Share

Perguruan Tanpa Nama

Mata Wang Songrui terbuka lebar. Ia tampak begitu panik. “Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?”

Biksu tua itu menggeleng. “Bukan,” ucapnya tegas, “menjadikanmu muridku, hanya akan menghalangi tujuanmu. Jadi, aku akan merekomendasikanmu di salah satu perguruan, kau akan diterima di sana.”

Wang Songrui terdiam.

Cukup lama ia berpikir, bahkan tidurnya pun tak nyenyak.

Namun, akhirnya Songrui tetap berangkat ke perguruan yang dimaksudkan biksu tua.

Dalam perjalanan, rasa semangat kembali timbul meski Songrui harus melewati hutan, sungai, hingga berhari-hari.

Namun setelah sampai di sana, bayangan perguruan yang selama ini dipikirnya adalah perguruan berkualitas ternyata hanyalah angan-angan.

“Apa benar ini tempatnya?”

Mata Songrui memperhatikan bangunan tembok yang sudah tua dan retak di dinding.

Apalagi, saat hendak mengetuk pintu gerbang, ternyata pintu tak terkunci.

Begitu masuk ke dalam, bahkan tak ada satu pun yang menyambut kedatangannya.

WUSS!

Kepulan asap di bagian belakang bangunan menarik perhatian Songrui. Dia memutuskan mencari tahu dari mana datangnya kepulan asap itu.

Beberapa menit berjalan, tapi anehnya ia belum juga mendekati tujuan.

Halaman perguruan ini dari luar terlihat kecil, tapi di dalamnya begitu luas dan ada beberapa bangunan dan jalan yang terlihat sama persis, termasuk tata letak tanaman bahkan tumbuhan yang ada.

Suara seseorang terdengar samar-samar di belakang bangunan kayu.

Ia tak lagi mencari asal kepulan asap. Songrui kini memilih menemui pemilik suara yang di dengarkan.

Di sana, ia melihat sosok seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di meja sambil meneguk arak di botol.

Di sekitar lelaki itu, berhamburan beberapa botol arak kosong.

“Pelayan! Bawakan aku arak!” teriak sang lelaki melayangkan tangan ke sembarang arah.

Menyadari lelaki yang dilihatnya dalam keadaan mabuk, Songrui perlahan mendekat dan menyapa, “Permisi.”

Namun, sang lelaki malah mengira dia sebagai pelayan dan menyuruhnya mengambil arak.

Wang Songrui lantas mengikuti kemauan sang lelaki dengan mengambil semangkuk air yang ada di meja lalu diberikan padanya. Namun, sang lelaki malah membanting mangkuk dengan keras ke lantai.

“ARAKNYA DATANG!”

Secara tiba-tiba, seorang pemuda berlari mendekati lelaki yang mabuk sambil membawa tiga botol arak.

“Ini araknya, Guru,” ucapnya sambil menyodorkan botol arak.

Wang Songrui terbelalak mendengar panggilan yang ditujukan untuk lelaki pemabuk.

“Gu-guru?” Dia mulai ragu apakah biksu tua salah memberikan dia alamat atau mungkin dia yang salah.

“Maaf, saudara, siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya pemuda begitu menyadari kehadiran Wang Songrui.

“Saya Xiongrui. Maaf sudah tidak sopan, tadi pintu gerbangnya tidak dikunci. Kedatanganku kemari untuk bergabung ke dalam perguruan ini.”

“Ah, tidak masalah, aku memang lupa mengunci gerbangnya. Baiklah, Adik seperguruan, kau diterima di perguruan ini. Namaku Haoyun, kau bisa memanggilku Kakak kedua.”

“Diterima begitu saja?” Songrui melongo, “apa tidak ada ujian masuk ke perguruan ini?”

Haoyun tampak bingung. Ia lantas menoleh ke belakang. “Tentu saja tidak. Benar, ‘kan, Guru?” tanyanya.

Lelaki mabuk yang ternyata gurunya itu, spontan menatap Wang Songrui sedikit lama lalu menganggukkan kepalanya.

‘Diterima? Semudah ini?’ batin Songrui bingung.

Belum sempat memproses semuanya, Haoyun mendadak mengajak Songrui mengelilingi wilayah perguruan mereka sambil membicarakan keadaan di dalam perguruan.

Meski perguruan mereka tidak terkenal dan dianggap tidak pernah ada di dunia persilatan, tapi kehidupan sehari-hari kedua murid sangatlah menyenangkan.

Mereka tidak perlu memaksa berlatih dan mengikuti pertandingan dengan perguruan lain. Mereka juga tidak dipaksa oleh guru melakukan hal-hal di luar batasan diri.

“Oh, iya. Jika kau mencari kakak pertama, pergilah ke dapur. Dia  biasa menghabiskan waktunya di sana karena ialah yang menyiapkan makanan untuk seluruh orang di perguruan.”

Songrui tertegun ketika menemukan kejanggalan lain di perguruan ini.

“Tunggu, apakah di sini sebelumnya hanya memiliki dua murid? Kenapa?”

Namun, Kakak Kedua di depannya hanya tersenyum. “Kau sangat beruntung segera diterima guruku. Kebanyakan pemuda yang mau bergabung ke dalam perguruan kita tidak mampu menahan ajaran ketiga guru.”

Songrui memejamkan mata.

Jika tidak ada latihan ketat ataupun pertandingan, pendekar mana yang bisa bertahan?

Namun, Haoyun tak menyadari perubahan ekspresi Songrui. Pemuda itu terus melanjutkan pembicaraan sambil menyelipkan penjelasan setiap lokasi yang ada di dalam perguruan.

Dari sana, Songrui mengetahui bahwa ada tiga guru di dalam perguruan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda dan sangat sulit untuk menebak emosi mereka.

“Satu guru suka mabuk, tapi dia baik. Selain itu, guru kita ada yang memiliki kepandaian luar biasa dalam memainkan semua permainan. Lalu ….”

Ada jeda cukup lama di sana. Kakak Kedua itu tampak bingung.

Hal ini jelas membuat Songrui penasaran. “Bagaimana dengan guru yang satunya lagi?”

Tiba-tiba, Haoyun mendekatkan badannya ke arah Wang Songrui lalu berbisik, “Guru ketiga cukup berbahaya. Jadi, kau harus hati-hati.”

Songrui menatap kakak kedua itu dengan tatapan tertarik.

Berbahaya? Apakah dia memiliki kemampuan luar biasa, sehingga dia harus berhati-hati?

Sepertinya, perguruan ini tak seburuk yang dia kira.

“Jadi….”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status