Share

Privasi?

Author: Ayuraa
last update Last Updated: 2024-12-16 17:27:10

Selama satu tahun pernikahan, Sarah tidak pernah mengecek ponsel Aris sama sekali.

Begitupun dengan Aris, pria itu juga tidak pernah menyentuh barang-barang miliki Sarah, termasuk handphone.

Aris juga terlihat tidak begitu tertarik dengan apapun mengenai istrinya. Ia tidak mau kepo mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Sarah.

**

Biasanya setiap pulang kerja, Sarah selalu menyambutnya dengan hangat. Kini wanita itu terlihat begitu dingin karena ia masih merasa sakit hati atas sikap Aris yang sudah menamparnya semalam.

Dari pagi tadi, sikap Sarah tidak seperti biasanya. Sebenarnya Aris menyadari perubahan istrinya, namun ia memilih untuk mengabaikannya.

Sudah satu hari, pasangan suami istri itu hanya berbicara seperlunya. Sampai Aris memutuskan untuk tidur pun, Sarah tidak berbicara apapun yang menurutnya tidak perlu.

"Dasar suami nyebelin! Istrinya ngambek, dia gak ada niatan sama sekali untuk membujuk," batin Sarah kesal.

"Sebenarnya aku ini di anggap istri atau gak sih sama dia? Kok dia keliatan gak peduli sama sekali meskipun dia tau aku masih sakit hati dan kesal karenanya."

Sarah merebahkan tubuhnya membelakangi pria yang juga tidur membelakanginya.

Melihat sikap Aris tang acuh kepadanya, membuat Sarah semakin merasa penasaran.

Sebenarnya di dalam hati suaminya itu terdapat dirinya atau tidak? Atau justru terdapat wanita lain, yang tidak lain adalah masa lalunya?

Dengan kondisi pikiran yang tidak tenang, Sarah tentu tidak bisa tidur. Ia menunggu sampai satu jam untuk memastikan bahwa suaminya itu benar-benar sudah tertidur pulas, barulah ia akan mengecek ponsel milik Aris.

Sarah menoleh ke arah belakang, mengecek posisi suaminya sedang apa.

"Udah satu jam lebih, dan Mas Aris tidak merubah posisi tidurnya sama sekali. Itu artinya, dia sudah benar-benar tidur pulas dan sudah nyaman dengan posisi tidurnya. Bagus lah, aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk aku mengecek semua isi di handphone nya!"

Secara perlahan Sarah membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Pelan tapi pasti, wanita itu turun dari ranjang dan berjalan secara hati-hati ke arah nakas yang berada tepat di sebelah Aris.

Sambil menahan nafas, Sarah meraih ponsel milik suaminya dari atas nakas tersebut berharap agar suaminya itu tidak terbangun.

"Emmmm.."

Aris menggeliat kemudian mengubah posisi tubuhnya menjadi telentang.

Sarah yang baru saja berhasil mengambil ponsel tersebut, merasa deg-degan khawatir ketahuan.

Begitu melihat Aris yang kembali tertidur pulas, Sarah pun merasa lega.

Segera ia duduk di sofa yang berada di kamar itu sembari mencoba membuka ponsel yang rupanya di kunci oleh si pemiliknya.

"Aduh.. ternyata handphone Mas Aris di kunci. Ya wajar sih, hari gini siapa sih yang enggak ngunci handphone nya?!" ucap Sarah.

"Tapi.. kira-kira pasword nya apa ya? Apa mungkin tanggal jadian kami dulu? Atau.. tanggal pernikahan kami?"

Sarah pun mencoba mengetikan tanggal-tanggal penting mengenai mereka. Mulai tanggal pernikahan, tanggal jadian, hingga tanggal pertama kali mereka bertemu.

Namun semua tanggal-tanggal itu bukanlah pasword yang tepat.

"Salah semua. Kok bisa ya gak ada moment yang spesial mengenai aku di hidup Mas Aris?"

"Ah.. itu gak terlalu penting. Aku masih mempunyai kesempatan mencoba satu kali lagi. Aku harap, tanggal lahir Mas Aris bisa dapat membuka pasword handphone nya!"

Sarah pun mengetikan tanggal, bulan dan akhir tahun kelahiran suaminya. Dan.. pasword ponsel tersebut berhasil terbuka.

