Beranda / Romansa / Kau milikku! / 2. Kenangan buruk Will Greyson

Share

2. Kenangan buruk Will Greyson

Penulis: Vieneze
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 17:00:52

Sebelum Hanna masuk kedalam rumah, ia menghirup napasnya dalam-dalam. Seakan mengumpulkan keberanian untuk bercerita kepada ibunya. Pintu kayu yang sudah usang itu ia buka perlahan yang menimbulkan suara berdecit. Mery Jolie, ibunya Hanna terlihat sibuk dengan penggorengan dan ikan tuna yang baru ia beli.

Hanna memeluk ibunya dari belakang. Ia sandarkan kepalanya di punggung ibunya. Seolah sudah mengerti gelagat Hanna, Nyonya Mery membalikan badannya dan memegang kedua pipi Hanna. Ia selidiki mata coklat itu. Lalu nyonya Mery tersenyum.

”Dipecat lagi?” suaranya terdengar lembut. 

Hanna menganggukkan kepalanya dan sedikit memanyunkan bibir mungilnya. Ia mulai membasahi pipinya dengan air asin yang keluar dari pelupuk matanya.

”Ibu, mengapa aku tidak bisa bekerja dengan benar? Aku hanya memukul pria mesum itu, karena dia telah meraba bokongku. Aku malah berakhir dipecat. Apa yang harus kulakukan, Bu?” Tangisannya semakin pecah.

Nyonya Mery menyeka air mata putrinya itu dengan kedua ibu jarinya. Ia sisingkan rambut Hanna ke belakang telinganya.

”Mereka hanya tidak memahami niat baikmu. Kau jangan menangis lagi. Bukankah Hanna yang ibu kenal seorang gadis tangguh.”

Hanna menarik kursi kayu yang ada di dekatnya dan menjatuhkan tubuhnya diatas kursi itu. Ia mengepalkan tangannya dan memukul meja yang ada disisinya.

”Harusnya aku memukul si manajer culas itu juga. Aku tidak salah.” Teriakannya menggema di rumah yang kecil itu.

Nyonya Mery hanya bisa mengelus dada melihat putrinya. Ia sangat memahami sifat Hanna yang terlalu berani. 

”Hanna, kau seorang gadis. Bersikaplah seperti gadis pada umumnya. Harus anggun dan sopan. Bagaimana pria bisa menyukaimu dengan sikap yang seperti itu.” Ungkap nyonya Mery.

”Ibu, putrimu yang cantik ini memiliki banyak penggemar. Jadi ibu jangan khawatir, mereka tetap menyukaiku yang seperti ini.” Balas Hanna percaya diri.

”Yah, ibu tidak bisa pungkiri itu. Aku hanya merasa kasihan saja pada pacar-pacarmu itu. Aish, anak gadis ini sungguh luar biasa.” Nyonya Mery menggelengkan kepalanya melihat Hanna yang mengangkat kakinya ke atas meja.

Meskipun Hanna memiliki sifat yang seperti itu, banyak pria yang bertekuk lutut padanya. Jelas saja dengan tubuh bohai berparas cantik akan membuat pria mana pun mabuk kepayang. Hanna baru-baru ini menjalin hubungan dengan George, seorang dokter muda yang dikenalnya ketika ia membawa ibunya berobat bulan lalu. Bisa dibilang Hanna seorang 'playgirl'. Ia tipe yang mudah bosan dalam hubungan. Paling lama hanya sebulan.

Ah, 2 minggu yang lalu ia baru putus dengan Sean sebelum bersama George. Sean yang hampir melompat dari jembatan karena di campakkan Hanna. Sean malang jatuh cinta pada gadis yang salah.

”Hanna, bila ibu pikir-pikir usiamu sekarang hampir 30 tahun. Sebaiknya kau jangan lagi bermain-main dengan George. Dia pria yang mapan dan juga tampan. Ibu rasa kalian menikah saja. Kau tidak perlu mencari pekerjaan lagi. Bahkan semua temanmu sudah memiliki anak. Kau masih saja asik bermain-main.” Papar Nyonya Mery.

