Share

Sosok Kamar Keempat

Berhenti mencari, berhentilah bertanya.

Saat aku datang, kalian pasti berlari.

* * * 

Semester baru, apa lagi yang akan di kerjakan oleh Genk 3 MATa_ selain kuliah? Tentu saja menikmati hidup.

Hampir setiap semester, jurusan perkuliahan mereka mengadakan kuliah lapangan. Baik itu gunung atau laut, lembah atau bukit. Dengan visi dan misi yang sama, 'mempelajari alam raya'.

Kampus kecil di sisi kaki gunung, dengan pusat kota sederhana, di kelilingi hutan dan tempat wisata di mana-mana. Menjadi salah satu destinasi yang masih kurang, untuk mereka mempelajari semesta. Oleh karena itu pihak jurusan, dan kampus memperbolehkan mereka untuk mengadakan kuliah lapangan ke bagian zona maritim terdekat. Pantai selatan.

Semua mahasiswa jurusan ini sangat antusias, bukan saja karena tempat yang mereka tuju adalah laut. Tapi juga karena seluruh angkatan dari tiga kelas berbeda, melakukan kuliah lapangan di saat bersamaan. Kurang dari 90 orang mahasiswa, akan melakukan perjalanan bersama. Lengkap dengan para dosen pembimbing dan asisten dosen mereka. Kakak tingkat yang terpilih, setelah menjalani seleksi terlebih dahulu.

Wira sudah memakai baju santai miliknya, yang ditutupi jas almamater sebagai kamuflase. Katanya: "kapan lagi gua pakai baju pantai, kalau bukan sekarang!" Wajahnya riang, tak kalah heboh dengan Taklif yang malah melirik kiri--kanan. Si kacamata itu seperti mencari sesuatu. "A-ada cewe yang lagi saya taksir, tapi belum kelihatan juga!" Aiza menghela napas menghadapi dua sahabatnya ini, yang satu narsis yang lainnya sedang di mabuk asmara.

Mau bagaimana lagi, ini adalah saat yang sangat di tunggu-tunggu mereka. Setelah kejadian satu Minggu lalu, dimana Taklif dan Wira harus syok ketika menginap di kosannya...

* * *

Malam Minggu, kami memang para 'zombie mania'. Istilah yang di gunakan Wira untuk menggantikan kata 'jomblo', agar lebih berkelas--katanya. Tapi, bukankah itu lebih ngenes ya? 

Wira dan Taklif menginap di kosan Aiza, karena mereka mendapati PS4 hanya ada di sini. Lagi pula Aiza akan sangat kesepian tanpa mereka, katanya lagi. Padahal kosan Aiza termasuk kosan berisik, terutama saat malam Minggu. Buktinya di lantai bawah sana, Wira dan Taklif mengintip dari balkon kamar Aiza, banyak muda mudi yang sedang ngobrol berpasangan. Kebanyakan anak SMA karena kosan ini, bukan hanya ditinggali oleh anak-anak kuliahan saja.

"Za, gua kebawah bentar ya."

"Mau ngapain?"

"Ck, gak peka lu. Ya nyari cewe lah, bentar ya!" Wira sudah ancang-ancang turun, tapi cepat dihentikan Aiza. "Jangan. Lu bisa kena masalah sama bapak kost." Seolah tidak percaya, Wira turun ke bawah menyapa mereka. Taklif mengambil Joy sticknya mengajak Aiza main, sampai Aiza bertanya kenapa dia tidak mengikuti Wira. Di luar dugaan, jawaban Taklif lebih rasional.

"Saya sedang jatuh cinta sama seseorang, jadi. Saya mau fokus sama dia saja." Mata sayu Aiza melotot, baru kali ini Taklif bisa membuatnya terkejut. Cukup setia juga untuk Taklif, yang kadang mengekor kelakuan Wira.

"Zaaa!" Panggil Wira menghambur ke dalam kamarnya, membuat dua pemuda yang tengah main PS4 itu melirik kepadanya. "Bapak kost lu! Kenapa lu gak bilang sih, ah!" Protes pemuda itu meringkuk di antara Aiza dan Taklif.

"Kenapa emang?" Tanya Aiza basa-basi.

"Ba-bapak kost lu, ternyata Pa Ratno! Kenapa lu gak bilang!?" 

Aiza menghela napas, memilih fokus ke arah Teve. Melanjutkan permainannya dengan Taklif, daripada mendengarkan cerita Wira. Perut mereka bertiga keroncongan, Taklif dan Wira mulai protes. Si kacamata berinisiatif membeli nasi goreng, di gang arah kanan menuju minimarket. Wira ikut karena bosan, sementara Aiza memilih memasak mie instan.

Sepulang membeli nasi goreng, keduanya masih mengobrol tentang cewe blonde bercelana pendek. Mata Wira melirik ke kamar keempat, lantai dua balkon Aiza. Seseorang melihat mereka dari kejauhan, matanya bercahaya, Wira terkejut menyuruh Taklif berhenti bicara. "Lif, lu liat apa yang gua liat?" Tanya Wira, membuat sobatnya melirik. "Liat apa?" Jawab Taklif mengikuti arah pandang Wira.

"Lu nih! I-itu tuh!" Tunjuk Wira, seketika teralih pada Taklif begitu berbalik kembali. Sosok di sana telah menghilang, Taklif mengerutkan kening. Tapi Wira yakin sekali dia melihat seseorang di sana.

Begitu sampai di kamar Aiza, Wira mulai bercerita dan bertanya tentang kamar keempat di lantai dua ini. Taklif menyahuti dengan nada tak enak, cerita Wira yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kalian lupain aja yang tadi, gak usah di ingat gak usah diceritain lagi." Jawab Aiza dingin, Wira mana bisa begitu saja lupa. Apalagi dengan Taklif yang mendadak diam, suara air terdengar dari dalam kamar mandi. Aiza berdiri menuju keluar dari kamarnya, Wira bertanya 'dia mau  pergi kemana?' tapi tak di jawab. Begitu pintu tertutup, pintu kamar mandi terbuka membuat Taklif dan Wira berteriak kaget. Aiza keluar dengan mengumpat, karena ia juga kaget dengan teriakan mereka berdua.

"Ke-kenapa lu muncul dari sana!?"

"Habis bokerlah! Emang ngapain lagi? Kalian berdua aneh. Aku dengerin dari dalam, kalian ngobrol sendiri, ada-ada aja." Aiza duduk lesehan, mengambil Joy stick kembali, bertanya pada Taklif apa yang ia beli. Namun wajah keduanya lebih pucat pasi, sejak saat itu mereka selalu menolak menginap.[]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status