Sarah tersenyum puas, karena tebakan terakhirnya tepat.

Yang pertama Sarah buka adalah aplikasi pesan berwarna hijau. Namun saat meng-klik aplikasi tersebut, ia berdecak kesal karena lagi-lagi aplikasi itu terkunci.

Tidak ingin membuang-buang waktu untuk mencoba membuka aplikasi tersebut, Sarah pun kini beralih ke galeri.

Untungnya tidak terkunci, ia membuka semua album yang ada. Mengecek satu persatu apakah ada foto mantan pacar Aris atau wanita lain di sana.

"Semua foto aman. Gak ada yang mencurigakan, semuanya cuma ada foto Mas Aris dan semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya."

Meskipun Sarah sempat mendengus kesal karena tidak terdapat foto nya sama sekali di ponsel suaminya, namun wanita itu masih bisa bernafas lega karena tidak ada juga foto wanita lain di sana.

Setelah puas mengecek galeri foto, ia ingin kembali ke aplikasi pesan dan ingin mencoba membukanya.

"Sarah kamu sedang apa?!" Suara Aris berhasil mengagetkan Sarah yang baru saja mengetikan dua angka pasword di aplikasi tersebut.

Namun karena mendengar suara Aris dan melihat suaminya itu terbangun dari tidurnya, Sarah pun merasa takut dan menjadi gugup saat ingin menjawab.

Ia sadar, ia masih memegang ponsel Aris. Wanita itu pun berusaha untuk menyembunyikannya, namun Aris lebih dulu menyadarinya.

"Kamu ngapain pegang handphone aku?!" sentak Aris.

Melihat ponselnya yang tengah berada dalam genggaman Sarah, membuat Aris kesal dan segera beranjak dari tempat tidurnya.

Dengan kasar, ia pun segera mengambil kembali ponsel itu dari genggaman tangan Sarah.

Sarah hanya diam, ia pikir Aris hanya bertanya biasa saja. Namun ia enggan untuk menjawabnya.

"SEJAK KAPAN AKU MENGIZINKAN ORANG LAIN MENYENTUH BARANG PRIBADI AKU?!" bentak Aris.

"DASAR LANCANG!" sambungnya.

Sarah tidak menyangka jika suaminya akan melotot sembari membentaknya seperti itu. Dan lebih membuatnya tidak menyangka lagi, pria itu menyebutnya orang lain.

"Orang lain katamu? Aku ini istri kamu, Mas, bukan orang lain!" tegas Sarah melawan rasa takutnya.

"Sekarang aku tanya, apa aku pernah menyentuh barang-barang kamu?" ucap Aris.

"Kamu emang gak pernah nyentuh handphone aku, tapi kalaupun kamu mau meminjam handphone aku, aku juga pasti bakal kasih kok. Gak akan aku marah-marah begitu ke kamu, lebay banget deh!" ujar Sarah sembari nyengir dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lebay kamu bilang? Aku tegaskan ke kamu ya, aku gak suka kamu sentuh handphone aku, paham?!"

"Jadi, aku minta sama kamu, jangan pernah sentuh handphone aku lagi!"

"Emangnya kenapa sih, Mas? Kenapa aku gak boleh sentuh handphone kamu? Emangnya di handphone kamu itu ada apaan?" Sarah menatap suaminya dengan ekspresi wajah yang sengaja ia buat semenyebalkan mungkin.

"Kamu gak ngerti? Apa aku harus jelasin ke kamu, kalo handphone itu privasi?!" tegas Aris.

Mendengar jawaban suaminya, Sarah tertawa kecil. "Privasi? Seharusnya udah gak akan ada lagi kata privasi antara suami dan istri, kalo gak ada yang kamu sembunyikan dari aku, Mas!"

"Gak semua hal harus kamu tau, Sarah! Aku butuh privasi, dan kamu harus bisa menghargai itu. Lagi pula, aku juga gak mau tau mengenai hal-hal pribadi kamu kok. Jadi aku harap, kamu juga gak usah kepo sama hal-hal pribadi aku, sesimpel itu."

"Tapi, Mas, aku gak punya privasi apapun.Kamu boleh tau apapun mengenai aku, kalo kamu mau. Tapi sayangnya, kamu kan memang gak pernah mau tau apapun soal aku, iya kan?" ucap Sarah.

