Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 244. Garis Waktu

Share

244. Garis Waktu

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-12-14 23:44:23

Hutan di depan terasa lebih sunyi daripada biasanya, hanya derit dedaunan dan angin dingin yang menyapu ranting. Rendy merasakan punggungnya berkeringat, meski udara menusuk dingin. Langkahnya terhenti ketika ia melihat bayangan samar di kejauhan—sesosok pria tua dengan jubah kelabu, berdiri tak bergerak di bawah pohon besar.

“Siapa kau?” Rendy berseru, tangan kanannya meraih pistol kecil di pinggang.

Pria itu mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya samar oleh bayangan daun. “Kapten Rendy Wang. Kau telah melintasi waktu, tapi bukan kehendakmu yang membawamu ke sini.”

Jantung Rendy berdetak keras. “Apa maksudmu? Jelaskan!”

Pria tua itu tersenyum tipis, suaranya berat dan penuh misteri. “Masa depanmu dan masa lalu ini terikat. Kau di sini karena ada sesuatu yang harus kau ubah… atau sesuatu yang harus kau lawan agar tidak menghantuimu di masa depan”

“Kau siapa sebenarnya?”

“Aku adalah penjaga garis waktu ini.” Pria itu melangkah maju, suaranya berubah menjadi desis yang mengerikan. “Sed
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   245. Terjebak Di Masa Lalu

    Rendy Wang berdiri di tepi sungai kecil yang berkilauan di bawah sinar bulan, mencoba mengatur napasnya. Tubuhnya terasa berat, seolah semua energi terkuras dari pertarungan sebelumnya. Namun, pikirannya tidak pernah berhenti bekerja. Potongan-potongan kenangan mulai bermunculan, meski masih kabur seperti bayangan yang memantul di air."Perang melawan Negeri Cakrawala... kenapa aku tak mengingat apa-apa?" pikirnya. Ia mengepalkan tangan, merasakan denyut tenaga dalam yang sempurna di tubuhnya. Namun, sesuatu terasa kurang. Ia sekarang ini bukanlah kultivator. Ia tak memiliki energi qi yang mematikan seperti yang dimilikinya di masa depan. Ia hanyalah praktisi bela diri yang memiliki tenaga dalam yang cukup kuat.Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Rendy segera meraih bayonetnya, bersiap menghadapi ancaman. Namun, dari balik pepohonan, muncul seorang wanita dengan baju perang penuh tanda kehormatan. Sorot matanya tajam, seperti seorang yang terbiasa memimpin di medan perang.“Rendy

    Last Updated : 2024-12-15
  • Kebangkitan Naga Perang   246. Mencari Jejak Assassin War

    Langit Kota Buitenzorg diselimuti kabut tipis saat Rendy tiba. Jalanan berbatu yang basah oleh sisa hujan malam memantulkan cahaya dari lentera-lentera di sepanjang jalan. Kota itu sibuk seperti biasanya, dengan kerumunan pedagang, penjaga keamanan, dan orang-orang dari berbagai kalangan yang berbaur tanpa peduli satu sama lain. Namun, di balik keramaian itu, Rendy merasa ada sesuatu yang berbeda—sebuah kegelisahan yang merayap perlahan di udara.Dia berdiri di depan sebuah kedai kecil yang berderit setiap kali pintunya terbuka. Di tempat ini, dia berharap bisa mendapatkan informasi awal. Kristin benar, menemukan jejak Assassin War tidak akan mudah, terutama bagi seseorang seperti dirinya yang belum mengenal seluk-beluk dunia bawah tanah.Rendy memasuki kedai dengan langkah hati-hati. Bau alkohol, asap tembakau, dan makanan basi menyerang indra penciumannya. Ruangan itu remang-remang, dengan meja-meja penuh orang-orang yang berbicara dengan suara rendah, seolah setiap percakapan adala

    Last Updated : 2024-12-15
  • Kebangkitan Naga Perang   247. Konflik di Jembatan Merah