Hanna membelalakkan matanya. ”Ibu aku masih 29 tahun bahkan mendekati 30 pun belum. Aku masih belum menemukan yang cocok bu.” Hanna menguncir rambutnya sebab udara di rumah itu terasa pengap ditambah perkataan ibunya membuat Hanna semakin gerah.

”Mengenai George, aku masih belum terlalu mengenalnya. Ibu jangan risau. Aku pasti akan menikah tapi tidak sekarang.” Pungkasnya kemudian.

Nyonya Mery menyipitkan matanya yang lebar. ”Baiklah terserah kau saja. Ibu malas berdebat denganmu. Oh, kau lanjutkan saja memasak ikan tuna yang di mangkuk itu.” Nyonya Mery mengambil sweeter abu-abu miliknya yang tergantung di dinding.

”Ibu mau kemana?” Tanya Hanna.

”Ibu mau bekerja dulu. Mungkin Tuan Greyson sudah pulang. Ibu harus tepat waktu, kalau tidak si anak muda itu akan memecat ibu.” Jawab Nyonya Mery.

”Anak muda? Apa majikan ibu seorang pemuda lajang? Apakah ia tampan?” Mata Hanna berbinar ketika membayangkan majikan ibunya.

Nyonya Mery memukul pelan kepala Hanna. 

”Kau sudah bersama George. Jangan harap untuk mempermainkan perasaan pria lain lagi. Lagi pula kau bukan tipe tuan Greyson.” Nyonya Mery meletakan dagunya di antara telapak tangannya sambil membayangkan majikannya itu.

”Dia pemuda yang tampan dan berbakat. Tapi sedikit galak dan angkuh. Ia tidak bisa melihat rumahnya berantakan. Benar-benar sangat perfeksionis.” Lalu nyonya Mery mengalihkan matanya ke Hanna. ”Sementara gadis yang di hadapanku ini sangat sembrono dan bar-bar. Haiyoo...” 

Raut wajah Hanna berubah masam seasam perasan lemon. Ia memandangi punggung ibunya hingga hilang di balik pintu. Ia masih merasa malas untuk melakukan yang dikatakan Nyonya Mery. Ia melihat jam yang terpaku di dinding. Masih pukul 16.00. Masih ada waktu untuk menonton siaran kesukaannya sebentar.

Terkadang Hanna merasa heran dengan ibunya. Bila majikannya tidak ada di rumah, maka ibunya pun tidak bekerja. Hanna semakin penasaran dengan si tuan muda Greyson yang dikatakan Nyonya Mery. Wajahnya bersemu merah menebak-nebak ketampanan si majikan ibunya itu.

Will Greyson tiba di rumahnya diantar sang Manajer, Ryan. Ia meninggalkan Ryan di halaman depan. Will enggan mendengarkan suara berisik Ryan yang mengganggunya selama di perjalanan tadi. Ketika ia masuk kedalam rumah, Nyonya Mery menyambutnya dan memberi air perasan lemon. Ritual yang biasa dilakukan Will sehabis konser, minum air perasan lemon agar suaranya tetap terjaga. 

”Mery, apakah kau sudah bersih-bersih hari ini?” Tanya Will sembari mengusap permukaan meja dengan jarinya.

”Iya tuan, semuanya sudah saya bersihkan.” Ia menundukkan kepalanya tak berani menatap mata Will yang seakan menusuknya.

”Bagaimana dengan handukku?” 

”Saya sudah merapikannya berdasarkan warna di rak kamar mandi, seperti yang Tuan minta kemarin.”

Will mengangkat alisnya dan melengkungkan bibirnya kebawah. Kemudian ia melangkah ke atas. Saat di anak tangga ke empat ia menghentikan langkahnya.

”Ah, aku ingin makan salad buah dan dada ayam rebus. Juga smash potato beri sedikit lada.” Perintah Will dan kembali melanjutkan langkahnya.

”Baik tuan, seperti yang anda minta.”

