MasukSetelah kurang lebih tiga jam Melody berkutat pada laptopnya untuk mencari keberadaan Tuan Tua Agraf, akhirnya ia bisa menemukannya. Melody berteriak girang. "Aku menemukannya, Sia! Aku menemukannya!" Sia, Wenart, dan teman-temannya yang lain yang sejak tadi menunggu langsung mendekat ke arah Melody dan melihat isi laptopnya. "Di mana itu?" Sia tidak mengerti gambarannya. "Ini sepertinya bangunan yang cukup tua, tetapi tidak terlalu terbengkalai. Lihatlah, sekitarannya bersih dan terawat." Melody memperbesar gambar di laptopnya. Wenart menatap lokasi pada gambar tersebut, semua yang terlihat di laptop Melody terasa tidak asing baginya. Ia lalu mencoba mengingat-ingat kembali bangunan itu. "Aku ingat sesuatu!" Sia dan teman-temannya langsung menoleh pada Wenart. Apakah jaraknya sekitar tujuh belas kilometer dari pusat kota JinLan?" Melody mengeceknya kembali, lalu mengangguk. "Gunung berbatu di belakangnya, dekat danau, dan jauh dari pemukiman?" Melody kembali mengang
Hari ini Sia kedatangan tamu di apartemennya. Melody Huang mencarinya setelah tadi sempat mencari Sia di perusahaan tapi tidak bertemu. Melody lantas menghubungi Sia dan bertanya ia ada di mana, Sia lalu memberitahukannya. Melody menemui Sia untuk sebab ia harus segera kembali ke luar negeri untuk bekerja. Sebagai teman yang baik, tentu saja ia ingin berpamitan secara langsung pada Sia. Ditambah Sia pun sangat baik padanya. "Maaf aku tidak memberitahumu kalau aku hanya sementara waktu akan tinggal di sini. Jika kau pergi ke luar negeri, ingatlah untuk mengunjungiku." Sia memeluk Melody hangat. "Tidak apa-apa, toh aku masih ingat alamatnya. Aku pasti akan mengunjungimu." Mereka lalu masuk ke apartemen Sia. Di sana ia melihat Wenart yang tengah berdiri di sisi jendela balkon. Melody menyapanya ramah, begitu juga Wenart yang hanya membalasnya dengan anggukan singkat. "Omong-omong, bagaimana keadaan keluargamu, Melody?" Melody tidak langsung menjawab, ia menggeleng pelan. Mata
Houston semakin serakah, mentang-mentang dirinya sudah menjadi pemimpin keluarga Agraf saat ini, ia kini berniat untuk mengambil alih perusahaan Grafsia. Perusahaan yang saat ini dikelola oleh Sia. Ia meminta Sulli untuk mengunjungi ke perusahaan Grafsia hari ini untuk pemberitahuan dan rapat darurat pemegang saham."Kalau nanti sampai berhasil, maka kau bisa memimpin perusahaan itu, Sayang." Kata Houston membuat Sulli yang awalnya merajuk karena Sia memiliki token resmi keluarga Agraf, kini mulai terhibur."Perusahaan ini yang dikelola Sia, jadi kalau kau bisa mendapatkannya maka sudah seharusnya Sia akan tamat.""Tentu saja, Ayah, aku pasti akan mendapatkannya."Sulli lalu pergi ke perusahaan Grafsia ditemani beberapa pria kekar yang sudah direkrut ayahnya menjadi pengawal pribadi Sulli. Wanita itu datang ke perusahaan tersebut dengan percaya diri, orang-orang di sana menatapnya heran sebab mereka tidak mengenalnya."Maaf, Anda siapa?" tanya salah seorang penjaga di sana.Sulli ters
Sepuluh panggilan tidak terjawab dari Adrian sebab Sia memilih mengabaikannya dan tidak menerimanya. Sia kini benar-benar takut dan muak pada Adrian. Setelah banyak kejadian yang memperlihatkan betapa kejamnya Adrian, Sia berpikir tidak mau ada urusan lagi dengan lelaki itu. Setelah memastikan Adrian tidak akan meneleponnya, Sia langsung mematikan ponselnya. "Aku tak mau dia menghubungiku lagi!" Ia menaruh ponselnya jauh darinya. Membayangkan apa yang Adrian lakukan pada keluarga Blade benar-benar membuatnya ngeri. "Maaf karena mengatakannya pada mu, Nona. Tapi aku pikir kau harus tahu itu." Wenart merasa bersalah sebab telah membuat Sia tidak nyaman dan ketakutan. Sia menggeleng. "Tidak apa apa, Paman. Kini aku makin yakin kalau Adrian juga yang membuat keluarga Huang mengalami kehancuran." Kali ini, Wenart mengernyit sebab ia tidak tahu tentang hal itu. "Maksudmu, Nona? Keluarga Huang?" "Sebelumnya, Melody Huang menemuiku, ia berlutut meminta bantuanku. Ia mengatakan kalau
Di tempat lain, Wenart tengah mengawasi rumah utama keluarga Agraf dari jauh. Kini ia tahu kalau dirinya adalah buronan para pengawal keluarga Agraf yang dipimpin Houston setelah seorang pengawal yang ia percayai menghubunginya melalui ponsel sekali pakai dan memberitahunya kalau kini mereka tengah memburu Wenart untuk dibunuh atas perintah Houston. Dan kalau sampai salah satu dari mereka mengetahui keberadaannya kini, maka ia bisa mati."Apa yang sebenarnya sedang Houston lakukan?"Wenart sudah ada di sana sejak berjam-jam lalu setelah berita tersebar. Ia hendak mencari celah agar bisa masuk ke rumah utama Agraf dan memastikan kalau Tuan Agraf baik-baik saja. Namun, sejauh ia menunggu di sana, rumah itu kini benar-benar dijaga dengan ketat oleh belasan pengawal hingga Wenart tidak bisa masuk begitu saja."Sial! Kenapa mereka tidak pergi-pergi!"Sedangkan dirinya sudah tidak tenang. Ia sejak tadi memikirkan Tuan Agraf, khawatir kalau-kalau Houston melakukan hal-hal di luar kendali pa
Sia yang berada di villa cukup terkejut mendengar berita yang tersebar di internet. Sedangkan Wenart baru saja sampai di Villa beberapa saat lalu. Wenart tak tahu apa yang terjadi di rumah utama, sebab setelah mengantar Tuan Agraf pulang ia langsung pergi ke villa di ujung utara untuk menyusul Sia setelah Sia meneleponnya. "Paman, apa kau bersama Kakek tadi?" Sia langsung bertanya ketika Wenart baru saja tiba setelah melalui pemeriksaan yang panjang. "Ya, aku bersamanya setelah kau mengatakan ingin kembali ke Villa sendiri. Tak lama Tuan Tua memintaku untuk menjemputnya di The Graf Imperial dan mengantarnya pulang. Setelah itu, aku menyusulmu ke mari setelah memastikan Tuan Tua sampai di rumah. Ngomong ngomong, penjagaan di sini luar biasa. Aku bahkan berpikir bahwa villa ini sebuah penjara. "Sia tampak berpikir sangat dalam. Membuat Wenart heran. "Ada apa, Nona?""Paman, bukalah ponselmu. Di internet beredar berita bahwa Paman Houston menyatakan dirinya adalah pemimpin keluarga







