Share

Bab 6

Atensi para karyawan Shiren kini tertuju pada sang empu perusahaan. Bagaimana tidak, wanita itu tampak patuh berada di gendongan Nicholas. Sebagian dari mereka memekik gemas, sebagian lagi mencibir ganas.

"Entah mataku yang salah atau bagaimana, semenjak bersama Nicholas, Nyonya Shiren seperti kehilangan sisi dominannya," celetuk salah satu karyawan wanita Shiren. Dua karyawan wanita itu asyik berbisik-bisik seraya bekerja.

"Ck, panggil Tuan, bodoh! Kamu memanggil Shiren dengan Nyonya sedangkan suaminya disebut nama saja. Jika didengar mereka kita pasti terkena masalah!" ujar satunya lagi mengingatkan.

"Shiren ini diselingkuhi atau dia yang selingkuh? Ya ... siapa tahu dia menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan Nicholas." Inilah yang paling tidak masuk akal.

Teman karyawan wanita itu tampak sangat ketar-ketir, dia bahkan sampai menoleh kanan kiri dengan gesit, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

"Cukup! Aku tidak mau karirku rusak karena percakapan tidak berbobot ini. Terserah mereka saja, yang terpenting kita tetap bisa mendapat uang di sini!" Terlalu bahaya jika sampai ada yang mengadukan percakapan mereka. Terlebih lagi, backingan Shiren bukanlah orang sembarangan.

***

Di ruang kerja Shiren, Nicholas tampak telaten merawat sang istri. Memijat, mengompres, semua dia lakukan agar kaki Shiren kembali membaik selagi menunggu dokter tiba.

Shiren yang diperlakukan begitu lembut tampak terkesima. Lagi-lagi, Jovan tidak pernah perhatian seperti ini padanya. Pelukan dan ciuman memang biasa dia dapatkan, namun untuk hal merawat dirinya ketika sakit, Jovan selalu menyuruh dokter saja.

Ketukan pintu tidak berhasil membubarkan lamunan Shiren sama sekali, wanita itu tetap asyik dengan pikirannya sendiri. Nicholas pun segera bangkit, menyambut seorang dokter yang dirinya panggil.

"Dia tadi sempat tersandung dan mungkin juga terkilir. Aku sudah membantunya memijat dan mengompres agar tidak tegang," jelas Nicholas pada dokter bername-tag Kylie.

"Terima kasih, Tuan. Sekarang biarkan saya yang mengobati beliau." Dokter Kylie segera mendekat ke arah Shiren yang untungnya sudah sadar dari lamunan tadi.

Setelah melakukan pemeriksaan, dokter Kylie membuka tas yang dia bawa. Dia mengambil salah satu benda seperti suntikan dan segera membukanya.

Wajah Shiren sontak berubah pucat melihat benda tajam yang paling dia benci. Dia ingin menangis, tapi terhalang rasa malu pada Nicholas juga dokter Kylie.

"A-apakah harus disuntik? Aku rasa tidak perlu," tawar Shiren sebisa mungkin. Hal itu sukses membuat dokter Kylie terhenti dari kegiatannya dalam menyiapkan suntikan untuk Shiren.

"Ini akan membantu menyembuhkan lebih maksimal dan lebih cepat, Nyonya. Anda ini orang sibuk, pasti membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk pulih," jelas dokter Kylie. Dari gelagatnya, dokter Kylie sudah yakin jika Shiren phobia jarum suntik.

Shiren mengedarkan pandangannya mencari sosok Nicholas. Beruntung, pria itu sedari tadi berdiri di sisi dokter Kylie, seolah mengawasi cara kerja dokter itu. Shiren menatap Nicholas penuh harap, tatapannya menyiratkan meminta pertolongan. Dia ingin Nicholas mencegah dokter Kylie yang hendak menyuntiknya.

"Lakukan yang terbaik saja, Dokter. 3 suntikan bila perlu," celetuk Nicholas membuat wajah Shiren berkali-kali lebih pucat. Telapak tangannya bahkan sudah sangat dingin.

