Bintang menganggukan kepalanya, dia meraih satu jarum akupuntur lalu membuka gembok jeruji besi secara diam diam. Dibantu oleh pengawasan Jaka. Hingga gembok terbuka, Bintang mulai menjalankan aksinya. Dia segera keluar sembari mengendap endap! "Berhati hatilah!" Jaka memberi pesan. Bintang menganggukan kepalanya, dia terus melangkahkan kaki secara hati hati. Hingga saat melihat dua penjaga penjara yang tengah berjaga terlalu fokus menghadap ke depan. Bintang dengan langkah cepat mengambil tiga jarum akupuntur, lalu menancapkan ke semua syaraf pergerakan mereka! Jleeeeeb! Jleeeeeb! Menarik kedua tubuh penjaga kedalam penjara. Bintang segera mengganti pakaiannya bersama Jaka. Beberapa saat kemudian. "Apa yang kamu lakukan padanya? Kenapa dia hanya bisa diam seperti patung?" "Jendral... Aku akan memberi tahu fungsinya setelah rencanaku berjalan lancar. Sekarang kita akan menyelinap, dan mencari cara meledakan barak militer ini." Jaka mengangguk, entah mengapa rasa untuk memperc
Jaka yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam dengan dipenuhi banyak pertanyaan dipikirannya. Bagaimana bisa sosok dokter militer yang baru masuk itu memiliki kemampuan yang tak bisa dipikir dengan nalar biasa? "A-apa Jendral Bangkit telah mati?! I-ini..." Bintang menatap kearah pasukan Negara Jiwa dengan raut wajah tanpa ekspresi. Yang pasti, dia tak berniat untuk melepas mereka setelah membunuh prajurit dari pasukan barak militer negara Amerta. "Ka-kami menyerah!" Satu persatu prajurit Negara Jiwa membuang senjata mereka. Hingga ditengah mereka akan dikumpulkan satu persatu. Doooooor! Suara senjata api meletus yang membuat seluruh orang di tempat Bintang menundukan kepalanya. Namun Bintang tak sigap, hingga kejadian yang begitu cepat menembus kulit pada area perutnya terjadi! Jleeeeeb! Darah segar keluar dari luka yang diakibatkan peluru panas, hal ini membuat sosok Jendral Jaka segera memberi perintah cepat! "Bentuk pertahanan! Dan cari siapa yang menggunakan senjat
"Jendral, aku akan membantumu... Bagaimanapun, aku memilih dua keahlian... Jadi tak salah kan?""Tidak bisa! Meski dua pilihan, kamu belum berlatih dibawah bimbinganku, ikut bertahan di tempat ini... Sama saja kamu akan mati?!"SWUUUUUUSH!Tiba tiba sebuah pedang melintas cepat dari arah timur kearah Bintang. Namun insting pertahanan hidupnya telah bergejolak, Bintang melakukan salto kesamping sembari meraih gagang pedang yang hampir menusuk jantungnya itu.Haaap!"Re-reflek sangat cepat!" Jendral Jaka terkejut, dia tersadar, malahan sosok dokter baru itu telah bergerak menuju kearah pertempuran utama!Slaaaash! Slaaaash! Tiiiing! Tiiiing!Bergerak ke arah sumber suara pertempuran, kini dia dapat mencium aroma amis yang menyebar! Bahkan sepatunya telah menginjak genangan darah."Pembantaian ini..." Wajahnya berubah menjadi datar, hingga seorang pria bercadar bergerak menghunuskan pedang kearah Bintang.Merasakan adanya serangan, Bintang mulai mengayunkan pedang ditangannya.CTIIIIIING
Kehilangan lengan, Bintang dapat melihat luka itu diakibatkan oleh sebuah pedang. Luka kulit membiru, tubuh pucat, menggigil, semua itu diakibatkan oleh racun! Dan perban di badan, itu mungkin karena peluru panas. Namun tidak semua prajurit terkena peluru panas. Bintang dapat melihat bahwa dari banyaknya korban perang, mereka hanya terkena racun, dan juga luka diakibatkan oleh sebuah pedang! "Cara perang yang terlalu kuno, namun sangat mematikan..." "Tebakanmu benar, perang di dua negara kali ini tidak melibatkan kontak senjata berat... Kami saling berperang layaknya dimasalalu, hanya kontak senjata tajam, dan serangan kuno lainnya... Apakah melihat ini semua kamu jadi takut?" Apa yang dia takutkan? Hingga setelah tiba di barak utama pelatihan. "Sekarang kamu isi formulir sesuai keinginanmu... Dan setelahnya nanti ada seseorang yang melatihmu sebelum berperang!" Bintang menganggukan kepalanya, dia kembali mengisi formulir yang dia isi. Di formulir itu, terdapat dua ke
"Mungkin ayahku tidak berani melakukan hal seperti ini karena dia menghormati ibuku... Tapi, kedua orang tuaku telah tiada, lantas di hidupku ini, aku hanya menghormati orang yang mau menghormati ku... Eni, enyah dari hadapanku, atau..." Eni keluar dari aula dengan langkah cepat menahan marahnya. Yang pasti, dia hanya berkata, "semoga kamu masih bisa hidup setelah menamparku!" Bintang tak membalasnya, dia menatap pak Diki yang sejak tadi tidak ingin ikut campur urusan keluarga. "Pak Diki, kinerjamu bagus... Tapi jika ada luang kosong, bantu Anya untuk mengelola Asosiasi Pill Naga..." Pak Diki mengangguk, dia segera keluar dari aula pertemuan dengan langkah santai. Setelah kepergian pak Diki, tiba tiba seorang yang begitu familiar memasuki aula. Bintang hanya memijat keningnya untuk beberapa kali. "Setiap duduk disini, banyak sekali yang mencariku..." Dia menggerutu kesal, namun Diana yang mendengarnya mulai mendengus dingin. "Hmppp! Tuan muda, apa kamu tidak ingin menjalani mis
Bintang melakukan aksi yang menarik, setelah menyerap semua gas racun kedalam tubuhnya. Dia mulai membuka mulutnya. Hingga gas racun yang ada didalam tubuhnya keluar menyembur kearah Dewa Racun! "Ka-kamu?!" Dewa Racun mencoba menghindar, hal ini membuat Bintang yang telah mengeluarkan semua racun itu mulai duduk sembari menancapkan beberapa jarum akupuntur ke beberapa titik peredaran darahnya. "Meski semua gas racun terlihat kamu buang... Tapi masih ada beberapa racun itu menempel di mulut, dan hidungmu... Bintang kamu benar benar naif?!" "Naif?" Senyuman tipis mulai terlihat, Bintang mulai mengeluarkan satu Pill berwarna merah darah. "Pill penangkal seribu racun... Pill ini ku bentuk saat aku masih belajar menciptakan beberapa Pill dan tak pernah ku gunakan... Akhirnya kamu berguna juga..." Memejamkan matanya, sontak gas hitam keluar dari pori pori kulitnya. Melihat hal itu, mata Dewa Racun terbelalak! "Ba-bagaimana bisa?!" "Aku berani melawan mu, bearti aku telah memi