Nyonya Mery segera membuat makanan yang diminta Will. Ia tahu betul tidak boleh melakukan kesalahan sedikit saja. Will sangat menghindari makanan yang digoreng. Demi menjaga pita suaranya tetap sehat, ia rela menahan seleranya. Padahal ia paling suka makan steak yang berminyak.

Di dalam kamar, Will terlihat memandangi sebuah gambar dua anak-anak yang sedang tersenyum sambil bergandengan. Itu adalah potret dirinya dan Kimberley semasa kecil. Dulu saat Will mengalami hari yang buruk, Kimberley lah yang selalu menemaninya. Ia masih mengingat dengan baik saat ayahnya mengalami kebangkrutan, ibunya lebih memilih pergi bersama pria lain yang lebih kaya. Meninggalkan Will kecil bersama ayahnya yang mulai sakit-sakitan. 

”Aku harus pergi dari rumah ini, Hans. Aku tidak bisa menghabiskan hidupku yang berharga dengan merawatmu dalam kemiskinan.” Ujar Nyonya Rose, ibunya Will.

Hans Greyson hanya bisa pasrah. Tidak masalah jika Rose pergi asal Will tetap bersamanya. Will kecil saat itu tidak mengerti apa yang terjadi. Yang dia tahu, ibunya tidak membawa Will bersamanya. Meskipun Will menangis hingga matanya bengkak, Rose bahkan tidak menoleh sedikitpun. Ia tetap lurus kedapan menggandeng pria barunya.

Sejak kepergian Rose, Will membenci setiap orang yang memiliki keluarga harmonis. Bahkan ia membenci ayahnya. Jika bukan karena kebangkrutannya, Will tidak akan mengalami semua itu. Kenangan buruk itu selalu terekam dalam memorinya paling dalam. Yang membuatnya trauma dengan ikatan antara pria dan wanita. Seiring berjalannya waktu rasa traumatis-nya berubah menjadi philophobia. 

Selama ini Will menghindari kontak fisik dengan lawan jenis, itu bisa memicu phobianya. Meskipun Will seorang idola, ia sering mengabaikan para fansnya yang ingin memeluk dan berfoto dengannya. Banyak penggemarnya yang menjulukinya si tampan yang angkuh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kau milikku!   47. Aku menyukaimu, Hanna

    ”Bukankah kau merindukan ibumu? Dia sudah datang, bahkan mengakui kesalahannya. Bagaimanapun, dia masih ibumu. Hubungan darah tidak bisa diputus. Saat aku berbicara dengannya tadi, aku melihat ketulusan dalam sorot matanya. Dia juga sedih, tapi dia menyembunyikan perasaannya dalam senyuman yang dia berikan padaku tadi. Cobalah untuk berdamai dengan masa lalumu, Will. Aku tahu, aku tidak berhak mengatakan ini, tapi aku juga tahu— kau juga sama tersiksanya dengan ibumu. Lantas, mengapa kau harus mempersulit diri?”Will melirik Hanna, sorot matanya tampak berkaca-kaca. ”Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana. Dia tiba-tiba datang di saat aku sudah melupakannya, mengapa dia harus kembali? Jika ingin pergi, seharusnya jangan datang lagi.”Tangisan Will pecah. Tentang Rose adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup Will. Jika saja Rose kembali saat Will masih kecil, mungkin saja ia akan memaafkan segala perbuatan Rose. ”Aku mengerti perasaanmu, tapi dia tetap ibumu. Aku yakin dia juga