Nicholas tersenyum kecil melihat betapa tegangnya Shiren. Karena tak tega, Nicholas segera menempatkan diri untuk duduk di samping sang istri. Dia dengan lembut membawa Shiren ke pelukan, menyembunyikan wajah pucatnya dalam dekapan.

Wajah yang semula pucat berangsur memerah, harum dan hangatnya tubuh Nicholas kembali dia rasakan. Entah ke mana perginya semua rasa takut tadi, saat ini hanya ada rasa nyaman dan tenteram. Tanpa sadar, dokter sudah berhasil menyuntik Shiren.

Bahkan ketika dokter kembali membenahi alat-alat medis, Shiren masih senantiasa berada di dekapan Nicholas.

'Oh Tuhan, aku masih trauma dengan seorang laki-laki. Tapi kenapa makhluk satu ini sangat berbeda!' pekik Shiren dalam hati. Dia ingin lepas dari pelukan itu, namun raganya tak bisa.

"Setelah ini istirahat saja dan lakukan pekerjaan cukup dari ruanganmu. Aku akan membuatkan jadwal baru yang lebih lenggang agar kamu tidak terlalu lelah," ucap Nicholas merenggut kesadaran Shiren untuk kembali.

Shiren hanya bisa mengangguk kecil dalam dekapan Nicholas. Apalagi ketika tubuhnya kembali melayang, diangkat dengan begitu mudahnya oleh Nicholas. Shiren akhirnya duduk di kursi kekuasaan tanpa harus berjalan kaki menahan rasa sakit. Tubuhnya bisa dipindah-pindah dengan mudah oleh Nicholas.

"Apapun yang kamu butuhkan hubungi aku saja, dan jangan gunakan kakimu terlebih dahulu. Tunggu sebentar, aku harus keluar sebentar untuk mengurus hal lain." Setelah mengatakan hal itu, Nicholas segera pergi dari hadapan Shiren.

Tepat ketika sosok Nicholas benar-benar hilang dari pandangan, barulah Shiren bisa bernapas dengan lega. Dia bahkan sampai menggebrak meja agar kesadarannya cepat terkumpul seutuhnya.

"Ayolah Shiren, jangan sampai tertipu lagi oleh seorang pria! Jovan juga awalnya sangat manis padamu. Eh, tidak semanis Nicholas? Ah tapi tetap saja! Pikiran pria pasti sama! Ya ... siapa tahu Nicholas akan lebih parah dari Jovan? Eh? Tidak mungkin! Jika Jovan berada di posisi Nicholas saat ini, dia pasti sudah meminta bulan dan matahari pada kakek! Arghh, terserah Tuhan sajalah!" Pada akhirnya Shiren hanya bisa pasrah. Dia bingung dengan Tuhan yang maha pembolak-balik hati manusia. Beberapa hari yang lalu dia menangis meraung-raung karena Jovan, namun saat ini dia sudah bisa merasakan hal-hal lain bersama lawan jenisnya. Bahkan rasa cinta pada Jovan yang membuatnya sakit kala dikhianati pria itu, saat ini tak ada setitik pun rasa cinta itu tersisa. Hanya ada kecewa dan menyesal.

Tapi, jika bukan Nicholas yang menjadi suaminya saat ini, apakah dia bisa melupakan Jovan secepat ini? Perlakuan dan segala tingkah Nicholas selalu mengalihkan rasa sedihnya, dia sangat bersyukur akan hal itu.

Namun, ada satu hal yang membuat Shiren ragu akan Nicholas. Meskipun terkesan ramah dan gampang menyesuaikan diri, Nicholas adalah orang tertutup, dia tidak pernah sekalipun membahas dirinya sendiri ataupun keluarganya. Bahkan dari data diri Nicholas yang masuk ke perusahaan pun tidak bisa dilacak sampai ke akar-akar. Yang muncul benar-benar hanya seperlunya.

"Ah, yang penting dia bukan mafia-mafia yang ada di film! Ih, aku tidak ingin tiba-tiba diculik dan dijadikan tawanan seperti di novel!" Shiren parno sendiri membayangkannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status