Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 358. Perseteruan Seruni dan Selina

Share

358. Perseteruan Seruni dan Selina

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-10 21:31:32

Keesokan paginya, sinar matahari pagi yang hangat menyelinap melalui jendela besar rumah megah Seruni. Burung-burung bernyanyi riang di taman, membawa ketenangan yang tampak bertolak belakang dengan suasana hati beberapa penghuni rumah itu. Di ruang makan, Rendy dan Selina duduk bersama Seruni menikmati sarapan yang telah disiapkan dengan sempurna.

“Selamat pagi,” sapa Seruni lembut sambil meletakkan teko teh di tengah meja. Senyumnya tetap anggun, meskipun matanya menunjukkan tanda-tanda bahwa ia juga memikirkan sesuatu.

“Pagi,” balas Rendy singkat, menatap Seruni sesaat sebelum kembali memfokuskan diri pada sarapannya.

“Pagi,” tambah Selina, suaranya tenang, meskipun pandangannya memperhatikan setiap gerak-gerik Seruni dengan cermat.

Percakapan ringan berlangsung di antara mereka, tetapi Selina tidak bisa menahan rasa ingin tahunya lebih lama. Ia menunggu hingga Rendy dan Seruni mulai berbicara tentang topik serius. Saat momen itu tiba, ia memutuskan untuk masuk ke dalam pembicaraan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   359. Elemental Naga Petir

    Setelah hari yang penuh dengan percakapan serius dan keputusan yang menggantung, malam itu menjadi saksi keputusan besar yang akan diambil Seruni. Ia telah memikirkannya matang-matang sejak Rendy menyampaikan niatnya. Di kamarnya yang dipenuhi aroma melati, ia duduk di depan jendela besar yang menghadap ke taman teratai. Bulan purnama bersinar terang, seolah menyinari jalannya.Pintu diketuk pelan.“Masuk,” kata Seruni lembut.Rendy melangkah masuk, wajahnya tampak serius namun penuh harap. Ia berdiri beberapa saat, memandang Seruni yang terlihat begitu tenang, seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri.“Aku sudah memutuskan,” kata Seruni akhirnya, menatap Rendy dengan mata yang memancarkan keteguhan. “Aku akan membantumu, Tuan Muda. Jika ini memang satu-satunya cara untuk menyempurnakan Elemental Naga Petir di tubuhmu, aku siap melakukannya.”Rendy tampak lega, meskipun ia tahu keputusan ini bukanlah hal yang mudah bagi Seruni. “Terima kasih, Seruni. Aku tidak akan pernah melupa

    Last Updated : 2025-01-10
  • Kebangkitan Naga Perang   360. Nisan Pedang Kabut Darah

    Malam itu, di tengah keheningan setelah ritual kultivasi ganda, Jade Dragon di tubuh Rendy tiba-tiba bergetar hebat, seolah merespons panggilan yang tak bisa diabaikan. Getarannya begitu kuat hingga membuat tubuh Rendy limbung. Aura emas yang biasanya melingkupinya berubah menjadi merah gelap, penuh dengan energi yang mengancam.“Rendy, ada apa?” tanya Seruni dengan nada cemas, tetapi Rendy hanya mengangkat tangan, memberi isyarat agar dia tidak mendekat.“Aku... tidak tahu,” gumam Rendy. “Tapi ini seperti... panggilan. Jade Dragon ingin aku pergi.”Tanpa menunggu jawaban, tubuh Rendy dilingkupi cahaya naga yang mengangkatnya dari tanah. Dalam sekejap, ia melesat pergi, meninggalkan semua orang yang masih terpaku di tempatnya. Seruni, Selina, dan yang lainnya hanya bisa memandang dengan kebingungan dan kekhawatiran.Saat Rendy tiba di Lembah Roh Kultivator, tempat itu dipenuhi dengan aura mistis yang berat. Langit di atasnya tampak gelap dengan pusaran energi merah darah. Di pusat lem

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   361. Godaan Shin Kang dan Pedang Kabut Darah

