Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 03. Undangan Makan Malam

Share

03. Undangan Makan Malam

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 16:39:41

“Menantu gila! Apa yang Kau lakukan?” teriak Vera, murka.

Ia tak mengerti jalan pikiran Rendy.

Sejak dulu, selalu menurut. Kenapa sekarang berubah?

“Dasar, pria idiot!” timpal James lalu mengeluarkan sebuah undangan, “Apa kau tak tahu undangan ini sulit didapatkan, bahkan oleh keluarga istrimu?”

Rendy melirik sinis undangan berwarna merah itu. "Baru undangan kelas menengah saja kamu sudah sombong. Belum tentu tamu undangan kelas menengah bisa bertemu Naga Perang."

Wajah James memerah. "Apa yang kamu tahu tentang undangan ini? Undangan merah sudah termasuk bagus untuk perusahaan Grade C!" murkanya.

"Aku bisa memberikan undangan emas yang bisa duduk berdampingan dengan Naga Perang kalau keluarga Huang menginginkannya!” balas Rendy, “Jadi, buat apa undangan sampah yang kamu berikan kepada keluarga ini?"

“Hahaha!”

"Suami tidak bergunamu ini sepertinya sudah gila, Cindy! Kalau Keluarga Huang tak mau undangan ini, bisa aku tarik kembali!" kata James sambil mencoba mengambil kembali undangan itu.

Hal ini membuat Vera terkesiap.

Pemimpin keluarga Huang itu langsung maju dan mengambil undangan merah tersebut. “Tolong maafkan dia, Nak James,” mohonnya, “bukankah keluarga Chung dan Huang akan bersaudara sebentar lagi lewat pernikahanmu dan Cindy?”

James tersenyum mendengar ucapan Vera.

Ya, itulah yang harus dilakukan orang ‘waras’.

"Sebentar lagi Cindy akan menjadi milikku sepenuhnya," batinnya sambil tersenyum licik.

Sepertinya, ia akan semakin cepat mendapatkan Cindy karena suaminya sudah gila.

Rahang Rendy mengeras. "Apa perlu kubuktikan? Hanya dengan sekali menelepon saja, aku bisa memberikan undangan emas itu!"

Sayangnya, sang mertua menganggap ucapannya tak lebih dari sampah.

"Diam! Lebih baik, kamu bersihkan rumah ini daripada berdiri di sini dan mengacaukan semuanya!" kata Vera seperti memerintah pembantu, bukan menantu.

"Benar kata Tante Vera. Kamu mencuci piring kotor saja! Sungguh, tidak pantas ikut keluarga terhormat ini!" ejek James, lalu melirik Cindy.

“Dan Cindy, lebih baik, kita memikirkan honeymoon saja. Mau ke negara apapun, aku siap. Yang penting, kita harus mendapat penerus untuk keluarga kita.”

Tanpa tahu malu, James mengatakannya di depan Rendy, sang suami sah.

Tatapannya juga sungguh mesum dan merendahkan Cindy, seolah istrinya dapat dengan mudah menerima pria itu.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat, di wajah James.

Rendy jelas murka. Dia bisa menahan diri saat dihina, tapi tak boleh ada yang menghina sang istri!

“Rendy!” pekik semua orang, terkejut.

"Kurang ajar! Berani kamu menggamparku!" seru James yang semakin emosi, menahan sakit di pipi.

Rasanya, gigi pria itu goyang.

Tapi, rasa malu memenuhi diri James. Dengan cepat, ia melayangkan tangannya, tapi ….

Bugh!

Tak seimbang, James justru terjatuh dengan sendirinya karena Rendy menghindar dengan cepat.

Wajah James mendarat ke lantai, hingga bengkak dan merah.

"Bangsat! Berani kamu menyerangku!" seru James tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Aku hanya menghindar," jawab Rendy tenang, “kau sendiri yang tak memiliki tubuh yang kuat.”

Ya, Rendy justru tengah menahan diri.