    Dia tahu ini bisa jadi jebakan, tetapi ini adalah satu-satunya petunjuk yang dia miliki. Dengan napas dalam, Rendy memutuskan untuk melanjutkan. Langkah kakinya membawa dia semakin dalam ke dunia Assassin War, tanpa tahu apa yang menantinya di ujung jalan.Kabut pagi mulai turun saat Rendy tiba di Jembatan Merah. Tempat itu sepi, hanya suara air yang mengalir di bawahnya. Namun, dia tahu seseorang sedang mengawasinya. Jembatan Merah terletak tidak jauh dari Distrik Hitam yang merupakan wilayah terlarang bagi orang biasa karena udara di sekitar Jembatan Merah diduga beracun bagi orang biasa.Tiba-tiba, bayangan melesat keluar dari kegelapan. Rendy menghindar dengan cepat, tapi sebuah pisau kecil nyaris menyayat bahunya. Seorang pria berpakaian hitam muncul, matanya dingin seperti es."Jadi, kau dikirim untuk menghentikanku," kata pria itu dengan nada mengejek. "Siapa yang memerintahmu, bocah?"Rendy meraih pedangnya, memasang kuda-kuda. "Aku tidak tahu siapa kau, tapi aku tidak akan mu

    Last Updated : 2024-12-15
  • Kebangkitan Naga Perang   248. Rahasia Klub Infinity

    Dengan cepat, dia melihat seorang pria yang baru saja keluar dari klub, jelas mabuk tetapi berpakaian mahal. Saat pria itu tersandung dan berhenti di gang kecil, Rendy mendekat."Permisi," Rendy memulai, nadanya sopan tapi tegas. "Saya butuh bantuan Anda untuk masuk ke Klub Infinity."Pria itu terkekeh, matanya samar-samar fokus pada Rendy. "Kau pikir mereka akan biarkan orang biasa sepertimu masuk? Infinity hanya untuk mereka yang punya... nama besar."Rendy tidak membuang waktu. Dia mengulurkan selembar uang yang cukup untuk membuat pria itu diam dan menyerahkan kartu aksesnya. "Ini cukup untuk 'meminjam' identitas Anda, bukan?"Pria itu memandang uang itu sebentar sebelum tersenyum lebar. "Kau pintar. Ambil saja, teman."Rendy masuk melalui pintu dengan kepala tegak, berbaur dengan kerumunan elite yang menikmati malam mereka di lantai dansa yang gemerlap. Musik elektronik menggema di seluruh ruangan, dan lampu warna-warni memantul dari dinding kaca. Namun, perhatian Rendy tidak ter

    Last Updated : 2024-12-15
  • Kebangkitan Naga Perang   249. Rahasia Mulai Terungkap

    Rendy tiba di Pelabuhan Perang saat bulan tergantung rendah di langit, memantulkan cahayanya di atas air laut yang tenang. Tempat itu penuh dengan aktivitas, meski suasananya berbeda dari hiruk-pikuk kota. Para pekerja bergerak cepat, membongkar peti-peti kargo dengan tulisan yang tidak dikenalnya. Di sudut-sudut gelap pelabuhan, bayangan-bayangan bergerak diam, mengawasi, berbicara dalam bisikan yang hanya dipahami oleh mereka.Dia mengenakan jaket hitam sederhana untuk menyamarkan dirinya. Tangannya masih mengepal amplop yang diperolehnya dari Klub Infinity. Pesan di dalamnya hanya mencantumkan satu lokasi—sebuah dermaga kosong yang jauh dari pusat pelabuhan.Ketika dia mendekati dermaga itu, suasana berubah. Tidak ada suara alat berat, tidak ada pekerja. Hanya deburan ombak dan suara langkah kakinya di atas kayu yang lapuk.Sosok pertama muncul dari bayangan, seorang pria tinggi dengan wajah setengah tertutup masker perak. Pria itu berbicara dengan nada rendah, suaranya penuh otori

