Share

Bab 5

Domenico tak main-main dalam menghancurkan Jovan. Tak hanya karir yang dibuat luluh lantak, Jovan dan Rosa juga berhasil dideportasi dari negaranya sendiri. Mereka saat ini ditempatkan di sebuah negara tak terlalu besar, memulai kehidupan baru tanpa apapun yang mereka miliki. Terlebih lagi, sedari dulu mereka memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga yang lain. Dan beginilah hasilnya, tak ada yang peduli pada mereka.

Beralih pada sepasang pasangan kontrak, entah mengapa, selalu saja ada hal yang mereka alami. Saat ini di hari ke-7 pernikahan, Shiren dan Nicholas sudah kembali bekerja seperti biasa. Mereka bahkan berangkat bersama agar menunjukkan pada dunia jika mereka adalah sepasang suami istri. Ya ... meskipun pada awalnya banyak cibiran tentang pasangan Shiren yang tentunya bukan Jovan. Dan lagi-lagi, entah apa yang Domenico lakukan sampai akhirnya tak ada satu orang pun berani mengomentari pernikahan Shiren. Bahkan yang awalnya media sangat gencar membuat berita tentang Shiren, saat ini tak ada satu pun yang seperti itu. Sungguh, Domenico benar-benar sanggup melindungi keluarganya sebaik mungkin. Terlebih lagi cucunya itu yatim.

"Huh, aku masih ingin di rumah padahal," keluh Shiren setelah masuk ke dalam mobil yang sama dengan Nicholas. Mereka harus segera sampai di kantor.

"Kenapa harus kamu yang mengambil alih perusahaan? Padahal, ada Jay yang lebih pantas. Dia laki-laki dan sudah dewasa," heran Nicholas.

"Kamu ingin perusahaan yang keluargaku bangun susah payah itu hancur dalam sekejap mata? Bukannya sibuk di meja kerja, Jay justru akan sibuk melukis semua dinding yang kosong! Jangankan mengurus banyak hal seperti itu, dia kuliah saja tidak selesai-selesai!" jelas Shiren dengan nada kesal.

Baginya, Jay sama sekali tidak cocok ada di perusahaan. Jiwa seni Jay sudah sampai ke tulang sumsum sampai tidak bisa direcoki oleh hal lain seperti bisnis dan kepemimpinan.

"Ya, kudengar dia kuliah sudah 7 tahun. Sedangkan kamu, kurang dari 7 tahun sudah berhasil wisuda 3 kali," ucap Nicholas membuat Shiren sedikit malu juga bangga. Sepertinya, semua orang juga tahu jika Jay sangat payah tentang materi. Padahal, dia sudah kuliah di jurusan yang sesuai minat dan bakatnya. Sangat berbeda dengannya.

Di seberang sana, telinga Jay mendadak berdengung. Dia mengumpati orang-orang yang berani membicarakannya.

"Ck, patungku jadi tidak sempurna!" kesal Jay ketika wajah patung yang dia buat tidak seindah yang diharapkan. Dia sempat kehilangan konsentrasi kala telinganya berdengung.

Jay akhirnya memilih mengistirahatkan diri, jika di pertengahan proses sempat kacau, dia tidak akan memaksa diri dan memilih istirahat. Kali ini patung yang dia buat adalah pesanan orang penting bahkan dari luar negaranya, dia tidak ingin mengecewakan klien pentingnya itu.

"Lebih enak juga menjadi seniman daripada pemimpin perusahaan. Oh God, terima kasih telah mengirim Shiren Lavine menjadi kakak-ku." Jay sangat merasa beruntung memiliki Shiren, meskipun wanita kepemimpinan Shiren tidak bisa diragukan. Sejak kecil pun wanita itu sangat betah bermain di kantor bersama sang ayah.

Setelah dirasa cukup, Jay kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Dia merapikan bagian yang dirasa kurang rapi dan tidak sempurna.