Baginya, menghabisi James dengan satu pukulan pun bisa, tapi dia menghormati istrinya dan memilih menghentikan kekerasan.

Tamparannya tadi pun hanya menggunakan kekuatan 10% saja.

"Rendy! Aku tidak suka kalau suamiku melakukan kekerasan," ucap Cindy.

See?

Padahal, Rendy sudah meminimalkan serangan, tapi istrinya ini memiliki hati yang lembut.

Hal ini yang membuat Rendy jatuh hati padanya dan juga yang membuatnya khawatir.

Baginya, Cindy terlalu baik!

"Dia yang mulai duluan, aku hanya membela diri," kata Rendy acuh tak acuh.

Cindy kemudian menatap James dengan permohonan maaf. "Kamu tidak apa-apa, James? Maafkan Rendy ya, biasanya dia tidak sekasar ini."

James tadinya ingin murka. Tapi, ucapan Cindy yang disangkanya bentuk perhatian, membuatnya merasa menang.

Dia memasang wajah sedih, seolah tersakiti.

Sementara itu, Vera sudah sangat murka!

"Dasar menantu tidak tahu diri! Kamu hampir membuat acara undangan makan malam dengan Naga Perang gagal! Kesempatan ini sangat langka, Naga Perang baru muncul setelah tiga tahun menghilang! Mendapat kepercayaannya adalah anugerah tak ternilai!" ucap Vera dengan otoriter.

"Aku bisa memberikan undangan emas kepada ibu kalau ibu menginginkannya."

"Rendy, cukup! Tolong diam atau aku tidak akan bicara lagi denganmu.” Kali ini, Cindy ikut menyela.

“Ini satu-satunya kesempatan Keluarga Huang kami untuk bertemu Naga Perang."

Seketika ruangan itu hening.

Meski sudah menikah tiga tahun, Cindy memang masih menggunakan nama keluarga Huang karena ibunya merasa nama keluarga Rendy tidak pantas untuk bersaing di jajaran CEO kelas dunia di Negeri Khatulistiwa.

Rendy menyadari emosi sang istri. Semua pengorbanannya sia-sia bila ia lepas kontrol.

Jadi, pria itu akhirnya memilih diam.

“Sekali lagi, mohon maafkan Rendy, Tuan James.”

Ucapan Cindy membuat senyum perlahan terbit di wajah pewaris Chung itu. "Ya! Kalau bukan karena Cindy, Rendy memang sudah kutuntut atas penganiayaan!"

"Terima kasih atas pengertian Tuan James kepada Rendy," ucap Cindy membungkuk hormat.

"Panggil James saja! Aku akan mengampuni suamimu jika kamu jadi pendampingku di acara makan malam Naga Perang! Satu lagi, suami sampahmu tidak boleh ikut!" ucap James sombong.

"Kau! Belum cukup aku tampar?” Rendy murka. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya karena James telah melecehkan istrinya dan menghina dirinya.

Cindy adalah wanita yang sudah menikah, tidak pantas bersanding dengan pria lain di acara penting seperti jamuan makan malam Naga Perang ini.

"RENDY!" ucap Cindy dengan suara keras, “Aku akan mendampingi Tuan James ke acara makan malam Naga Perang agar dia tidak menuntutmu! Kamu tahu hukumannya atas penganiayaan?

Rendy tidak kuasa berkata-kata lagi.

Dia bisa melawan siapa saja, tapi tidak istrinya.

Kalau bukan karena Cindy, mungkin saja James sudah tewas saat itu.

"Ingat! Kamu tidak boleh hadir di acara makan malam Naga Perang! Jamuannya di restoran kelas atas Equator Sunrise! Reservasinya saja butuh dua tahun untuk bisa makan di sana... jangan membuat kekacauan yang akan memalukan keluarga Huang di mata pebisnis dunia!" ancam Vera Huang.