"Terus, dari tadi kok ngomongnya privasi dan hal-hal pribadi terus sih? Kamu kok semarah itu dan melarang keras aku pegang handphone kamu, memangnya di sana ada chat kamu sama perempuan lain, hmm?" sambungnya dengan wajah tengil, sengaja memancing emosi suaminya lebih dalam lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sarah Salah Paham

    "Bu, lagi ngapain sih di depan pintu kamar Aris dan Sinta? Ibu lagi nguping mereka?!" Pak Bambang tiba-tiba saja mengejutkan Bu Susi yang sedari tadi sedang asik mendengarkan pertengkaran anak sam menantunya dari kamar tersebut. "Aduh, Pak, ngagetin Ibu aja deh!" ucap Bu Susi sembari mengelus-elus dadanya. "Lagian Ibu ini kurang kerjaan banget sih berdiri di sini! Katanya mau siap-siap untuk masak makan malam? Dari tadi Bapak pikir udah lagi sibuk di dapur, taunya malah kepo sama urusan anak dan menantunya. Gak baik loh, Bu, menguping pembicaraan orang lain. Telinga Ibu bisa di tusuk sama besi panas di akhirat nanti!" Mata Bu Susi langsung terbelalak saat mendengar ucapan suaminya, "astaghfirullahal'adzim, Pak! Kok Bapak tega sih nyumpahin Ibu begitu!" "Loh, Bapak itu ngingetin Ibu, bukan nyumpahin. Udah ayo cepat masak ah! Jangan nguping-nguping lagi!" Pak Bambang menarik lengan Bu Susi untuk menjauh dari kamar putranya. Pak Bambang mengambil air dari dispenser, kemudian meminum

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Dan Sinta Ribut

    Cklek.. Aris membuka pintu kamar, saat itu juga, Sinta langsung menatapnya dengan tatapan sinis dan setajam silet. "Dari mana aja kamu, Mas? Baru ingat, kalo punya istri lain selain Sarah?!" sindirnya. Aris berjalan mendekat dan duduk di atas tempat tidur. "Kamu ini kenapa sensi terus sih? Dari siang, aku kamu marahin terus. Apa kamu gak capek hari ini marah-marah mulu?" tanya Aris dengan lembut. "Ya gimana aku gak marah sama kamu? Kamu itu sadar gak sih, kalo itu bikin aku kesal dan cemburu?!" ucap Sinta dengan wajah yang cemberut. "Apalagi tadi, kamu cuma diam aja saat ibu memarahi aku!" sambungnya. "Iya-iya aku minta maaf, Sayang. Soalnya aku bingung harus gimana, di tambah lagi aku juga kesel karena kamu naro garam banyak di jus yang aku minum, tenggorokan aku sampe sakit loh!" "Salah kamu sendiri lah, itu kan jus yang seharusnya di minum sama Sarah! Kenapa kamu mau-mau aja tuker minuman kamu sama minuman punya Sarah?! Karena itu, rencana aku jadi gagal deh!" omel Sinta.

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Aris Sudah Benar-Benar Mencintai Sarah?!

    "Kamar ini adalah milikku, hak aku, aku yang lebih dulu menempatinya. Jadi aku gak akan mau memberikannya kepada Sinta. Ingat janji kamu ke aku, bahwa kamu akan bersikap adil kepada aku dan istri barumu itu!" lanjutnya. Mendengar semua ucapan Sarah, Aris manggut-manggut. Pria itu mengelus-elus tangan Sarah, menenangkan nya supaya Sarah tidak marah. "Iya-iya, aku gak akan memaksa kamu kok. Kalau memang kamu gak mau kasih kamar ini buat Sinta, yaudah gak papa. Nanti biar aku bicara sama dia. Aku gak mau kalo kamu sampe mikir bahwa aku gak sayang sama kamu karena aku lebih mementingkan keinginan dia daripada menjaga perasaan kamu," ujar Aris sembari tersenyum. "Bagus deh kalau begitu," ucap Sarah. "Yaudah gih sekarang kamu temuin Sinta, bilang ke dia kalo aku gak mau menuruti keinginannya!" "Gampang lah, bisa nanti. Lagian kamu gak kangen sama aku, apa?" "Bukan nya gak kangen, Mas. Cuma kalo kamu di sini terus dan ngebiarin Sinta sendirian di kamar, kan aku jadi gak enak s

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Bertukar Kamar Denganku?

