Pandya dan seluruh pengikutnya terus menyusuri lorong di dalam makam itu. Hingga mereka berhenti di depan sebuah bongkahan batu besar yang menutupi jalan, dengan ukiran tulisan dan lambang Raja Iblis di atasnya.Tidak ada jalan lain yang terlihat oleh mereka. Bahkan, Pandya juga tidak menemukan celah dengan penglihatan tajamnya.'Tidak mungkin jika ini jalan buntu bukan?' tanya Pandya pada Sakra untuk menyanggah pikirannya itu.'Sepertinya kemungkinan itu sangat kecil. Sejak awal kita sudah diberikan 3 pilihan jalan, jadi seharusnya semua lorong akan sampai di ujung dan hanya rintangannya saja yang berbeda!' jawab Sakra mengutarakan pemikirannya.'Jika begitu, pasti ada jalan tersembunyi di tempat ini!' sahut Pandya yakin.Pandya kembali menajamkan pengamatannya, untuk mencari apa saja yang terasa berbeda. Semua pengikutnya juga tidak kalah sibuk, untuk mengecek setiap sudut di sekitar mereka.ZHIIIING!Pandya merasakan tenaga dalam dari arah belakang bongkahan batu, saat dirinya tida
Tanpa Pandya sadari, dari arah atas ada seekor ular dengan taring yang mencuat siap menerkamnya. Namun, dengan refleks cepatnya dia berhasil menghunuskan tenaga dalam pada ular itu.CRAAASST!BHUUM!Pandya terdorong beberapa langkah ke belakang, karena ledakan tenaga dalam dari tubuh ular itu. Merasakan adanya aura yang berbeda dari yang dia rasakan saat menyerang ular tadi, membuat Pandya mulai merasakan sedikit kekhawatiran.Pedang dan tenaga dalam tidak bisa digunakan untuk membunuh ular-ular, membuatnya harus memikirkan cara untuk dapat menyelesaikan rintangan itu. Para pengikut Pandya mulai merasakan kekhawatiran yang sama, namun mereka semua percaya jika sang pangeran dapat menemukan cara.Jalur yang akan mereka lewati kini sudah penuh dengan ular, dan kini mereka terkepung di antara ribuan ular itu. Pandya langsung membuat strategi untuk dapat melanjutkan perjalanan mereka, dengan mempertimbangkan tiap kemampuan dari para pengikutnya.“Kalian ingat dengan apa yang kita latih se
“Ramuan apa yang sebenarnya kau buat? Bagaimana bisa kondisi Rajendra menjadi seperti itu?!” tanya Raka dengan suara meninggi.Chandra tidak bisa menjawabnya, tangan dan dahinya kini dipenuhi dengan keringat dingin. Dia memikirkan apa yang salah dengan ramuan yang telah dibuatnya, karena dia yakin racikannya sudah sesuai dengan kitab yang dia pelajari.Pandya mencoba melakukan segala cara yang dia bisa, agar tubuh Rajendra berhenti bergetar. Walaupun, usahanya sia-sia karena tubuh Rajendra Malah semakin bergetar lebih hebat, dengan aura tubuh yang semakin menggelap.ZHIIIING!Pandya mencoba menyalurkan tenaga dalam miliknya, ke dalam tubuh Raja Indra berkali-kali. Tapi, seperti ada penghalang yang menolak tenaga dalam yang masuk, tangan Pandya terus terpental yang membuatnya semakin frustasi karena tidak bisa melakukan apa-apa.‘Apa tidak ada lagi yang bisa aku lakukan?’ tanya Pandya dalam hati dengan penuh kekesalan.‘Lupakan tenaga dalam, coba kau amati fisik dari murid itu! Aku yak
“Kuncinya adalah kerjasama kelompok, apa kalian pernah mendengar jika tenaga dalam bisa digunakan untuk membuat tubuh kita melayang?” tanya Pandya pada para pengikutnya.“Di Ajaran Angin Padepokan Abinawa, kita sering membuat tubuh melayang menggunakan angin. Tapi, saya sendiri belum pernah mendengar penggunakan tenaga dalam, tanpa menyalurkannya melalui jurus meringankan tubuh,” jawab Atreya menanggapi pertanyaan Pandya.“Di Ajaran Air Padepokan Darshwana juga sama, kita menyalurkannya melalui air. Tapi, jika kita gunakan itu untuk membawa Rajendra selama perjalanan, bukankah akan ada goncangan yang akan membuat pemulihannya terganggu?” timpal Inaya menyuarakan pemikirannya.Murid-murid yang lain hanya saling pandang, karena mereka semua belum pernah melihat bahkan mendengar tentang hal yang dibicarakan oleh Pandya. Namun, lain halnya dengan Pandya yang tersenyum dengan penuh semangat, seakan dirinya menemukan hal baru untuk dia coba.‘Bukankah ini saatnya bagiku, untuk mencoba mempr