"Kamu baik-baik bersihkan rumah saja ya... biar aku yang menjaga istrimu! Hahaha!" ejek James yang membuat darah Rendy langsung mendidih.

Sorot matanya tajam, bak elang yang siap memangsa. Seperti Naga Perang, yang ditakuti di seluruh dunia, terutama di Negeri Khatulistiwa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   Epilog

    Langit senja Khatulistiwa berwarna merah darah, seolah ikut menangis bersama dua sosok yang berdiri di tengah laboratorium bawah tanah yang disulap seperti kamar rumah sakit itu—tempat di mana realitas dan waktu telah kehilangan maknanya. Suara mesin tua berdengung pelan, menandai detik-detik di mana dunia mungkin akan berubah untuk terakhir kalinya.“Jadi... selama ini Vermilion Vein yang diramalkan akan memulihkan Negeri Khatulistiwa... tersimpan di dalam tubuhmu, Kak Rendy?” suara Renata bergetar, matanya menatap layar holografik yang memantulkan wajah Rendy—lemah, namun perlahan penuh kehidupan.Rendy menatapnya dengan mata yang memantulkan serpihan masa lalu yang kacau. “Renata... kau tahu kenapa aku tidak sadarkan diri selama lima tahun setelah pertempuran di Kartanesia?”Renata terdiam. Nafasnya tersengal, seolah menahan sesuatu yang lebih berat dari kenyataan itu sendiri. “Kau salah, Kak... bukan lima tahun. Kau telah tidak sadar selama dua puluh lima tahun.”Waktu seakan berhe

  • Kebangkitan Naga Perang   547. Vermillion Vein

    Petir pertama menyambar begitu Rendy Wang mencabut Elixir Sword dari sarungnya. Cahaya emas membelah langit, bergemuruh hingga ke dasar bumi. Angin meledak di sekelilingnya, menyingkirkan debu dan kabut pertempuran. Di belakangnya, empat naga elemental berputar cepat, membentuk pusaran energi berbentuk naga bersayap empat yang tampak hidup—matanya menyala, sisiknya berkilau bagai kristal dewa.“Menara ini bukan kuburan,” suara Rendy bergema di seluruh lembah, berat dan mengguncang seperti lonceng perang para dewa. “Ini tempat kebangkitan!”Suara itu menjadi tanda dimulainya kehancuran.Lembah Roh Kultivator masih tersegel sehingga Rendy tidak bisa menggunakan segala keuntungan yang didapatnya dari kuburan pedang spiritual ini. Ia mengandalkan ramalan kuno kalau Elemental Naga Baru ini akan memberikan kemenagan dalam pertempuran hebat di Kartanesia ini.Sheila melompat ke depan, aura apinya membara liar hingga rambutnya sendiri tampak terbakar cahaya biru. “Flame Nova—Dragon Rebirth!” s

  • Kebangkitan Naga Perang   546. Serangan Kekuatan Tertinggi dan The Abyss

    Sisi timur Kartanesia mendadak menyala bagai fajar yang meledak terlalu dini. Sembilan titik cahaya muncul di langit—berkilau tajam, kemudian membesar, membentuk siluet para penjaga langit... Kaelion Ardent, Fayra Alumea, Rorick Vale, Velan Teyros, Lyra Windveil, Thanos Grimwood, Maelis Dawnrose, Tyrion Voxen, dan Seris Veloria. Di belakang masing-masing, naga mereka muncul dari balik kabut spiritual, tubuhnya membentang sepanjang lembah, sisik mereka memantulkan warna-warna elemen yang berbeda—merah, biru, perak, hijau, hingga hitam obsidian yang memantulkan kilatan petir.Kaelion melangkah paling depan, mantel perangnya berkibar diterpa angin spiritual. Suaranya menggelegar di antara guntur dan nyala plasma.“Ignirion! Bangkit!”Langit pun menyala. Dari balik pusaran energi merah, Ignirion, naga api plasma, muncul dengan auman yang membelah udara. Sayapnya membentur angkasa, setiap kibasan meninggalkan jejak bara menyala yang jatuh seperti hujan meteor ke tanah.Rorick Vale menurunk