  • Kau milikku!   46. Seseorang dari masa lalu

    ”Kim, aku–” Will terdiam. ”Tubuhku masih terasa sakit. Aku ingin istirahat. Bisakah …””Huh! Aku tahu kau cuma ingin menghindar. Tetapi, aku tidak akan memaksa. Lagipula aku juga ada urusan. Istirahatlah.””Terima kasih, Kim.”Kimberley pergi dengan perasaaan hampir marah. Ia menutup pintu dengan suara yang sedikit keras. Sedangkan Will Greyson, ia menatap pintu itu. Kali ini, ia tidak merasakan apa-apa, dan itu mengganggu pikirannya. Kimberley adalah gadis yang ia sukai sejak lama, dan perasaan itu seolah tidak bersisa sedikit pun di dalam hatinya.Lagi-lagi ia memikirkan Hanna dan Will menjadi kesal ketika ia membayangkan Hanna dan George bersama. Will cukup sadar bahwa dirinya yang sekarang tidak lagi dirinya yang dulu.'Aku tidak menyukai Hanna.'Meskipun Will sudah menyangkal itu, tetap saja ia masih kesal.Hanna tiba di rumah sakit terlambat. Dia merasa bersalah telah membuat anak-anak itu menunggunya. Namun, ketika ia mendapati George menunggunya di depan, Hanna menjadi lega.”

  • Kau milikku!   45. Aku atau dia?

    ”Dasar pria aneh.” Hanna bergegas menutup pintu. ”Sikapnya itu semakin menjadi-jadi. Ah, sudahlah. Aku harus bergegas pergi, jika tidak nanti tuan acara akan marah.”Saat Hanna kembali ke ruang makan, tidak ada ibunya di sana. Hanna mencari Nyonya Mery di setiap ruangan sembari memakan anggur yang baru saja dia comot dari meja makan.”Ibu! Ibu di mana?””Di sini! Aku di halaman belakang!” sahut Nyonya Mery dengan suara keras.Segera Hanna beranjak ke halaman belakang. Di sana, Nyonya Mery tengah menggunting daun-daun bunga yang kering. Juga merapikan beberapa tanamanan anggrek dan mawar.”Lihatlah anak nakal ini. Bunga-bunga ini seharusnya kau perhatikan. Aduh! Anggrek yang malang. Tuanmu sakit dan tid

  • Kau milikku!   44. Malu-malu kucing

    Sejak kecelakaan, Will tidak serewel dulu. Kini ia lebih banyak diam dan sangat penurut. Mungkin efek kepalanya yang terbentur keras. Baguslah. Hanna mendorong kursi roda ke luar ruangan. Mereka menuju lobby untuk menemui Ryan. Ketika mereka tiba di sana, Ryan dengan sigap memapah Will naik ke mobil. ”Aku senang kau sudah lebih baik sekarang,” kata Ryan penuh antusias. Will melirik sekilas ke arah Ryan dan menyahut, ”hmm.” Di dalam mobil yang dikemudikan Ryan, Will diam seribu bahasa memandang jalanan melalui jendela mobil. Untuk mencairkan suasana, Ryan menyalahkan radio. Berita tentang kepulangan Will terdengar dari radio. Seketika Will Greyson melirik tajam Ryan melalui kaca kecil yang menggantung di depan. Mata mereka bertemu. Walau hanya melalui tatapan, tetapi Ryan paham dengan maksud Will. Ryan segera mematikan benda kecil berisik i

  • Kau milikku!   43. Sang pemilik paket ternyata...!

    ”Tidak ada namanya. Aneh. Belakangan ini banyak sekali paket untuk Will tapi tak ada pengirimannya. Hmm, bisa saja itu dari penggemarnya,” gumam Hanna sembari meletakkan buket bunga di atas meja. Pintu kamar tetiba diketuk dari luar. Seorang pria tampan masuk sambil membawa buket bunga. Ia mematung di ambang pintu saat tatapannya bertemu dengan mata Hanna. Ada rindu yang terpendam dari setiap cahaya yang terpancar dari matanya. ”George?” ”Hai, emm… aku ingin menjenguk Will. Tadi aku melihat berita Will di televisi. Bagaimana kondisinya sekarang?” George melangkah lebih dekat dengan Hanna hingga jarak yang tersisa hanya satu meter saja. ”Seperti yang kau lihat dia masih terbaring. Belum sadar.” Mereka berdua terlihat canggung. Tentu saja. Siapa pun pas