    Bu Susi dan Pak Bambang geleng-geleng kepala melihat ulah Sinta yang baru setengah hari resmi menjadi menantu mereka."Lihat tuh, Ris! Istri baru kamu, belum genap sehari tinggal di rumah ini, sdah bikin masalah aja dengan Sarah!" ujar Bu Susi."Lagian Ibu sih, ngapain coba banding-bandingkan Sinta dengan Sarah terus? Jadi Sinta merasa iri dan kesel deh sama Sarah. Coba aja kalo sikap Ibu itu adil kepada mereka berdua, Sinta pasti gak ada kepikiran buat ngisengin Sarah, Bu," sahut Aris."Kamu ini, istri gak benar masih aja di bela! Lagian kan Ibu itu cuma ngasih tau Sinta dan bicara apa adanya. Emang dianya aja yang punya hati busuk, iri dan dengki terhadap Sarah!""Benar kata Aris, Bu. Sebaiknya Ibu juga harus bisa menjaga perasaan Sinta, jangan selalu memojokkan dia dan membanding-bandingkan nya dengan Sarah. Bagaimanapun Sinta juga kan menantu Ibu, mereka berdua sama-sama istri sah nya Aris, jadi Ibu harus menyayangi mereka dan jangan membandingkan satu sama lain. Dengan begitu, me

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   1-0

    "Kenapa?" tanya Aris. "Mas, kayaknya lebih pekat punya kamu. Gimana kalo kita tukeran? Soalnya aku pengen punya kamu!" ucap Sarah dengan nada bicara yang manja. "Masa sih? Emangnya Sinta bikinnya gak sama?" tanya Aris. Sinta menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar suaminya itu tidak mau menukar gelasnya dengan gelas milik Sarah. "Sama aja kok, Mas," jawab Sinta. "Gak ada yang beda, jadi kamu gak perlu menukar minuman kamu dengan minuman Mas Aris, Sarah!" sambungnya Sinta. "Tuh, kata Sinta, minuman kita sama. Dia pasti bikinnya barengan sekalian, mana mungkin bikin satu persatu?" "Tapi tetep aja, Mas. Jus punya kamu pasti rasanya lebih enak, karena Sinta bikinnya penuh cinta. Kita tukeran ya! Masa sih soal minuman aja kamu gak mau ngalah sama aku? Katanya, kamu sayang sama aku?" cecar Sarah. Ia sengaja membuat madunya cemburu dan kepanasan. "Udahlah, Ris. Kalo memang jusnya sama aja, apa salahnya kamu menuruti permintaan Sarah? Kan rasanya juga gak akan berbeda, yang pent

  • Kau Rebut Suamiku, KuNikahi Mantan Suamimu   Sinta Ingin Membalas Sarah?

    "Lihat Sarah, dia baru pulang kerja. Sekarang cepat bikinkan minuman untuk Sarah, sekalian untuk Ibu, Bapak dan Aris juga. Kalo kamu mau, buat juga untuk kamu." "Bu, jangan begitu dong," tegur Pak Bambang. "Kenapasih, Pak? Bikin minum doang kan hanya pekerjaan yang mudah, Sinta tentu gak merasa keberatan dong. Biasanya juga Sarah selalu bikin kan minuman untuk kita, gak apa-apa." "Iya, Pak, gak papa kok. Ibu dan Bapak mau di buatkan minuman apa?" tanya Sinta. "Saya mau teh pake perasan lemon, jangan terlalu manis, dan jangan terlalu asam. Jadi, rasa gula dan perasan air lemon nya harus seimbang ya!" pinta Bu Susi. "Iya, Bu." "Kalo Bapak kopi aja, jangan terlalu pait ya, Sinta." "Baik, Pak." "Sarah, cepat pesan kamu mau di buatkan minuman apa sama adik madumu itu?" "Jus mangga aja. Kamu juga mau jus mangga kan, Mas?" ucap Sarah sembari menoleh ke arah Aris. Sinta menatap Aris, memberikan isyarat agar suaminya itu tidak mengiyakan ucapan Sarah. "Iya sudah cepat buatkan jus ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status