Share

Bab 7

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2022-08-25 13:06:02

"Anakmu tidak apa-apa?" Spontan aku menoleh mendengar suara bariton yang sepertinya aku kenal. Mataku melebar saat melihat pria itu. Tiba,-tiba saja dadaku berdebar.

Astaga! Laki-laki yang menolongku barusan ternyata ... Tuan Yuda.

Kami sama-sama tersentak dan saling menatap beberapa saat. Kemudian tersadar dan saling membuang pandangan. Dadaku terus berdegup  kencang.

"T-tidak apa-apa, Tuan. Terima kasih," sahutku tertunduk.

Kenapa Tuan Yuda ada di sini? Ya Tuhan,  Ada apa denganku? Ada debaran yang tak biasa  yang aku rasakan saat ini. Tidak ...! Aku tidak boleh punya perasaan seperti ini. Sadarlah Salma! Kamu harus sadar diri!

"Mari saya antar ke depan lagi, Tuan." Entah sejak kapan, Bang Safwan ternyata sudah berdiri di dekat Tuan Yuda. Wajah kakak iparku itu nampak tak suka padaku.

Namun Tuan Yuda tidak menghiraukannya. Laki-laki itu masih menatapku. Namun aku tak berani membalas tatapannya yang semakin lekat. Detak jantungku terasa tak baik-baik saja di dalam sana.

Teringat dengan kardus yang dilempar Kak Norma tadi, segera berusaha kuraih dengan  susah payah menggunakan sebelah tanganku. Kak Norma dan Ibu mertua hanya memandang sinis padaku. Padahal aku berharap mereka sedikit membantuku yang kesulitan meraih kardus itu. Karena aku harus menunduk atau berjongkok. Sedangkan saat ini aku sedang  menggendong Raihan.

Sementara Raihan masih nampak gelisah dan mulai rewel karena terkejut dengan lemparan kardus tadi.

"Tunggu !" Yuda menghentikan gerakanku. Wajah pria itu nampak kesal melirik Kak Norma dan Ibu jjmertua.

"Ada apa, Tuan," tanyaku heran. 

"Pak Diman, tolong antar wanita ini pulang!" Ternyata Yuda meminta supirnya untuk mengantarku pulang.

Apa aku tidak salah dengar?

"Baik Tuan", sahut seorang pria paruh baya yang dipanggil Pak Diman. Supir Yuda itu gegas melangkah menghampiriku.

Sementara Kak Norma terus memandang kesal padaku. Ibu pun terlihat heran karena sikap Yuda yang seolah-olah telah mengenalku. Wajah ibu mertuaku seperti ingin meminta penjelasan dariku. Namun aku masih berusaha menenangkan Raihan.

"Tidak usah repot-repot, Tuan. Biar saya saja yang antar Salma dan anaknya!"

Tiba-tiba saja  Bang Adam keluar dari dalam. Laki-laki pendiam itu meraih kardusku yang tergeletak di bawah. Kak Norma dan Ibu mertuaku semakin melotot melihat sikap Bang Adam padaku.

"Ayo, Salma aku antar!" ajaknya seraya melangkah ke luar dengan wajah datar.

Sementara aku melihat ada aura kemarahan dari wajah Tuan tampan itu. Aku bergidiik ketika mendapatkan tatapan yang begitu tajam darinya.

Tuan Yuda, Ada apa denganmu? Apakah kamu juga merasakan apa yang sedang aku rasakan?

Aku melangkah tertunduk mengikuti Bang Adam yang sudah duduk di motornya.

"Naik motor, Bang?"

"Iya! biar cepat."

Gegas aku naik ke motornya. Kuberanikan untuk menoleh ke belakang sekali lagi.

Ya Tuhan, ternyata Tuan Yuda masih menatapku. Tiba-tiba saja jantungku kembali berdegup kencang. Tanpa sadar kami terus saling menatap, hingga menghilang dari pandangan.

Bang Adam mengantarku sampai rumah. Bersyukur Raihan sudah kembali tenang dalam gendonganku. Saat turun, Kakak iparku itu membantu membawakan kardusku.

"Boleh aku masuk?"

