Share

Episode 6 Penyusup (2)

Rosaline melihat Adrian ada di bawah bersama rekannya yang tadi. Dia memberikan sinyal hanya dengan tatapan mata saja. 

"Tenanglah, jangan lukai dia," balas Rosaline mengulur waktu dan mencari celah. 

"Jangan mendekat dan suruh mereka semua mundur!" 

Orang-orang dari Arena Redlion menatap Rosaline dan saat gadis itu mengangguk mereka mundur sesuai permintaan penyusup itu.

"Bagus," 

Mereka melangkah dan saat berusaha membawa Pangeran Yuasa bersamanya, Rosaline melemparkan belatinya mengenai lengan orang yang menyandera Pangeran Yuasa hingga tubuhnya terlepas. Tubuh Pangeran Yuasa terjatuh, merosot dari atap yang memang miring.

"Adrian!" teriak Rosaline.

Adrian bersiap di bawah dan menangkap tubuh Pangeran Yuasa.

Panik, kedua orang berbaju hitam itu menyerang Rosaline lalu melemparkan senjata rahasia berupa asap. Kemudian mereka berdua menghilang.

"Mereka kabur," 

"Adrian! Bagaimana Pangeran?" tanya Rosaline.

"Aman!" teriak Adrian membalas pertanyaan Rosaline.

Keduanya kini telah kembali ke kamar bersama Pangeran Yuasa yang belum sadarkan diri.

"Bagaimana mereka bisa menyusup ke sini," gumam Adrian.

"Siapa yang tahu jika Pangeran menginap di sini?" tanya Rosaline.

"Tidak ada, maksudku hanya tabib dan Ron," balas Adrian.

"Apa Ron bisa dipercaya?" 

"Dia rekanku dan aku percaya padanya," jawab Adrian. 

"Lalu darimana mereka tahu? Apa mungkin tabib yang tadi?" 

Adrian dan Rosaline saling pandang. Adrian sendiri tidak terlalu mengenal baik tabib yang tadi memeriksa Pangeran Yuasa. 

"Apa ada yang mengincar Pangeran?" tanya Adrian, dan Rosaline mengangguk.

Rosaline duduk di sebelah Pangeran Yuasa. Lalu menghela napas panjang sebelum mulai berbicara.

"Dulu, saat awal aku menjadi pengawalnya dia pernah diculik. Saat itu kami berada di Kota Onyx. Dan penyusup Onyx, aku yakin mereka salah satu dari mereka. Serangan dengan angin, kemampuan yang dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di Kota Onyx." 

Rosaline melihat ada gerakan dari Pangeran Yuasa, dia mulai siuman.

"Apa yang mereka inginkan?" tanya Adrian.

"Darahku," jawab Pangeran Yuasa. Dia mulai bangun dari tidurnya dan duduk.

"Pangeran, bagaimana keadaan Anda? Apa ada yang sakit?" tanya Rosaline.

Pangeran Yuasa hanya menggeleng.

"Sepertinya darahku dapat dijadikan obat atau ramuan panjang umur, banyak yang menginginkannya," lanjut Pangeran Yuasa.

"Pantas saja, siapapun pasti menginginkan itu. Semua yang memiliki mitos dapat menjadi obat akan selalu diincar," sambung Adrian.

"Lalu bagaimana sekarang? Apa masih bisa dilanjutkan latihannya?" tanya Rosaline.

"Tunggu dulu, nanti ku kabari. Sementara Pangeran kembali ke istana sampai masalah ini selesai. Setidaknya aku akan menginterogasi penyusup yang tadi tertangkap," balas Adrian.

Pintu tiba-tiba di buka dengan paksa dari luar.

"Adrian!" teriak Ron yang masih terlihat belum bisa mengatur napasnya.

"Tenangkan dirimu sendiri Ron, ada apa?" Adrian berdiri dan berjalan ke arah Ron yang kini bersandar di pintu mengatur napasnya.

"Penyusup … mereka … penyusup itu," ucap Ron terbata-bata masih dengan napas tersengal-sengal.

"Minumlah dulu," Rosaline memberikan segelas air putih dan langsung diteguk habis oleh Ron.

"Penyusup yang tertangkap tadi sudah kabur, penjaga penjara dibuat tertidur bahkan belum bangun sampai sekarang," ucap Ron melapor kepada Adrian.

"Apa! Kabur!" Adrian terlihat tidak percaya dia menarik Ron keluar kamar.

"Bagaimana bisa? Penjara Arena Redlion berlapis tak hanya ada satu atau dua penjaga," bisik Adrian. Dia tidak ingin Rosaline mendengar hal ini. Sebuah aib untuk Arena Redlion yang merupakan tempat berlatih para prajurit tapi ada penjahat yang bisa kabur dari tahanannya.

"Mereka seperti dibuat tertidur atau terhipnotis. Yang jelas kemampuan khusus kristal putih yang biasanya dari Kota Onyx," lanjut Ron.

"Kota Onyx, semua dari sana. Apa sebenarnya yang terjadi di kota itu," gumam Adrian.

"Hei, bagi satu donk. Keduanya cantik," bisik Ron.

"Apa?" Adrian tidak mengerti.

"Yang di dalam, dua-duanya cantik," bisik Ron.

"Lihat baik-baik yang satu itu laki-laki," balas Adrian menunjuk ke arah Pangeran Yuasa.

Ron memperhatikan Pangeran Yuasa dari atas hingga bawah.

"Benar, dia laki-laki. Sayang sekali secantik itu," gumam Ron.

"Hei, jangan mengalihkan perhatian. Apa ada yang mencurigakan selain orang-orang dari kota Onyx?" tanya Adrian.

Ron mendekatkan dirinya ke arah Adrian lalu berbisik.

"Tidak mungkin!" seru Adrian.

"Itu hanya dugaan saja, masih belum ada bukti," sahut Ron.

Adrian melirik ke arah Rosaline, " Dengar Ron, rahasiakan ini. Jangan ada yang tahu siapa mereka," bisik Adrian.

"Tunggu! Itu… itu… Pangeran kan? Pangeran Yuasa yang itu," bisik Ron yang tak percaya Adrian kenal dengan orang istana.

"Awas kalau kau menyebarkan informasi ini," ancam Adrian dengan tangan menunjuk lehernya secara mendatar.

"Siap, laksanakan, Sersan!" jawab Ron memberi hormat.

"Sekarang pergilah dan cari bukti atau apapun yang janggal," perintah Adrian kepada Ron.

"Siap laksanakan!" jawab Ron yang langsung pergi dari tempat itu.

Adrian kembali ke dalam kamar lalu menutup pintu kamarnya.

"Kalian harus segera kembali ke istana, tidak perlu menunggu esok hari," saran Adrian dan keduanya menyetujui.

Di tengah malam, Adrian mengawal Rosaline dan Pangeran Yuasa sampai ke istana.

"Dengar Rosaline, tetap di istana sampai aku kembali lagi untuk melatih pangeran. Sampai jumpa lagi," pamit Adrian memacu kudanya meninggalkan keduanya di istana. Tempat paling aman untuk mereka saat ini.

Adrian kembali ke Arena Redlion dan bergabung dengan Ron, mencari bukti-bukti dan juga mencari pelaku yang membantu para penyusup kabur dari penjara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status