    Getaran hebat dari Pedang Kabut Darah semakin intens, membuat tanah di sekitarnya retak. Energi merah gelap menyebar seperti kabut yang menyeramkan, memenuhi lembah dengan aura yang membawa ketakutan mendalam. Keenam Roh Kultivator berdiri dalam formasi, masing-masing mengerahkan energi spiritual mereka untuk meredam kekuatan dari Nisan Pedang Spiritual.Aiden mengangkat kedua tangannya, cahaya biru yang dingin memancar dari tubuhnya, menciptakan lingkaran perlindungan di sekitar nisan. “Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi! Shin Kang harus tetap tersegel!”Guang Yu berdiri di sampingnya, tombak emas di tangannya bergetar, memancarkan aura yang berat. “Rendy, tetap di tempatmu! Jangan biarkan suara itu mempengaruhimu!”Namun, Rendy tidak bisa mengabaikan suara di dalam hatinya. Suara Shin Kang semakin jelas, seperti bisikan yang terus-menerus menarik perhatiannya. Aura merah gelap yang berasal dari Pedang Kabut Darah terasa begitu akrab, seolah memanggil jiwa terdalam Rendy.“Bocah!

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   362. Menyegel Pedang

    Rendy berdiri terpaku, tubuhnya dikelilingi aura emas yang berdenyut dengan gelombang energi naga. Di depannya, Pedang Kabut Darah bergetar hebat, memancarkan cahaya merah darah yang mengancam, seolah-olah sedang berusaha melepaskan diri dari belenggu yang terakhir. Suara Shin Kang terus menggema di dalam pikirannya, menggoda, memaksa, merayu dengan janji-janji kekuatan yang tidak terbatas.“Lihatlah mereka, bocah,” suara Shin Kang terdengar tajam. “Para Roh Kultivator itu? Mereka lemah. Bahkan talisman segel mereka tidak bisa menahan kekuatanku. Kau tahu apa artinya ini? Aku adalah pilihan terbaikmu. Dengan kekuatanku dan Pedang Kabut Darah ini, tak satu pun dari musuhmu akan bertahan. Bahkan Zhang Wei akan jatuh tanpa perlawanan.”Di sisi lain, Abigail, dengan napas tersengal-sengal, berusaha bangkit dari tanah. Wajahnya yang biasanya tenang sekarang penuh kepanikan. “Rendy!” serunya, suaranya dipenuhi kepedihan. “Kami tidak bisa melakukannya sendiri. Kau harus membantu kami! Jangan

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   363. Melawan Takdir Langit

    Tanpa ragu, Rendy maju dan mendekati Pedang Kabut Darah yang masih bergetar hebat.Dengan satu tarikan yang penuh determinasi, Rendy mencabut Pedang Kabut Darah dari Nisan Spiritual. Cahaya merah darah menyembur dari bilahnya, memenuhi langit dengan aura gelap yang mencekam. Pedang itu terasa hidup di tangannya, denyut kekuatan yang seolah menyatu dengan napasnya sendiri. Tubuhnya diliputi energi yang luar biasa—kekuatan yang bahkan belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Aku akan mengembalikannya setelah menghadapi Zhang Wei,” ucap Rendy dengan suara yang tegas, tapi ada nada kepedihan di balik kata-katanya. “Ambisi Zhang Wei lebih mengerikan daripada Shin Kang. Dunia membutuhkan kekuatan ini untuk menghentikannya.”Keenam Roh Kultivator menatapnya dengan ekspresi terkejut dan kekecewaan mendalam. Aiden Lee melangkah maju dengan tatapan penuh ketegasan. “Rendy, kau tak mengerti apa yang kau lakukan! Pedang itu bukan sekadar senjata, tapi entitas yang hidup dengan haus akan darah. Ia akan

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   364. Rendy vs Enam Roh Kultivator

    Aura pertempuran memenuhi udara saat keenam Roh Kultivator mengelilingi Rendy, masing-masing memancarkan kekuatan spiritual mereka yang luar biasa. Rendy berdiri di tengah lingkaran itu dengan Pedang Kabut Darah di tangannya, aura merah gelap menyelubungi tubuhnya seperti kabut mematikan.“Jangan salahkan aku kalau kalian terluka! Aku tidak ingin melukai kalian!” seru Rendy, nada suaranya menunjukkan campuran keputusasaan dan ketegasan.Namun, Aiden Lee menjawab dengan tatapan dingin. “Kalau begitu, lepaskan pedang itu, Rendy. Sebelum semuanya terlambat!”Lao Jin maju lebih dulu, energi emas yang berbentuk naga mengelilinginya. “Kau keras kepala, Rendy. Tapi aku tidak akan membiarkan Shin Kang kembali, meskipun itu berarti melawan muridku sendiri!”Dengan gerakan cepat, Lao Jin menyerang, tinjunya mengarah ke dada Rendy, membawa kekuatan spiritual yang cukup untuk menghancurkan gunung kecil. Rendy mengangkat Pedang Kabut Darah, menangkis serangan itu dengan mudah.BOOOM!Tabrakan ener