"M-maaf, Bang. Jika ada yang ingin dibicarakan. Di sini  saja," sahutku ketika kami sudah berada di teras.

Bang Adam menghela napas kasar.

Kami pun duduk di kursi teras. Sepertinya ada hal penting yang hendak dia katakan.

"Setelah tanah warisan Ayah terjual,  Aku akan usahakan agar Raihan mendapatkan haknya sebagai pewaris dari Irsan. Setelah itu ... izinkan aku membawamu pergi. Aku akan menjagamu dan Raihan."

Aku tercengang mendengar penuturan kakak iparku ini. Sungguh aku tak mengira Bang Adam  membicarakan hal ini padaku.

"Maksud Abang, Apa itu artinya kita ..."

"Ya, aku akan menikahimu." Bang Adam menatapku begitu dalam. 

Benarkah saat ini Bang Adam telah melamarku?

Aku menarik napas panjang, kemudian membuangnya perlahan. Entah kenapa aku biasa saja mendengar ucapan Bang Adam barusan. Mungkin tidak ada perasaan istimewa yang aku rasakan saat bersamanya. Namun Raihan, anak itu sangat dekat dengan Bang Adam. Raihan seperti menemukan sosok seorang Ayah pada diri Bang Adam. Terkadang aku pun sempat berpikir menerima semua kebaikan Bang Adam demi Raihan. Namun, bagaimana nanti dengan Ibu Mertuaku? Apa mereka sudi menerimaku kembali?

Lalu bagaimana dengan diriku yang terlanjur telah terluka oleh fitnah yang mereka ciptakan?

"Keluarga Abang tidak suka padaku," lirihku datar.

 

"Aku akan membawamu pergi dari mereka.'

Ternyata Bang Adam tidak main-main. Dia bicara sangat yakin dan  antusias.

"Aku akan pikirkan lagi, Bang.  Saat ini aku ingin berjuang sendiri dulu."

Bang adam terdiam. Raut kecewa terlihat jelas dari wajahnya yang hitam manis.

"Baiklah. Jaga dirimu dan Raihan baik-baik," ujarnya seraya mengacak-acak rambut Raihan.

Anak itu tampak senang dan selalu tersenyum setiap Bang Adam mendekatinya.

.

.

.

Pagi ini aku kembali berjualan di depan puskesmas. Semua masakan  telah siap dan tersusun rapi di atas meja.

"Silakan nasi ramesnya, Pak, Bu. Sepuluh ribu aja!"

Hari ini aku buka lebih cepat. Pesanan nasi bungkus sudah aku antar. Pasien puskesmas sudah banyak yang antri. Pembeli mulai berdatangan. Beruntung Raihan tertidur di dalam gerobak dengan nyaman.

"Permisi, Neng ... " Tiba-tiba seorang Bapak tua menghampiriku.

"Iy-iya, Pak."

Kenapa aku seperti mengenal bapak tua ini. Tapi entah di mana. Walau sudah tua, bapak ini terlihat sangat rapi dan bersih. Dari pakaiannya jelas beliau adalah orang berada.

"Apa ... Neng pernah tolong bapak-bapak tua di dalam gerobak?"

"Astaghfirullahaladzim ... Ini Bapak yang pernah saya tolong?" tanyaku antusias.

"Alhamdulilah. Akhirnya saya menemukan orang yang saya cari-cari sejak kemarin."

"Silakan duduk, Pak. Saya buatkan nasi ya, pak." ujarku seraya memberikan satu bangku plastik untuknya.

"Ya boleh, Nak."

Dengan semangat aku menyendokkan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk bapak ini. Tak lupa segelas teh hangat juga aku hidangkan.

"Silakan dicicipi, Pak"

"Wah, kelihatannya enak, nih!"

Aku tertawa. Rasanya sangat senang melihat bapak ini sudah sehat kembali.

"Siapa namamu, Nak?"

"Salma, Pak."

"Ternyata kamu tidak hanya cantik, tapi hatimu juga sangat tulus, Nak. Kalau  saja kamu tidak menolong Bapak waktu itu, entah bagaimana nasib Bapak sekarang."