  • Kebangkitan Naga Perang   545. Kebangkitan Elemental Naga Baru

    Langit Kartanesia malam itu tidak sekadar berubah warna—ia berdenyut, seperti jantung dunia yang berdetak terlalu cepat. Biru tua yang tenang mendadak bergolak, menjadi merah darah, lalu bergradasi ke ungu pekat. Udara menegang. Bumi bergetar halus. Alam spiritual terbelah oleh sesuatu yang melampaui batas kekuatan manusia.Menara Naga Perang berdiri gagah di jantung kota, menjulang seribu meter menembus awan. Namun bahkan batu-batu hitamnya pun bergetar pelan, seakan takut pada arus energi yang kini membanjiri langit. Dari setiap penjuru negeri, pilar-pilar cahaya menembus atmosfer, menari liar sebelum bersatu membentuk empat simbol naga raksasa... api, air, angin, dan tanah—mengelilingi menara bagaikan penjaga masa lalu yang baru dibangkitkan dari tidur panjangnya.Keajaiban baru Elemental Naga dengan perubahan elemental yang mereka miliki.Di puncak menara, Rendy Wang berdiri tegap. Jaket panjangnya berkibar deras di tengah badai energi, rambut hitamnya memantulkan cahaya petir kee

  • Kebangkitan Naga Perang   544. Elemental Naga Terakhir

    Langit Kota Metropolitan memantulkan cahaya jingga dari ribuan lampu hologram. Gedung-gedung tinggi menjulang seperti tombak raksasa yang menembus awan, sementara di bawahnya, dunia berdenyut dengan kehidupan—mobil-mobil terbang melintas, papan iklan bercahaya menampilkan wajah para elit spiritual, dan suara mesin spiritual bergema di setiap lorong.Di antara hiruk pikuk itu, satu sosok berjalan dengan langkah tenang namun tegas—Rendy Wang, Sang Naga Perang. Jaket panjangnya basah oleh sisa hujan malam sebelumnya. Di punggungnya tergantung Elixir Sword yang kini tampak seolah berdenyut pelan, menyimpan sisa energi dari pertempuran maut melawan Akira Tanata.Namun malam ini bukan malam untuk perang.Malam ini adalah malam untuk mengikat kekuatan baru.Rendy menatap menara kaca berlogo “Helion Tech Consortium”, perusahaan riset spiritual terbesar di Negeri Cakrawala—dan tempat Selina Khan, wanita yang dulu dikenal sebagai Pewaris Naga Angin, bersembunyi setelah perang dunia spiritual li

  • Kebangkitan Naga Perang   543. Wujud Sejati Naga Perang

    Petir menyambar tiang-tiang logam, membuat udara bergetar seperti genderang perang. Hujan kini berubah menjadi badai, derasnya seakan menandai akhir dari satu era, dan kelahiran era baru yang ditulis dalam darah.Rendy Wang menatap Akira Tanata yang kini melayang di udara, di punggung naga hitam spiritual yang mengaum bagai monster dari dunia bawah. Aura gelap itu menelan cahaya di sekitarnya, dan setiap napas naga itu membuat kaca gedung-gedung pecah, alarm mobil meraung tak karuan.“Kau tidak akan bisa melawan teknik ini, Rendy Wang!” teriak Akira, suaranya bergema mengguncang seluruh distrik. “Inilah kekuatan naga pemangsa, Penghancur Surgawi!”Rendy mengangkat wajahnya. Hujan menetes di kulit, namun dari tubuhnya muncul semburan listrik keemasan yang membuat air mendesis di udara.Ia perlahan menghunus Elixir Sword—bilahnya memantulkan cahaya petir, menggetarkan udara. “Kau benar,” katanya datar, “aku tidak akan melawannya...”Langkahnya maju, petir menyambar di sekelilingnya...“

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status