Share

Bab 3

Penulis: Akaiy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-30 04:35:55

Wajah Yang Jing menegang, urat-urat di pelipisnya menonjol. Amarah yang menyesakkan dada membuat napasnya terasa berat. Ia mengendalikan kekuatan di kedua tinjunya dengan presisi sempurna—dua pukulan ini tidak dimaksudkan untuk membunuh Yang Teng, hanya cukup untuk menghancurkan harga diri dan tubuhnya.

Baginya, membuat Yang Teng lumpuh jauh lebih menyenangkan ketimbang menghabisinya.

Semua orang yang menyaksikan adegan itu menahan napas. Mereka yakin, hari ini, Yang Teng akan benar-benar tamat. Bahkan Yang Yan, putra tertua keluarga Yang dengan kultivasi tertinggi sekalipun, tidak akan sanggup menahan dua pukulan penuh tenaga dari Yang Jing. Apalagi Yang Teng, yang disebut-sebut sudah kehilangan meridian jantungnya.

Namun, tepat ketika tinju Yang Jing hanya sejengkal dari dada Yang Teng—

Yang Teng bergerak!

Tangannya terangkat cepat bagai kilat, dua jarinya menjentik ringan ke pergelangan tangan Yang Jing.

Dua suara keras terdengar—

“Tak! Tak!”

Dan seketika, tinju Yang Jing berhenti di udara, seolah seluruh kekuatannya menguap. Energi spiritual yang mengalir deras di tubuhnya malah berbalik menghantam dirinya sendiri. Wajahnya memerah, matanya melebar, sementara napasnya tersengal karena aliran qi yang berbalik arah.

Semua mata di halaman itu membelalak.

Tidak ada yang mengerti apa yang baru saja terjadi. Dua serangan cepat dan kuat dari Yang Jing… dinetralkan seolah itu hanyalah permainan anak kecil.

“Kau kalah.”

Suara datar Yang Teng terdengar jelas, namun mengandung ketegasan tak terbantahkan.

Sebelum Yang Jing sempat bereaksi, tamparan keras mendarat di pipinya.

“Plaak! Plaak! Plaak!”

Wajah Yang Jing langsung bengkak seperti kepala babi, sementara semua orang di sekelilingnya tertegun.

Yang Teng menatap saudaranya itu dengan dingin, lalu menarik tangannya ke belakang punggung. “Aku sudah bilang, kau bahkan tak pantas kuhadapi tiga gerakan. Ingat itu baik-baik, Yang Jing — kau tak akan pernah sebanding denganku.”

Ia meraih liontin giok hitam di pinggang Yang Jing tanpa ragu, lalu menoleh pada Yan Xiaoyu.

“Xiaoyu, kita pulang.”

Bagi orang lain, liontin itu tampak seperti hiasan biasa, tapi Yang Teng tahu betul benda itu menyimpan rahasia besar — sesuatu yang kelak akan mengubah nasibnya.

---

Begitu pintu rumah tertutup, barulah Yan Xiaoyu sadar dari keterkejutannya.

“Tuan Muda… Anda baik-baik saja? Bagaimana mungkin Anda bisa begitu kuat?”

Yang Teng menatapnya sambil tersenyum tipis. “Sampah seperti dia berani menantangku? Terlalu percaya diri.” Ia berjalan masuk dengan santai, seolah pertarungan barusan hanyalah gangguan kecil di pagi hari.

Di halaman, Yang Jun masih terpaku. “Kakak Kedua… bagaimana kau bisa kalah dari Yang Teng?”

Yang Jing menggertakkan gigi, menahan gejolak qi yang berputar kacau di dalam tubuhnya. Wajahnya merah padam karena malu dan marah. “Aku baik-baik saja!” bentaknya, meski tubuhnya hampir goyah.

Ia masih tidak bisa menerima kenyataan.

Dua kali jentikan jari saja — dan serangannya lumpuh total.

Apakah Yang Teng menyembunyikan kekuatannya selama ini? Tidak mungkin!