  • Kau milikku!   42. Buket bunga tanpa nama

    ”Ia masih belum sadar. Saat ini Will masih mengalami trauma di bagian kepalanya. Dan kemungkinan ia tidak akan bangun beberapa hari ini.” ”Apa? Will—” ujar Hanna lirih, ”tapi, Will bisa sehat kembali kan, dok?” ”ya, semoga saja ia bisa melewati masa kritisnya. Kalau begitu saya permisi dulu.” Ryan tiba-tiba berbicara, ”aku akan mengurus administrasinya, Hanna kau jenguklah Will.” Hanna mengangguk sambil berkata, ”hmm, terima kasih Ryan.” Tiga puluh menit kemudian, beberapa perawat keluar dari ruang operasi sambil mendorong ranjang tempat Will terbaring. Pria itu belum sadar, ia masih terpejam. Beberapa selang terpasang di hidung dan mulutnya. Juga di lehernya dipasang alat penyangga. Kimberley tersedu-sedu sambil menyerukan nama Will Greyson.

  • Kau milikku!   41. Patah dan tenggelam

    ”Mobil Will Greyson terperosok ke dalam jurang. Saat ini beberapa petugas polisi sudah turun ke bawah dan berusaha menyelamatkan Will yang sudah tak sadarkan diri. Situasi di sini juga ramai dari kerumunan orang-orang yang penasaran. Saya Gracia Belle melaporkan dari tempat kejadian.”Berita tentang kecelakaan Will wara-wiri di seluruh saluran televisi. Sendok yang sedari tadi Hanna pegang berdentang di atas piring. Berita itu berhasil membuatnya bergeming.”Will—” ucapnya dengan lirih.Tetiba ponsel Hanna berdering. Nomor asing terpampang di layar ponselnya. Hanna sempat ragu untuk menjawab, tapi bisa saja itu kabar tentang Will.[”Ya, halo.””Aku Ryan manajernya Will. Hmm, Will kec

  • Kau milikku!   40. Sebuah awal yang buruk

    ”Kau—” Hanna tertegun melihat sosok wanita yang di hadapannya, lalu ia menimpali, ”Ya, mungkin karena aku tidak bermulut tajam seperti dirimu. Apa di rumahmu tidak ada jam? Ini masih pukul 7 pagi dan kau sudah bertamu ke rumah orang lain dengan penampilan seperti itu,” Hanna menggeleng-geleng kepala melihat Kimberley yang lebih terlihat seperti menghadiri pesta. Untuk apa Kimberley bertamu sepagi ini dan sudah bermulut jahat kepada Hanna. Seketika Kimberley menggigit bibirnya, ia begitu kesal dengan Hanna. Tidak pernah ia dibuat tak berkutik seperti ini. Namun, Kimberley tetap menunjukkan keangkuhannya dan bersikap bak putri raja menyelonong masuk sambil mengangkat dagunya . ”Will tidak ada di rumah.” ”Aku tahu. Aku datang kesini untuk menemui dirimu, bukan Will,” sahut Kimberley ketus.

  • Kau milikku!   39. Paket Misterius

    ”Aku tahu, kau ingin melakukan sesuatu yang licik dan kotor terhadapku, kan?” Hanna menyipitkan matanya.Will gelagapan lalu berkilah, ”bukan. Kau dan hayalanmu terlalu liar. Ah, sudahlah. Aku sudah ngantuk, kita pulang saja.”Dengan tergesa-gesa Will masuk ke dalam mobil. Apa yang kau pikirkan,Will? Kau tertangkap basah. Kini Will hanya perlu bermuka tebal, walaupun ia sangat canggung. Sedikit lagi bibirnya akan merasakan bibir Hanna. Benar-benar memalukan.Perasaan aneh dan penuh ketegangan menyelimuti keduanya. Hanna tidak hentinya berpikir kalau Will akan menciumnya. Sedangkan Will mengutuki dirinya yang begitu ceroboh menyosor bibir orang lain. Tidak bisa dibiarkan. Benar, pria harus punya harga diri.Saat mereka tiba di rumah, sebuah kotak kecil ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status