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   365. Mengeluarkan Shin Kang

    Rendy menggenggam Pedang Kabut Darah dengan erat, merasakan kekuatan dahsyat yang mengalir ke tubuhnya. Aura merah pekat menyelimuti dirinya, dan perlahan, aura pembunuh mulai tampak semakin nyata. Matanya sedikit berubah, dengan semburat merah yang memancarkan energi gelap.“Bagaimana rasanya memegang pedang spiritual paling kuat di dunia?” suara Shin Kang terdengar dari dalam pedang, suaranya dingin namun penuh daya pikat.Rendy menghela napas berat, tetapi rasa ingin tahunya tak dapat ia tahan. “Luar biasa… seperti tubuhku dipenuhi kekuatan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.”Shin Kang tertawa kecil, tawa yang penuh dengan kesombongan. “Tentu saja, bocah. Pedang ini adalah mahakarya, senjata yang bisa mengubah nasib seorang kultivator. Tapi itu hanya permulaan. Kekuatan sebenarnya baru bisa kau rasakan jika aku… dibebaskan.”Rendy menatap pedang itu dengan ragu. “Bagaimana cara mengeluarkanmu?” tanyanya. Dalam benaknya, ia sadar bahwa ia membutuhkan Shin Kang untuk sepenuhn

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   366. Tawaran Aiden Lee

    Aiden Lee berdiri dengan tubuh yang masih dipenuhi luka, tetapi tangannya terangkat untuk menunjukkan sebuah Talisman Rune yang bersinar lembut dengan cahaya keemasan. Rune itu terlihat rumit, seakan ditulis dengan tangan seorang ahli. Aura yang terpancar darinya terasa kuat dan memancarkan energi spiritual murni.“Rendy,” panggil Aiden dengan suara tegas namun tidak memaksa. “Jika kau benar-benar tidak mau meninggalkan Pedang Kabut Darah dan bersikeras menggunakan kekuatan Shin Kang, maka aku punya satu solusi yang akan menguntungkan kedua belah pihak!"Rendy menatap talisman itu dengan penuh tanya. “Apa itu, Guru?”“Talisman ini,” jelas Aiden sambil memperlihatkan rune yang melayang di antara tangannya, “bisa mengekang kekuatan Shin Kang. Jika kau membebaskannya dari Nisan Pedang Spiritual, kekuatannya akan terbatasi hingga hanya setengahnya. Dengan begitu, ia tidak akan menjadi ancaman bagi dunia, sekaligus memastikan kau tetap bisa mengendalikan Pedang Kabut Darah tanpa terpengaru

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   523. Rendy vs Bara Sena - II

    Bara Sena menarik napas panjang, lalu melemparkannya dalam pekikan perang yang menggetarkan langit-langit balairung.“AARRRGHHH!!!”Kedua tangannya bersatu di depan dada, dan seketika api melonjak liar, melingkar membentuk mandala raksasa berwarna merah keemasan yang menyelubungi tubuhnya. Api itu berkilau dengan pola-pola kuno yang menari seperti cap naga, masing-masing garisnya seperti ditulis dengan darah para leluhur.“Api Leluhur Andalas!” raungnya.Langit-langit Balairung Matahari berdetak dengan gema mantra yang terpatri di ukiran-ukiran dinding. Pilar-pilar tua yang menopang bangunan itu tiba-tiba bersinar terang, garis-garis sihir purba menyala, mengalirkan kekuatan suci dari akar sejarah Andalas. Aura mereka menyalakan seluruh balairung, menyulut langit dalam ruangan itu menjadi nyala abadi yang mendesis pelan.Api itu bukan hanya panas—ia menyengat jiwa, menusuk kesadaran, membawa kilasan ribuan tahun sejarah dan darah yang telah tertumpah demi kerajaan ini. Bara Sena kini t

