Beranda / Horor / Kau yang Diantaranya / Aiza Ada yang Cemburu

Share

Aiza Ada yang Cemburu

Penulis: Su Ian Utra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 18:22:44

Selamat datang di duniaku.

Manusia yang percaya, akan keberadaan alam lain dan dimensinya.

* * *

"Kau di sini?"

Warung kopi di samping SMA Bhakti Kencana 2, menyuguhkan gorengan panas setiap hari. Lengkap juga dengan nasi kuning, bagi perut keroncongan yang lupa sarapan.

"Hm, jam sekolah belum mulai. Jadi aku memilih untuk pergi ke sini sebentar. Mas makan apa?" Gadis itu bertanya dengan riang, duduk di samping pria berusia kisaran 27 tahun.

"Bi, nasi bungkus dan tempe mendoan dua. Kopi hitam satu, jadi berapa?" Pria itu berdiri sambil mengambil dompet kulit hitam di saku celana, mengambil uang selembar berwarna biru sesuai harga yang disebutkan si pemilik warung. "Kembaliannya simpen aja, buat entar-entar. Makasih Bi!" Pungkasnya sambil berlalu.

"Kenapa Mas gak jawab aku tadi?" Gadis tadi mengejarnya di samping kiri, dengan nada kesal bertanya kembali. "Aku kan udah jawab, sekalian bayar. Jadi, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." Jawab lelaki itu dengan tersenyum, dan nampaklah lesung pipi di sebelah kirinya. Gadis itu selalu terhipnotis, dengan senyum pria ini. Pipinya merona, rasa malu yang aneh.

Mereka berdua berjalan bersama melewati gerbang sekolah, sang Satpam menganggukkan kepala, beberapa anak gadis juga menyapanya. Begitu juga siswa-siswi lain yang mengenalnya, tapi nampaknya ada seseorang yang cemburu di sampingnya.

Lelaki tegap, dengan kemeja biru langit dan celana kain katun. Setelan sederhana seorang guru, tak terlalu mencolok, namun jika kau dekat dengannya. Aiza memiliki sebuah ketampanan, "...yang tidak bisa di bayangkan oleh wanita yang menganggapnya.. 'membosankan'." Orang yang berintro ringan itu, siapa lagi kalau bukan temannya.

Merangkul pundak Aiza dengan akrab, sampai masuk ke ruangan kantor guru. Mereka lalu duduk di mejanya masing-masing, tapi lelaki berambut gondrong dikuncir aneh itu justru menarik kursinya ke depan meja Aiza.

"Za, gua mau ngajak cewe kenalan. Tapi dia maunya gua bawa temen, lu ikut ya?" Pintanya sok manis, tersenyum ke arah Aiza, berharap sobatnya itu mengiyakan.

"Kan kamu bilang saya membosankan, jadi.. aku menolak." 

"Za! Ini nih, makanya lu ngebosenin. Gua ajak cari jodoh, lu malah ogah-ogahan. Nanti makin banyak dedemit yang ngejer lu, Za."

"Makanya, itu mulut mu di jaga. Kalau jadi doa benerankan bahaya. Dah lah, aku mau masuk kelas. Dah lebih lima menit ini gegara nanggepin mu." Aiza berlalu, tapi lelaki itu tak akan menyerah setidaknya sebelum jam pulang sekolah berakhir untuk membujuk Pak Guru.

* * * 

Di kantin pun rupanya dia masih usaha juga, lelaki berkuncir aneh itu di gandrungi anak abege. Baik cewe atau cowo, kadang dia juga bingung sendiri. Mungkin karena gaya berpakaiannya, yang hampir sama dengan Aiza. Bedanya, kalau pria itu terlihat macam bapak-bapak kolot. Dia terlihat lebih staylis, dengan rambut kuncir; jam tangan mewah (padahal mungkin KW); beberapa gelang di tangan kanan. Atau mungkin, janggut tipis dan tubuh atletis yang ia bentuk, setelah lulus kuliah bareng Aiza. Entahlah, yang jelas lelaki itu masih juga membujuk Aiza untuk setuju dengan permintaanya.

"Za, ayolah Za. Itung-itung main, nambah relasi gitu." Mereka berdua duduk di meja kantin, agak pojok dari keramaian untuk menghindari amuk masa yang sering tiba-tiba datang mengagumi lelaki berkuncir.

"Wir, kau itu bukan jamannya lagi putus nyambung melulu. Dan bukan jamannya lagi macem bocah, yang harus aku temenin."

"Za, beneran. Ini bukan buat kepentingan gua doang, tapi juga buat kepentingan lu. Lu mau selamanya perjaka, diintilin sam--!" Aiza menutup mulut Wira cepat, mata sayu yang dulu kini berubah tajam. Ia memperingatkan sobatnya itu untuk tak melanjutkan ucapannya. Setelah Wira mengangguk paham, Aiza menarik tangannya kembali.

Mereka melanjutkan makan baso dan kupat tahu. Hening mendadak menjadi jeda di antara upacara makan siang, yang seharusnya masih seramai kantin dengan bocah playgrup abege di sekitar mereka. Tapi kelakuan Aiza seperti ini, yang selalu menjadi ladang ranjau kecemasan Wira. Sobatnya ini sejak zaman kuliah dulu, memang menjadi aneh setelah peristiwa gang gagak dan penampakan di kosan Aiza, terkhusus kejadian pada sahabat mereka.

"Za.." Wira membuka suara, sudah tidak tahan dia dengan kebisuan ambigu ini.

"Gak Wir." Jawab si janggung tegas.

"Za.."

"Enggak Wira."

"Za.. gua mau minta sambel di samping lu, dari tadi gerak-gerak mulu."

"Oh. Nih." Diulurkannya mangkuk berisi cairan cabai pedas itu kearah Wira. Satu, dua, tiga sendok cabai mendarat di mangkuk baso miliknya. Aiza terbengong, yang dilihat bereaksi mengangkat alisnya sok jagoan.

* * *

Esok harinya tepat saat yang harusnya Aiza dan Wira bertemu, dengan cewe kencan buta mereka. Wira jatuh sakit karena diare, berhubung Aiza menolak juga, dia menjadikan itu alasan untuk membatalkan kencan buta mereka. Sementara itu, si gondrong mengirimi spam chat. Bahwa ini terjadi karenanya, dan ia harus bertanggung jawab. Aiza tersenyum simpul, kelakuan Wira memang tidak pernah berubah.

Hari ini langit cerah, awan beriringan terbawa angin menuju Timur. Kemeja putih gadingnya terasa sejuk, setelah seharian ini ia duduk di samping jembatan menggunakan motor matik miliknya. Gadis itu hanya berdiri di sana, memandang pemandangan gunung yang jauh dan arus sungai yang berada di bawah jembatan. Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, ketika lagi-lagi pesan Wira menemani kebisuan Aiza.[]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kau yang Diantaranya   Di Persimpangan Malam

    Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert

  • Kau yang Diantaranya   Bagaimana Aiza?

    Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann

  • Kau yang Diantaranya   Malam yang Panjang

    Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di

  • Kau yang Diantaranya   Naya dan Mereka

    Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car

  • Kau yang Diantaranya   Aku Juga Tidak Tahu

    Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat

  • Kau yang Diantaranya   Niskala atau Seva?

    Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status