"Sudah, Pak. Jangan dipikirkan. Yang terpenting Bapak sekarang sudah sehat lagi. Kalau boleh tau, apa yang terjadi pada Bapak waktu itu?"

"Bapak dirampok, Nak. Waktu itu Bapak mau menemui anak bapak. Tapi setelah turun dari taksi, beberapa orang menghadang dan merampas semuanya. Mereka memasukkan Bapak ke dalam sebuah gerobak. Bapak juga sempat mereka pukuli."

"Astaga ...! Tega sekali mereka itu," geramku.

"Salma,  Kamu wanita baik. Saya akan kenalkan kamu dengan anak saya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Just Rara
akhirnya salma ketemu juga dengan kakek tua itu dan si kakek adalah ayahnya yuda
goodnovel comment avatar
Novitra Yanti
Alhamdulillah kakek sehat kembali bisa berteman salma
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Akhirnya Salma bertemu dengan kakek tua yang ditolongnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 220

    "Mas, sepertinya lagi banyak tamu." Langkah Seruni terhenti ketika hendak masuk ke dalam rumah bersama Elkan. "Mereka semua kakak-kakakku. Ayo kita masuk!" Seruni merasa ciut ketika melihat penampilan kakak-kakak Elkan dan keponakannya yang glamour dan elegan. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sangat sederhana. "Kenapa? Takut? Atau malu?" bisik Elkan saat Seruni menolak untuk masuk ke dalam. Seruni menggeleng dengan wajah pucat. Ia takut tidak diterima oleh keluarga besar suaminya. "Ayo Sayang ...!" Seruni menunduk menatap pakaiannya. Untunglah di mall tadi dia sudah berganti pakaian dengan yang baru. Kemeja dan kulot berbahan silk import yang sempat membuat Seruni ternganga melihat harganya. Setelah menarik napas panjang, Seruni menggandeng tangan Elkan untuk masuk ke dalam. "Selamat malam semua ...!" sapa Elkan pada keluarga besarnya yang sedang berbincang di ruang tamu. "Malam ..., nah ini dia yang ditunggu-tunggu2 sudah datang." Semua menoleh ke arah pintu. Seruni m

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 219

    "Kami akan mengundang kalian di acara resepsi kami minggu depan." Elkan menyerahkan sebuah undangan berwarna perak. "Resepsi?" Salma masih memandang heran dengan keduanya. "Syukurlah. Akhirnya kamu menikah juga. Aku pikir kamu akan seperti Rein." Yuda tertawa lega. Elkan tersenyum namun sesekali masih mencuri-curi memandang Salma dengan lekat. Hal ini pun tidak luput dari penglihatan Seruni dan Yuda. Mereka berbincang hangat. Seruni sesekali ikut tertawa, menjawab secukupnya jika ada yang bertanya. Kesan pertama Seruni pada Salma adalah seorang wanita yang lembut dan ramah. Sungguh Seruni sangat kagum pada sahabat suaminya itu. Seruni pun merasa ada sesuatu antara suaminya dengan Salma. Namun entahlah, dia belum bisa menerka-nerka. Seruni melihat tatapan yang berbeda dari suaminya saat memandang Salma. Raihan dan Maina pun sangat akrab dengan Elkan. Seruni juga melihat suaminya itu sudah sangat familiar dengan lingkungan di rumah itu. Termasuk para pelayannya. Namun Seruni melih

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 218

    "Elkan .. , akhirnya kamu datang," ucap Salma. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Elkan spontan berdiri, lalu menatap wanita yang hampir menjadi istrinya itu dengan lekat. Semua kenangan itu langsung terlintas begitu saja di benaknya. Banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. Kenangan itu masih sangat segar di ingatannya. Salma pun demikian. Ia mampu melewati masa-masa sulitnya bersama Elkan. Pria yang mau menemaninya di saat dirinya tak punya siapa-siapa. Pria yang selalu menyemangatinya di saat dirnya lemah. Entah apa yang terjadi jika tak ada Elkan di dekatnya waktu itu. Elkan bahkan mau berkorban demi kebahagiaannya dan Yuda. Seruni merasakan ada sesuatu diantara suaminya dan wanita yang dipanggil Salma itu. Wanita berhijab yang sangat cantik dan anggun. Seruni sempat kagum pada kecantikan wajah Salma yang begitu menenangkan.. "Om Elkan, ayo kita masuk!" Yumaina menarik lengan kekar Elkan untuk masuk ke ruang tamu. "Astaghfirullah ... Sampai l