***

"Ayah, Shiren sepertinya nyaman dengan Nicholas. Dia bahkan tidak berlarut dalam kesedihan setelah apa yang Jovan lakukan. Dia bisa bangkit dengan cepat," ujar Belinda pada sang ayah mertua. Saat ini Belinda sedang berkunjung ke kediaman mertuanya.

"Nicholas ini selalu memiliki hal yang bisa membuat Shiren lupa akan masalahnya, dia pandai menyesuaikan diri. Huh, bahkan dari banyaknya hal yang aku tawarkan dia hanya meminta jabatan sekretaris. Dia juga tidak banyak tingkah yang menunjukkan bahwa dia aji mumpung. Semoga saja sikapnya terus seperti itu dan tidak berubah, dan jikapun Tuhan menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya, aku tidak masalah," balas Domenico. Bersyukur yang dia tarik saat itu adalah Nicholas.

"Ya, aku juga setuju. Ah tapi sepertinya Nicholas ini cukup tertutup. Kita bahkan tidak tahu keluarganya. Atau jangan-jangan, dia juga belum memberitahukan pernikahannya pada orang tuanya." Kali ini istri Domenico membuka suara, Jasmine.

"Tidak masalah, toh hanya 6 bulan. Dia juga menikah hanya untuk memberikan status pada Shiren, aku yakin dia tidak akan berani macam-macam pada cucu kita," balas Domenico santai.

Yang menjadi perbincangan kini tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Shiren sangat kagum pada Nicholas yang cepat tanggap meskipun dia sekretaris baru. Bahkan banyak hal yang lebih Nicholas mengerti daripada dirinya.

"Astaga!" pekik Shiren terkejut. Saking sibuknya dia sampai tidak sengaja tersandung undakan tangga. Nicholas yang ada di belakangnya pun terkejut ketika suara tabrakan antar benda terdengar. Belum reda rasa terkejutnya, tubuh Shiren yang limbung dan hampir jatuh membuat rasa terkejut Nicholas semakin menjadi-jadi. Dia dengan cepat menarik tubuh Shiren agar tidak menyentuh lantai.

Shiren sebenarnya sudah pasrah ketika jaraknya dengan lantai semakin dekat. Namun, dia kembali memiliki harapan ketika sebuah lengan kekar menarik pinggangnya. Beberapa detik setelah itu, tubuh mungil Shiren sudah berada di dekapan hangat Nicholas.

Shiren hampir melayang ke surga ketika mendapat pelukan ternyaman seumur hidupnya, dia bahkan sampai lupa akan rasa sakit di kakinya. Harum tubuh Nicholas sangat berbeda dan memiliki khas sendiri.

"Nyaman, heh?"

Shiren yang sedang melayang-layang kembali dijatuhkan ke bumi mendengar nada mengejek itu. Dia pun segera sadar dan berusaha menjauhkan diri.

"Kamu mengambil keuntungan dari—Aw!" Kini Shiren sadar jika kakinya tidak baik-baik saja. Sudahlah tersandung, kesleo pula.

Tawa Nicholas menguar mendengar gerutuan Shiren. Saat ini bahkan Shiren kembali memegangi lengannya agar tidak jatuh.

"Kenapa memegangiku lagi? Kamu ingin mengambil keuntungan dariku?" tanya Nicholas dengan alis naik sebelah, dia sangat senang menggoda Shiren.

Jika sudah seperti ini, tak ada hal lain yang bisa Shiren lakukan selain menurunkan gengsinya.

"Kakiku sakit, aku tidak bisa berjalan," cicit Shiren seraya menunduk malu. Dia menyesal telah mengata-ngatai Nicholas.

Tanpa aba-aba lagi Nicholas segera mengangkat tubuh Shiren. Hanya dalam 2 detik Shiren kembali mendapatkan kenyamanan seperti tadi. Bahkan lengannya secara spontan mengalung di leher indah Nicholas.

Sungguh, bersama Jovan dia tidak pernah mendapatkan kenyamanan seperti ini.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status