    Last Updated : 2024-12-16
  • Kebangkitan Naga Perang   250. Misteri Masa Lalu Rendy Wang

    Rendy berdiri di tengah hiruk-pikuk Kota Buitenzorg yang tak pernah tidur. Jalanan penuh dengan pedagang kaki lima, kendaraan yang berdesakan, dan musik jalanan yang bercampur dengan suara klakson kendaraan. Namun, pikirannya terus mengulang kata-kata pria bermasker tadi: Zhang Wei dan Lin Yue.“Orangtuaku pendiri Assassin War?” gumam Rendy, setengah tidak percaya. “Aku bermarga Zhang? Lalu darimana aku mendapatkan marga Wang ini? Semua masih menjadi misteri ... aku bahkan tidak ingat sama sekali tentang orangtua angkatku yang membesarkanku, atau aku sama sekali tidak memiliki orangtua asuh?”Pikirannya masih bergejolak saat dia melangkah menuju tempat penginapan sederhana di sudut kota. Matahari telah tenggelam, dan malam perlahan menutupi kota. Namun, suasana tidak menenangkan. Kabut tipis mulai melingkupi jalanan, dan Rendy merasa dia sedang diawasi.Saat dia masuk ke lorong penginapan, seorang pemuda berseragam pelayan menghampirinya. “Tuan Wang, Anda menerima pesan,” katanya samb

    Last Updated : 2024-12-16
  • Kebangkitan Naga Perang   251. Toko Lemper Ayam Pak Tua

    Rendy berdiri di depan toko roti kecil dengan papan kayu tua yang menggantung di atas pintu bertuliskan ‘Toko Kue & Roti Lemper Ayam Pak Tua.’ Aroma menggiurkan dari kue ketan bercampur wangi rempah-rempah gurih memenuhi udara, mengingatkan Rendy pada masa lalu. Inilah tempat dia pernah ditolong oleh seorang pria tua misterius ketika hampir kehilangan nyawanya dalam pertempuran brutal dalam organisasi Assassin War.Langkahnya ragu saat ia mendorong pintu kayu itu. Bel di atas pintu berdenting lembut, dan ruangan kecil itu menyambutnya dengan kehangatan. Rak-rak kayu berisi aneka roti dan kue, sementara di sudut meja kayu panjang, seorang pria tua dengan rambut putih duduk sambil membaca buku tebal, cangkir teh mengepul di sampingnya.“Tuan?” suara Rendy memecah keheningan. Ia tidak yakin kalau Pak Tua ini mengenaalinya karena ia terdampar di masa jauh sebelum ia mengenal Jenius Alkemis ini, namun jawaban dari kakek ini cukup mengejutkan dirinya.Pria itu menoleh, wajah keriputnya dihi

    Last Updated : 2024-12-16
  • Kebangkitan Naga Perang   252. Gunung Kabut Es

    Udara dingin menggigit kulit Rendy saat ia mendekati kaki Gunung Kabut Es di Negara Halimun. Pepohonan hijau rimbun perlahan berubah menjadi pemandangan yang suram dan beku. Kabut tebal menyelimuti lereng, seolah menghalangi siapa pun untuk melangkah lebih jauh.“Ini tempatnya,” gumam Rendy, mengenang ucapan Pak Tua. ‘Gunung ini tidak hanya menahan rahasia, tapi juga tantangan yang akan menentukan apakah kau pantas mengetahuinya.’Langkah Rendy berhenti di depan papan kayu tua dengan tulisan yang nyaris tak terbaca: 'Hanya mereka yang berani kehilangan segalanya yang akan menemukan kebenaran.'Dia menghela napas. “Tantangan, ya?”Di antara celah batu yang ditutupi es, Rendy menemukan sebuah lorong sempit yang menuju ke dalam gunung. Lorong itu gelap dan dingin, dindingnya terasa lembap saat ia menyentuhnya. Setiap langkah terasa menggema, membuat suasana semakin mencekam.Tiba-tiba, dari kegelapan terdengar suara gemuruh kecil, seperti sesuatu yang besar sedang bergerak. Rendy merapat