Satu-satunya penjelasan yang bisa diterima pikirannya hanyalah… kakek memberi pil ajaib padanya.

Ya, pasti itu alasannya.

Kakek selalu terlalu lembut terhadap Yang Teng.

Namun di balik itu, pikiran licik Yang Jing terus berputar, menolak kenyataan pahit yang baru saja menimpanya.

---

Sementara itu, di dalam rumah, Yan Xiaoyu tak berhenti menatap tuan mudanya dengan kagum.

“Tuan Muda, Anda benar-benar luar biasa! Bahkan Tuan Muda Kedua tidak bisa menahan satu jurus pun dari Anda!”

Yang Teng tersenyum samar. “Yang Jing hanyalah awal. Masih banyak yang lebih kuat di luar sana. Dan siapa pun yang berani mengusikku… akan menyesal.”

Nada suaranya mengingatkan Yan Xiaoyu pada kalimat yang ia ucapkan tiga tahun lalu saat menyelamatkannya dari bahaya:

“Mulai sekarang, dia milikku. Siapa pun yang berani menyentuhnya harus mengalahkanku terlebih dahulu!”

Pipi Yan Xiaoyu memerah, namun hatinya hangat.

“Tuan Muda, bagaimana Anda bisa mematahkan jurus ‘Angin Menyapu Gunung’ milik Tuan Muda Kedua dengan mudah seperti itu?”

Yang Teng hanya tersenyum samar.

Ia tahu, jurus itu memiliki celah fatal. Dalam kehidupan sebelumnya, ia telah mempelajarinya sampai pada bentuk tertingginya. Teknik yang ia gunakan barusan — ‘Jari Pemusnah Besar’ — cukup untuk menetralkan Tinju Angin Hitam dalam dua gerakan sederhana.

Dalam hal pengalaman bertarung, tak ada seorang pun di keluarga Yang yang bisa menandingi dirinya.

---

Beberapa saat kemudian, ia memandang Yan Xiaoyu.

“Xiaoyu, kau ingin belajar jurus itu?”

Mata gadis itu berbinar. “Bolehkah?!”

“Tentu. Tapi bukan sekarang. Kita harus bersiap-siap dulu — hari ini perayaan ulang tahun ke-50 keluarga dimulai.”

Yan Xiaoyu tertegun. “Anda… benar-benar akan menghadirinya, Tuan Muda?”

“Tentu saja. Aku bagian dari keluarga Yang. Mengapa tidak?” jawab Yang Teng tenang, meski hatinya telah menyiapkan rencana yang jauh lebih besar dari sekadar menghadiri pesta keluarga.

Setelah bersiap dan berganti pakaian, keduanya berjalan menuju lapangan utama. Tempat itu dipenuhi anggota keluarga, pengikut, dan tamu undangan dari tiga keluarga besar lainnya. Suasana meriah, bendera berkibar, aroma dupa memenuhi udara.

Keluarga Yang akan menunjukkan kekuatannya hari ini — dan bagi Yang Teng, inilah panggung awal untuk kebangkitannya kembali.

Namun, tidak semua orang menyambutnya dengan hormat.

“Lihat, itu Tuan Muda Ketiga, Yang Teng! Dia benar-benar datang!” bisik seseorang.

“Dia masih hidup setelah luka kemarin? Mustahil!”

“Menurutku dia datang hanya untuk menyelamatkan muka keluarga saja,” ucap seorang pria berkumis tajam dengan nada sinis. “Tuan Tua pasti memaksanya datang supaya orang tidak bilang ia sudah ditelantarkan.”

“Dan satu lagi,” tambahnya dengan nada licik, “hari ini Tuan Tua akan mengumumkan murid inti keluarga. Yang Teng tahu ia tak akan terpilih, tapi kalau tidak muncul, ia akan benar-benar kehilangan segalanya.”

Ucapan itu cukup keras untuk didengar banyak orang — termasuk Yang Teng sendiri.

Wajah Yan Xiaoyu memerah karena marah. “Berani sekali mereka bicara begitu! Mereka makan dari keluarga Yang, tapi berani meremehkan Tuan Muda!”