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 217

    "Maaf, ya ...! Maaf ...! Saya permisi dulu. Istri saya sudah menunggu!" "Apaa? Istri?" "Mas Elkan becanda ya? "Memangnya Mas Elkan sudah punya istri?" Para wanita penggemar Elkan itu bukannya menjauh, malah semakin penasaran ketika Elkan mengatakan ditunggu istrinya. "Oke ... oke, Aku akan perkenalkan istriku pada kalian." Elkan berkata seraya tersenyum menatap istrinya yang sedang cemberut sejak tadi. Mata Seruni melebar mendengar ucapan Elkan. Wanita itu lantas memberi kode dengan tangannya agar suaminya itu tidak melakukannya. Dia belum siap jika Elkan memperkenalkan dirinya sebagai istrinya di depan umum. "Yang mana istrinya Mas Elkan?" "Ayo dong Mas kenalin sama kita-kita!" Para wanita itu penasaran sambil memandang sekeliling. Elkan tak menyia-nyiakan kesempatan itu, perlahan melangkah menuju meja Seruni. Para Wanita itu terus memperhatikan Elkan yang ternyata menghampiri seorang gadis remaja yang sangat cantik walau tanpa riasan wajah. Gadis dengan rambut panjangnya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 216

    "Mas, kita ke mall ini?" Seruni memandang takjub mall besar dan megah di hadapannya. "Iya. kita parkir mobil dulu." Mobil Elkan baru saja memasuki Mall besar di daerah cassablanca. Karena akhir pekan, mall itu tampak sangat ramai pengunjung. Bahkan untuk masuk mencari parkir saja harus sabar mengantri. "Mau nonton dulu, atau belanja?" "Nonton bioskop, Mas? Wah, pasti bioskopnya bagus banget di sini." Elkan terkekeh melihat kepolosan Seruni. Gadis yang unik, namun sangat menyenangkan.. "Aku belanja apa lagi sih, Mas?" "Kata Mama, pakaian kamu itu standar remaja banget modelnya. Nanti orang-orang pikir aku ini bukan suamimu. Tapi Bapakmu." Mereka terbahak-bahak. "Tapi aku enggak ngerti model, Mas." "Gampang. Nanti minta bantuin manager tokonya." Setelah memarkir mobil, Elkan membawa Seruni masuk ke dalam mall. Nampak banyak muda mudi yang berpasangan menghabiskan waktu berakhir pekan. Seruni bergelayut manja pada lengan Elkan. Sesekali berdecak kagum melihat kemegahan mall ya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 215

    "Loh, Seruni kamu ngapain di sini?" Bu Astrid menegur Seruni yang berada di dapur. "Selamat pagi, Ma. Aku lagi masak sarapan untuk Mas," sahut Seruni tenang. Ia tak menyadari kalau Bu Astrid sudah melotot pada beberapa pelayan di sana. "M-maaf nyonya. Kami tadi sudah melarang. Tapi Non Seruni tetap mau di sini," sahut salah seorang pelayan. "Nggak apa-apa, Ma. Runi sejak kemarin nggak ngapa-ngapain. Bingung, cuma makan dan tidur aja," jelas Seruni sambil mengupas udang di wastafel. Nyonya Astrid hanya menggeleng-geleng kepala, lalu berjalan meninggalkan dapur, kemudian menghampiri putranya yang sedang minum kopi di teras samping. "Elkan, istrimu itu sebaiknya kuliah saja. Sepertinya dia jenuh di rumah." "Apa? Kuliah? Bagaimana nanti jika ada pria seumurannya yang tertarik dengannya?" pikir Elkan dalam hati. Pasti akan banyak pria yang akan tertarik dengan istrinya yang cantik itu. "Elkan, kok malah ngelamun? Kamu setuju, kan?" "Ya nanti aku bicarakan dulu dengan Seruni, Ma."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status