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   524. Rendy vs Bara Sena - III

    Di sisi lain, Bara Sena tampak berlutut, satu tangan mencengkeram lantai yang retak, berusaha menopang tubuhnya yang mulai kehilangan tenaga. Api yang sebelumnya menyelimuti tubuhnya kini meredup, menjalar mundur ke dalam pori-pori kulitnya. Wajahnya pucat, nafasnya tersengal, dan matanya membelalak seperti baru menyaksikan hal yang tak bisa diterima oleh akal sehat.“Ba … gaimana … bisa …” desisnya, suaranya serak, lebih mirip geraman binatang yang terluka. Matanya menatap Rendy seakan menolak kenyataan yang ada di hadapannya.Langkah Rendy bergema di lantai rusak balairung. Tiap hentakan sepatunya mengeluarkan bunyi seperti palu yang memaku takdir. Ia berhenti tepat beberapa langkah di depan Bara Sena, menatapnya dari balik rambut acak-acakan dan darah yang belum sempat dibersihkan.“Aku tidak bertarung hanya untuk diriku sendiri,” ucapnya pelan, namun suaranya menggema seperti lonceng peringatan. “Aku membawa harapan dari seluruh Dunia Tengah. Mereka yang tak punya kekuatan, yang s

  • Kebangkitan Naga Perang   523. Rendy vs Bara Sena - II

    Bara Sena menarik napas panjang, lalu melemparkannya dalam pekikan perang yang menggetarkan langit-langit balairung.“AARRRGHHH!!!”Kedua tangannya bersatu di depan dada, dan seketika api melonjak liar, melingkar membentuk mandala raksasa berwarna merah keemasan yang menyelubungi tubuhnya. Api itu berkilau dengan pola-pola kuno yang menari seperti cap naga, masing-masing garisnya seperti ditulis dengan darah para leluhur.“Api Leluhur Andalas!” raungnya.Langit-langit Balairung Matahari berdetak dengan gema mantra yang terpatri di ukiran-ukiran dinding. Pilar-pilar tua yang menopang bangunan itu tiba-tiba bersinar terang, garis-garis sihir purba menyala, mengalirkan kekuatan suci dari akar sejarah Andalas. Aura mereka menyalakan seluruh balairung, menyulut langit dalam ruangan itu menjadi nyala abadi yang mendesis pelan.Api itu bukan hanya panas—ia menyengat jiwa, menusuk kesadaran, membawa kilasan ribuan tahun sejarah dan darah yang telah tertumpah demi kerajaan ini. Bara Sena kini t

  • Kebangkitan Naga Perang   522. Rendy vs Bara Sena - I

    Benturan pertama mengguncang dunia seakan langit dan bumi menolak keberadaan pertarungan itu. Lantai kayu Balairung Matahari retak dalam pola menjalar seperti akar pohon purba, suara kayu pecah menggemuruh dari bawah kaki mereka. Getarannya menjalar hingga ke pilar-pilar penyangga yang mulai bergoyang pelan, menebarkan debu yang turun seperti hujan abu dari langit-langit.Bara Sena, dengan tubuh kekarnya yang dipenuhi tato suci, menghantam pusaran kabut merah yang membungkus tubuh Rendy. Tinju apinya menyala menyilaukan, semburan panasnya membuat udara di sekeliling bergetar seperti fatamorgana di tengah gurun.Namun, dari balik kabut merah itu, seekor naga merah transparan meraung—raungan panjang dan purba yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Nafasnya menguarkan hawa panas bercampur aroma darah dan belerang. Pusaran kabut berubah menjadi pusaran angin liar yang meliuk, membelokkan hantaman Bara Sena seolah waktu itu sendiri membelanya.Bara Sena menyeringai, giginya menyeringai t