Yang Teng tidak segera menanggapinya. Tatapannya dingin, menatap sumber suara — Mu Shaoxiang, seorang pengikut terkenal karena kepintaran dan lidah tajamnya.

Ia mengenalnya dengan baik.

Di kehidupan sebelumnya, orang ini memang cerdas, tapi juga terlalu sombong dan banyak bicara — dan pada akhirnya mati karena mulutnya sendiri.

Kini, melihat pria itu menjelek-jelekkannya di depan umum, Yang Teng hanya tersenyum tipis.

Dalam hatinya, ia berpikir:

"Mu Shaoxiang… sepertinya aku tidak perlu menunggumu menjemput ajal untuk mengulang sejarahmu. Kali ini, aku sendiri yang akan membuatmu menutup mulut.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 360

    Anehnya, selama lima hari terakhir, tidak ada kabar yang muncul. Semua siswa tetap diam tentang mempelajari alkimia. Apa pun yang ditanyakan, bahkan menanyakan berapa banyak siswa yang belum menguasai teknik Yang Teng, tidak ada yang mau mengucapkan sepatah kata pun. Ketika didesak, mereka menyalahkan Yang Teng, mengatakan bahwa dia telah meminta kerahasiaan dan semuanya akan terungkap pada hari terakhir. Ini membuat para siswa semakin misterius. Beberapa berspekulasi bahwa Yang Teng telah membuat janji yang terlalu percaya diri yang tidak dapat dia penuhi. Itu masuk akal; membuat delapan puluh siswa memenuhi persyaratan untuk memurnikan pil kelas atas sangatlah sulit. Siapa yang bisa disalahkan? Hanya kepercayaan diri Yang Teng yang berlebihan dan kata-katanya yang sombong. Kesepakatan awalnya dengan Gao Hua adalah bahwa mayoritas siswa akan lulus. Apa yang dimaksud dengan mayoritas? Beberapa berpikir lebih dari setengahnya sudah cukup. Tetapi Yang Ten

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 359

    Wang Qi dan Li Guan tidak terganggu oleh tatapan meremehkan Yang Wenyan. Setelah dua tahun di Akademi Kerajaan, mereka sangat menyadari keterbatasan mereka sendiri. Ini bukan sekadar masalah latar belakang keluarga yang rendah; kesenjangan itu beraneka ragam dan tak teratasi, dan hanya akan semakin melebar. Wang Qi dan Li Guan tahu tempat mereka; tatapan Yang Wenyan sangat wajar. Mereka jarang sekali memiliki kesempatan untuk sedekat ini dengan Fu Shuiyao dan Yang Wenyan, apalagi bertukar sepatah kata pun. Yang Teng tertawa, "Kalian berdua tidak perlu memperhatikannya. Yang Wenyan memang seperti itu. Semakin kalian menganggapnya serius, semakin sombong dia." Wang Qi dan Li Guan berdiri di sana tercengang, tidak berani berbicara. Jelas bahwa hubungan Yang Teng dengan Fu Shuiyao dan Yang Wenyan sangat luar biasa. Apa yang mereka katakan satu sama lain bukanlah urusan mereka. "Yang Teng! Beraninya kau berbicara seperti itu padaku! Kau tidak menghormatiku, Yang

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 358

    Yang Teng mengepalkan tinjunya, dengan penuh harap berharap salah satu dari dua muridnya berhasil memurnikan pil kelas atas. Mendengarnya berkhotbah untuk pertama kalinya, dan kemudian berhasil memurnikan pil pada percobaan pertama mereka—sungguh suatu kehormatan, sungguh kabar yang menggembirakan! Bukan hanya satu murid yang berhasil, tetapi dua murid berhasil sekaligus! Prestasi luar biasa ini membuat Yang Teng penuh percaya diri untuk khotbah-khotbahnya di masa mendatang. Para murid bersorak gembira, semuanya berkerumun dengan antusias. Fang Hao dan Zhang Ziwu adalah wajah-wajah yang familiar bagi mereka; sebelum mendengarkan khotbah Guru Yang, mereka tidak akan pernah mampu memurnikan pil kelas atas. Sekarang setelah mereka mengambil langkah ini, apakah itu berarti mereka juga memiliki kesempatan untuk berhasil? Tatapan intens di sekitar mereka membuat Fang Hao dan Zhang Ziwu dipenuhi kepercayaan diri yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan gembira,