  • Kebangkitan Naga Perang   522. Rendy vs Bara Sena - I

    Benturan pertama mengguncang dunia seakan langit dan bumi menolak keberadaan pertarungan itu. Lantai kayu Balairung Matahari retak dalam pola menjalar seperti akar pohon purba, suara kayu pecah menggemuruh dari bawah kaki mereka. Getarannya menjalar hingga ke pilar-pilar penyangga yang mulai bergoyang pelan, menebarkan debu yang turun seperti hujan abu dari langit-langit.Bara Sena, dengan tubuh kekarnya yang dipenuhi tato suci, menghantam pusaran kabut merah yang membungkus tubuh Rendy. Tinju apinya menyala menyilaukan, semburan panasnya membuat udara di sekeliling bergetar seperti fatamorgana di tengah gurun.Namun, dari balik kabut merah itu, seekor naga merah transparan meraung—raungan panjang dan purba yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Nafasnya menguarkan hawa panas bercampur aroma darah dan belerang. Pusaran kabut berubah menjadi pusaran angin liar yang meliuk, membelokkan hantaman Bara Sena seolah waktu itu sendiri membelanya.Bara Sena menyeringai, giginya menyeringai t

  • Kebangkitan Naga Perang   521. Menantang Bara Sena

    Seruni duduk tegak, tubuhnya bersandar pada kursi kayu yang tebal. Wajahnya terpelintir sedikit, matanya menyipit tajam menatap Rendy yang berdiri di hadapannya. Di udara, terasa ketegangan yang mencekam, seperti listrik yang siap meledak. Perlahan, ia menggumamkan kata-kata yang terdengar seperti peringatan, namun dibalut dengan rasa penasaran.“Elemental Naga Baru?” Suaranya serak, nyaris tak terdengar, seolah kata-kata itu berat dan penuh beban. “Kau tahu, Rendy, gelar itu bukan sekadar sebutan. Itu berarti mengguncang seluruh Andalas—menyentuh setiap sudut dunia ini.”Rendy menatapnya tanpa berkedip, setiap helaan napasnya semakin dalam, menyusup ke dalam dadanya yang berdenyut. “Aku tahu,” jawabnya dengan suara penuh tekad yang menggetarkan udara. “Dan aku tahu, aku tidak akan mendapatkan persetujuan itu hanya dengan kata-kata.”Dengan langkah perlahan namun penuh keyakinan, ia berdiri tegak. Ketegangan yang terbangun begitu kental, terasa seolah waktu berhenti sejenak. Tangan ka

  • Kebangkitan Naga Perang   520. Merekrut Seruni

    Perempuan itu menghentikan kudanya beberapa meter di depan Rendy. Udara di antara mereka seolah menjadi lebih berat. Kenangan akan masa lalu—pertarungan sengit di Horizon City, perdebatan tentang kehormatan dan tujuan, dan kekaguman diam-diam yang tak pernah sempat diutarakan—kembali mengapung di udara."Kau datang sendiri, Rendy?" Seruni akhirnya berbicara, suaranya rendah namun penuh tekanan. "Apa kau pikir aku akan lupa bahwa kau pernah hampir mengalahkanku di Horizon City?"Rendy tersenyum tipis. "Aku tidak lupa... dan aku juga tidak datang untuk mengulang masa itu. Aku datang membawa kabar yang bisa menyelamatkan Andalas—atau membinasakannya jika diabaikan."Seruni turun dari kudanya, lalu berjalan mendekat dengan langkah penuh percaya diri. Srikandi Andalas tetap berjaga di belakang, tangan mereka sudah menyentuh gagang senjata, bersiap untuk segala kemungkinan."Jika kau datang dengan niat baik," ucap Seruni sambil menatap lurus ke dalam mata Rendy, "mengapa tidak mengirim utus

  • Kebangkitan Naga Perang   519. Negeri Andalas

    Angin pagi membelai rambut panjang Sheila Tanoto saat ia berdiri di tepi landasan bandara jet pribadi di pinggiran Dark City. Suasana masih gelap karena waktu baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. Matahari buatan masih mati digantikann oleh bulan buattan yang memiliki energi gravitasi bulan seperti di Khatulistiwa. Di belakangnya, lampu-lampu kota berkelip seperti bintang jatuh, sementara deru mesin pesawat pribadi Rendy menggeram pelan, siap untuk lepas landas. Bau logam dan bahan bakar memenuhi udara, menambah ketegangan yang terasa seperti benang halus yang siap putus kapan saja.Wajah Sheila disinari remang lampu bandara, menunjukkan keraguan yang dalam di matanya."Aku akan segera menyusulmu ke Khatulistiwa," ucapnya, suaranya tenang namun mengandung kekhawatiran. "Dan aku akan memerintahkan Empat Penjuru Angin untuk menemanimu ke Negeri Andalas. Setidaknya, mereka bisa menjadi pelindungmu dari pengkhianatan yang tak terduga."Rendy menoleh, siluetnya tegap dalam bayang pesawat. Mat

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status