  • Kebangkitan Naga Perang   521. Menantang Bara Sena

    Seruni duduk tegak, tubuhnya bersandar pada kursi kayu yang tebal. Wajahnya terpelintir sedikit, matanya menyipit tajam menatap Rendy yang berdiri di hadapannya. Di udara, terasa ketegangan yang mencekam, seperti listrik yang siap meledak. Perlahan, ia menggumamkan kata-kata yang terdengar seperti peringatan, namun dibalut dengan rasa penasaran.“Elemental Naga Baru?” Suaranya serak, nyaris tak terdengar, seolah kata-kata itu berat dan penuh beban. “Kau tahu, Rendy, gelar itu bukan sekadar sebutan. Itu berarti mengguncang seluruh Andalas—menyentuh setiap sudut dunia ini.”Rendy menatapnya tanpa berkedip, setiap helaan napasnya semakin dalam, menyusup ke dalam dadanya yang berdenyut. “Aku tahu,” jawabnya dengan suara penuh tekad yang menggetarkan udara. “Dan aku tahu, aku tidak akan mendapatkan persetujuan itu hanya dengan kata-kata.”Dengan langkah perlahan namun penuh keyakinan, ia berdiri tegak. Ketegangan yang terbangun begitu kental, terasa seolah waktu berhenti sejenak. Tangan ka

  • Kebangkitan Naga Perang   520. Merekrut Seruni

    Perempuan itu menghentikan kudanya beberapa meter di depan Rendy. Udara di antara mereka seolah menjadi lebih berat. Kenangan akan masa lalu—pertarungan sengit di Horizon City, perdebatan tentang kehormatan dan tujuan, dan kekaguman diam-diam yang tak pernah sempat diutarakan—kembali mengapung di udara."Kau datang sendiri, Rendy?" Seruni akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh tekanan. "Apa kau pikir aku akan lupa bahwa kau pernah hampir mengalahkanku di Horizon City?"Rendy tersenyum tipis. "Aku tidak lupa... dan aku juga tidak datang untuk mengulang masa itu. Aku datang membawa kabar yang bisa menyelamatkan Andalas—atau membinasakannya jika diabaikan."Seruni turun dari kudanya, lalu berjalan mendekat dengan langkah penuh percaya diri. Srikandi Andalas tetap berjaga di belakang, tangan mereka sudah menyentuh gagang senjata, bersiap untuk segala kemungkinan."Jika kau datang dengan niat baik," ucap Seruni sambil menatap lurus ke dalam mata Rendy, "mengapa tidak mengirim utus

  • Kebangkitan Naga Perang   519. Negeri Andalas

    Angin pagi membelai rambut panjang Sheila Tanoto saat ia berdiri di tepi landasan bandara jet pribadi di pinggiran Dark City. Suasana masih gelap karena waktu baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. Matahari buatan masih mati digantikann oleh bulan buattan yang memiliki energi gravitasi bulan seperti di Khatulistiwa. Di belakangnya, lampu-lampu kota berkelip seperti bintang jatuh, sementara deru mesin pesawat pribadi Rendy menggeram pelan, siap untuk lepas landas. Bau logam dan bahan bakar memenuhi udara, menambah ketegangan yang terasa seperti benang halus yang siap putus kapan saja.Wajah Sheila disinari remang lampu bandara, menunjukkan keraguan yang dalam di matanya."Aku akan segera menyusulmu ke Khatulistiwa," ucapnya, suaranya tenang namun mengandung kekhawatiran. "Dan aku akan memerintahkan Empat Penjuru Angin untuk menemanimu ke Negeri Andalas. Setidaknya, mereka bisa menjadi pelindungmu dari pengkhianatan yang tak terduga."Rendy menoleh, siluetnya tegap dalam bayang pesawat. Mat

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status