat tidur. "Kamu ini kenapa sensi terus sih? Dari siang, aku kamu marahin terus. Apa kamu gak capek hari ini marah-marah mulu?" tanya Aris dengan lembut. "Ya gimana aku gak marah sama kamu? Kamu itu sadar gak sih, kalo itu bikin aku kesal dan cemburu?!" ucap Sinta dengan wajah yang cemberut. "Apalagi tadi, kamu cuma diam aja saat ibu memarahi aku!" sambungnya. "Iya-iya aku minta maaf, Sayang. Soalnya aku bingung harus gimana, di tambah lagi aku juga kesel karena kamu naro garam banyak di jus yang aku minum, tenggorokan aku sampe sakit loh!" "Salah kamu sendiri lah, itu kan jus yang seharusnya di minum sama Sarah! Kenapa kamu mau-mau aja tuker minuman kamu sama minuman punya Sarah?! Karena itu, rencana aku jadi gagal deh!" omel Sinta.

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Sudah Benar-Benar Mencintai Sarah?!

    "Kamar ini adalah milikku, hak aku, aku yang lebih dulu menempatinya. Jadi aku gak akan mau memberikannya kepada Sinta. Ingat janji kamu ke aku, bahwa kamu akan bersikap adil kepada aku dan istri barumu itu!" lanjutnya. Mendengar semua ucapan Sarah, Aris manggut-manggut. Pria itu mengelus-elus tangan Sarah, menenangkan nya supaya Sarah tidak marah. "Iya-iya, aku gak akan memaksa kamu kok. Kalau memang kamu gak mau kasih kamar ini buat Sinta, yaudah gak papa. Nanti biar aku bicara sama dia. Aku gak mau kalo kamu sampe mikir bahwa aku gak sayang sama kamu karena aku lebih mementingkan keinginan dia daripada menjaga perasaan kamu," ujar Aris sembari tersenyum. "Bagus deh kalau begitu," ucap Sarah. "Yaudah gih sekarang kamu temuin Sinta, bilang ke dia kalo aku gak mau menuruti keinginannya!" "Gampang lah, bisa nanti. Lagian kamu gak kangen sama aku, apa?" "Bukan nya gak kangen, Mas. Cuma kalo kamu di sini terus dan ngebiarin Sinta sendirian di kamar, kan aku jadi gak enak s

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Bertukar Kamar Denganku?

    Bu Susi dan Pak Bambang geleng-geleng kepala melihat ulah Sinta yang baru setengah hari resmi menjadi menantu mereka."Lihat tuh, Ris! Istri baru kamu, belum genap sehari tinggal di rumah ini, sdah bikin masalah aja dengan Sarah!" ujar Bu Susi."Lagian Ibu sih, ngapain coba banding-bandingkan Sinta dengan Sarah terus? Jadi Sinta merasa iri dan kesel deh sama Sarah. Coba aja kalo sikap Ibu itu adil kepada mereka berdua, Sinta pasti gak ada kepikiran buat ngisengin Sarah, Bu," sahut Aris."Kamu ini, istri gak benar masih aja di bela! Lagian kan Ibu itu cuma ngasih tau Sinta dan bicara apa adanya. Emang dianya aja yang punya hati busuk, iri dan dengki terhadap Sarah!""Benar kata Aris, Bu. Sebaiknya Ibu juga harus bisa menjaga perasaan Sinta, jangan selalu memojokkan dia dan membanding-bandingkan nya dengan Sarah. Bagaimanapun Sinta juga kan menantu Ibu, mereka berdua sama-sama istri sah nya Aris, jadi Ibu harus menyayangi mereka dan jangan membandingkan satu sama lain. Dengan begitu, me

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   1-0

    "Kenapa?" tanya Aris. "Mas, kayaknya lebih pekat punya kamu. Gimana kalo kita tukeran? Soalnya aku pengen punya kamu!" ucap Sarah dengan nada bicara yang manja. "Masa sih? Emangnya Sinta bikinnya gak sama?" tanya Aris. Sinta menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar suaminya itu tidak mau menukar gelasnya dengan gelas milik Sarah. "Sama aja kok, Mas," jawab Sinta. "Gak ada yang beda, jadi kamu gak perlu menukar minuman kamu dengan minuman Mas Aris, Sarah!" sambungnya Sinta. "Tuh, kata Sinta, minuman kita sama. Dia pasti bikinnya barengan sekalian, mana mungkin bikin satu persatu?" "Tapi tetep aja, Mas. Jus punya kamu pasti rasanya lebih enak, karena Sinta bikinnya penuh cinta. Kita tukeran ya! Masa sih soal minuman aja kamu gak mau ngalah sama aku? Katanya, kamu sayang sama aku?" cecar Sarah. Ia sengaja membuat madunya cemburu dan kepanasan. "Udahlah, Ris. Kalo memang jusnya sama aja, apa salahnya kamu menuruti permintaan Sarah? Kan rasanya juga gak akan berbeda, yang pent

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Membalas Sarah?

    "Lihat Sarah, dia baru pulang kerja. Sekarang cepat bikinkan minuman untuk Sarah, sekalian untuk Ibu, Bapak dan Aris juga. Kalo kamu mau, buat juga untuk kamu." "Bu, jangan begitu dong," tegur Pak Bambang. "Kenapasih, Pak? Bikin minum doang kan hanya pekerjaan yang mudah, Sinta tentu gak merasa keberatan dong. Biasanya juga Sarah selalu bikin kan minuman untuk kita, gak apa-apa." "Iya, Pak, gak papa kok. Ibu dan Bapak mau di buatkan minuman apa?" tanya Sinta. "Saya mau teh pake perasan lemon, jangan terlalu manis, dan jangan terlalu asam. Jadi, rasa gula dan perasan air lemon nya harus seimbang ya!" pinta Bu Susi. "Iya, Bu." "Kalo Bapak kopi aja, jangan terlalu pait ya, Sinta." "Baik, Pak." "Sarah, cepat pesan kamu mau di buatkan minuman apa sama adik madumu itu?" "Jus mangga aja. Kamu juga mau jus mangga kan, Mas?" ucap Sarah sembari menoleh ke arah Aris. Sinta menatap Aris, memberikan isyarat agar suaminya itu tidak mengiyakan ucapan Sarah. "Iya sudah cepat buatkan jus ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status