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 357

    Ini adalah pertama kalinya para siswa menerima kuliah dari Yang Teng. Melihat pemuda di hadapan mereka, mereka semua merasakan sensasi tidak nyata. Yang Teng masih sangat muda, baru berusia delapan belas atau sembilan belas tahun, namun ia berdiri di hadapan mereka sebagai mentor mereka. Hanya beberapa siswa junior yang lebih muda dari Yang Teng, selisih satu atau dua tahun; yang lainnya lebih tua. Namun, hari ini, mereka dengan tulus menerima kuliah Yang Teng, bahkan merasakan urgensi. Menghadap sembilan puluh siswa di hadapannya, Yang Teng tidak menunjukkan kegugupan, tersenyum tipis: "Saya yakin banyak di antara kalian telah melihat saya memurnikan pil dan ingin mempelajari teknik alkimia saya untuk menciptakan pil kelas atas." Para siswa tidak berani berbicara, takut melewatkan satu kata pun yang diucapkan Yang Teng. Di mata mereka, setiap kata yang diucapkan mentor mereka adalah kebenaran yang mendalam, yang mampu sangat membantu keterampilan alkimia me

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 356

    Dalam perjalanan menuju akademi menengah, dekan mengamati Yang Teng sekali lagi. Penampilan Yang Teng di akademi junior sangat sempurna; dia tidak hanya menggagalkan rencana Gao Hua dan beberapa instruktur, tetapi juga membangun otoritas dan prestise di antara para siswa. Para siswa ini tinggal bersama, dan Long Dong mengenal mereka dengan akrab, memahami kemampuan masing-masing dengan sempurna. Dia pasti akan memilih siswa terbaik untuk Yang Teng. Ini bahkan lebih baik daripada Yang Teng memilih siswa sendiri. "Kemampuan yang mengesankan," dekan mengangguk sedikit. Yang Teng baru dua hari berada di Akademi Kerajaan, namun dia sudah menimbulkan kehebohan, dan semuanya berjalan persis seperti yang dibayangkan Yang Teng. Kemampuan Yang Teng benar-benar luar biasa. Jika seseorang tidak melihat penampilan Yang Teng, orang akan mengira dia adalah seorang veteran berpengalaman. Dekan diam-diam merenungkan bahwa setelah mengamati Yang Teng untuk sementara waktu, jika

  • Kebangkitan Kaisar Beladiri   Bab 355

    Yang Teng menatap Gao Hua dengan tajam, tak bergeming. Gao Hua ingin menjebaknya? Mari kita lihat siapa yang memiliki metode lebih licik. Memainkan kartu senioritas, ya? Mari kita lihat siapa yang memiliki masa jabatan lebih lama! Gao Hua membuka mulutnya, terdiam. Apakah dia berani membiarkan siswa terpilih maju? Tentu saja tidak. Yang Teng memilih siswa yang beruntung dari semua siswa; siapa pun yang terpilih adalah masalah keberuntungan, dan mereka yang tidak terpilih hanyalah sial—tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tetapi Gao Hua telah memilih siswa-siswa kepercayaannya, dan mereka belum tentu yang paling menjanjikan atau mampu di antara mereka. Jika mereka maju, ludah para siswa akan menenggelamkan Gao Hua. Tidak, dia tidak bisa membiarkan prestisenya, yang dibangun selama hampir dua ratus tahun, dihancurkan seperti ini. Gao Hua langsung membuat rencana. Berpaling ke para instruktur, dia berkata, "Saya memerintahkan kalian untuk memilih siswa dengan kara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status