TAP TAP TAPSuara langkah kaki dengan kecepatan yang cukup cepat dari puluhan orang, menggema di sepanjang lorong. Di tengah gerombolan itu, ada Pandya yang sedang fokus mengontrol tenaga dalamnya sambil menggunakan jurus meringankan tubuh seperti yang lainnya.Setelah mereka berlari cukup lama, Pandya beserta kelompoknya belum mendapatkan rintangan yang berarti. Hanya beberapa jebakan, yang cukup mudah diatasi oleh para pengikutnya.Gerakan yang mereka lakukan, bahkan terasa satu irama. Walaupun, mereka secara bergantian menyalurkan tenaga dalam mereka pada Pandya.“Apa kalian masih baik-baik saja?!” tanya Pandya di sela-sela perhatiannya untuk mengontrol kekuatan.“Sepertinya beberapa anggota sudah mulai kehabisan tenaga dalamnya, bagaimana ini Pangeran?” jawab Dipta mewakili.Pandya melihat sekitar, sambil mengamati keadaan masih memungkinkan untuk mereka singgah atau tidak. Namun, baru saja Pandya akan memutuskan untuk singgah, di depan mereka terlihat sebuah pintu masuk ke dalam
'Ingatan apa? Apa kau yakin dengan ingatanmu itu?’ tanya Pandya tidak yakin.Dari tatapannya terlihat sangat penasaran dengan ingatan yang dimaksud Sakra, tapi dia berusaha menekannya agar tidak kembali kecewa setelah berharap. Sebenarnya alasan utama Pandya ingin segera menyelesaikan ujian ini, hanya karena dia melihat para pengikutnya mulai memaksakan keterbatasan mereka. Apalagi, hingga sekarang dia belum menemukan cara lain membawa Rajendra tanpa membebankan tenaga dalam dan tanggung jawabnya pada para pengikutnya itu.'Aku ingat, waktu itu keadaan sangat kacau. Hampir seluruh pendekar tingkat akhir, bersengkongkol untuk mencoba mengalahkan Tuan Catra. Kami selalu terpojok di setiap jalan manapun yang kami pilih, walaupun ingatanku samar tapi suasana itu benar-benar membekas untukku. Sepertinya tanpa aku rincikan, kau pasti tau seberapa dahsyat efek yang ditimbulkan!’ cerita Sakra dengan suara rendahnya.Pandya hanya mengangguk-anggukkan kepala untuk menjawab ucapan Sakra. Dia bah
Pandya bersimpuh dihadapan Rajendra yang sudah sadarkan diri, sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan namun kuat. Itu bentuk peluapan emosinya yang cukup bercampur aduk, namun lebih banyak perasaan lega dan bahagia.“Bagaimana kondisimu saat ini?” tanya Pandya untuk memastikan keadaan Rajendra.“Saya merasa badan saya lebih segar dibanding sebelumnya, Pangeran. Terima kasih karena sudah menolong saya, dan tidak meninggalkan saya!” jawab Rajendra sambil merubah posisinya ikut bersimpuh kemudian berlutut menghadap Pandya.“Itu memang sudah kewajibanku. Kau hanya perlu menjaga tubuhmu lebih baik lagi!” sahut Pandya sambil memegang pundak Rajendra dan memintanya untuk bangun.Mata Rajendra berkaca-kaca, setelah mendengar jawaban dari Sang Pangeran. Dia sangat bersyukur karena tidak salah memilih pemimpin, dan juga memiliki teman yang tidak jauh berbeda dari seorang saudara.“Ma-maafkan saya yang sudah membuat kelompok kita kerepotan, Pangeran!” teriak Rajendra yang mulai menangis sese
Suasana hening, membuat ruangan istirahat di salah satu lorong itu menjadi sedikit mencekam. Padahal, cukup banyak orang didalamnya, namun tidak ada yang bersuara sejak beberapa saat tadi. Pandya yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pengikutnya yang menunggu penjelasan, hanya termenung memikirkan bagaimana dan darimana dia harus menceritakan hal yang harus dia katakan.Tidak ada yang berani menginterupsi, karena mereka semua tahu jika hal yang ingin disampaikan oleh pemimpin mereka itu merupakan sesuatu yang rumit. Jika tidak, Pandya pasti sudah mengatakannya sejak tadi dan dengan lantang.“Sebenarnya aku ingin memberitahu tentang adanya berita baik dan buruk kepada kalian, tapi aku belum menemukan kata-kata yang tepat agar kalian bisa memahaminya dengan mudah….,” Pandya menggantungkan ucapannya, namun tetap tidak ada yang berani menyela.“Aku akan mengatakan berita baiknya dulu, agar kalian bisa menangkapnya dengan lebih baik…,” Pandya kembali menjeda ucapannya. “Saat ini ada ca