Domenico tak main-main dalam menghancurkan Jovan. Tak hanya karir yang dibuat luluh lantak, Jovan dan Rosa juga berhasil dideportasi dari negaranya sendiri. Mereka saat ini ditempatkan di sebuah negara tak terlalu besar, memulai kehidupan baru tanpa apapun yang mereka miliki. Terlebih lagi, sedari dulu mereka memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga yang lain. Dan beginilah hasilnya, tak ada yang peduli pada mereka.
Beralih pada sepasang pasangan kontrak, entah mengapa, selalu saja ada hal yang mereka alami. Saat ini di hari ke-7 pernikahan, Shiren dan Nicholas sudah kembali bekerja seperti biasa. Mereka bahkan berangkat bersama agar menunjukkan pada dunia jika mereka adalah sepasang suami istri. Ya ... meskipun pada awalnya banyak cibiran tentang pasangan Shiren yang tentunya bukan Jovan. Dan lagi-lagi, entah apa yang Domenico lakukan sampai akhirnya tak ada satu orang pun berani mengomentari pernikahan Shiren. Bahkan yang awalnya media sangat gencar membuat berita tentang Shiren, saat ini tak ada satu pun yang seperti itu. Sungguh, Domenico benar-benar sanggup melindungi keluarganya sebaik mungkin. Terlebih lagi cucunya itu yatim."Huh, aku masih ingin di rumah padahal," keluh Shiren setelah masuk ke dalam mobil yang sama dengan Nicholas. Mereka harus segera sampai di kantor."Kenapa harus kamu yang mengambil alih perusahaan? Padahal, ada Jay yang lebih pantas. Dia laki-laki dan sudah dewasa," heran Nicholas."Kamu ingin perusahaan yang keluargaku bangun susah payah itu hancur dalam sekejap mata? Bukannya sibuk di meja kerja, Jay justru akan sibuk melukis semua dinding yang kosong! Jangankan mengurus banyak hal seperti itu, dia kuliah saja tidak selesai-selesai!" jelas Shiren dengan nada kesal.Baginya, Jay sama sekali tidak cocok ada di perusahaan. Jiwa seni Jay sudah sampai ke tulang sumsum sampai tidak bisa direcoki oleh hal lain seperti bisnis dan kepemimpinan."Ya, kudengar dia kuliah sudah 7 tahun. Sedangkan kamu, kurang dari 7 tahun sudah berhasil wisuda 3 kali," ucap Nicholas membuat Shiren sedikit malu juga bangga. Sepertinya, semua orang juga tahu jika Jay sangat payah tentang materi. Padahal, dia sudah kuliah di jurusan yang sesuai minat dan bakatnya. Sangat berbeda dengannya.Di seberang sana, telinga Jay mendadak berdengung. Dia mengumpati orang-orang yang berani membicarakannya."Ck, patungku jadi tidak sempurna!" kesal Jay ketika wajah patung yang dia buat tidak seindah yang diharapkan. Dia sempat kehilangan konsentrasi kala telinganya berdengung.Jay akhirnya memilih mengistirahatkan diri, jika di pertengahan proses sempat kacau, dia tidak akan memaksa diri dan memilih istirahat. Kali ini patung yang dia buat adalah pesanan orang penting bahkan dari luar negaranya, dia tidak ingin mengecewakan klien pentingnya itu."Lebih enak juga menjadi seniman daripada pemimpin perusahaan. Oh God, terima kasih telah mengirim Shiren Lavine menjadi kakak-ku." Jay sangat merasa beruntung memiliki Shiren, meskipun wanita kepemimpinan Shiren tidak bisa diragukan. Sejak kecil pun wanita itu sangat betah bermain di kantor bersama sang ayah.Setelah dirasa cukup, Jay kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Dia merapikan bagian yang dirasa kurang rapi dan tidak sempurna.***"Ayah, Shiren sepertinya nyaman dengan Nicholas. Dia bahkan tidak berlarut dalam kesedihan setelah apa yang Jovan lakukan. Dia bisa bangkit dengan cepat," ujar Belinda pada sang ayah mertua. Saat ini Belinda sedang berkunjung ke kediaman mertuanya."Nicholas ini selalu memiliki hal yang bisa membuat Shiren lupa akan masalahnya, dia pandai menyesuaikan diri. Huh, bahkan dari banyaknya hal yang aku tawarkan dia hanya meminta jabatan sekretaris. Dia juga tidak banyak tingkah yang menunjukkan bahwa dia aji mumpung. Semoga saja sikapnya terus seperti itu dan tidak berubah, dan jikapun Tuhan menumbuhkan rasa cinta di antara keduanya, aku tidak masalah," balas Domenico. Bersyukur yang dia tarik saat itu adalah Nicholas."Ya, aku juga setuju. Ah tapi sepertinya Nicholas ini cukup tertutup. Kita bahkan tidak tahu keluarganya. Atau jangan-jangan, dia juga belum memberitahukan pernikahannya pada orang tuanya." Kali ini istri Domenico membuka suara, Jasmine."Tidak masalah, toh hanya 6 bulan. Dia juga menikah hanya untuk memberikan status pada Shiren, aku yakin dia tidak akan berani macam-macam pada cucu kita," balas Domenico santai.Yang menjadi perbincangan kini tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Shiren sangat kagum pada Nicholas yang cepat tanggap meskipun dia sekretaris baru. Bahkan banyak hal yang lebih Nicholas mengerti daripada dirinya."Astaga!" pekik Shiren terkejut. Saking sibuknya dia sampai tidak sengaja tersandung undakan tangga. Nicholas yang ada di belakangnya pun terkejut ketika suara tabrakan antar benda terdengar. Belum reda rasa terkejutnya, tubuh Shiren yang limbung dan hampir jatuh membuat rasa terkejut Nicholas semakin menjadi-jadi. Dia dengan cepat menarik tubuh Shiren agar tidak menyentuh lantai.Shiren sebenarnya sudah pasrah ketika jaraknya dengan lantai semakin dekat. Namun, dia kembali memiliki harapan ketika sebuah lengan kekar menarik pinggangnya. Beberapa detik setelah itu, tubuh mungil Shiren sudah berada di dekapan hangat Nicholas.Shiren hampir melayang ke surga ketika mendapat pelukan ternyaman seumur hidupnya, dia bahkan sampai lupa akan rasa sakit di kakinya. Harum tubuh Nicholas sangat berbeda dan memiliki khas sendiri."Nyaman, heh?"Shiren yang sedang melayang-layang kembali dijatuhkan ke bumi mendengar nada mengejek itu. Dia pun segera sadar dan berusaha menjauhkan diri."Kamu mengambil keuntungan dari—Aw!" Kini Shiren sadar jika kakinya tidak baik-baik saja. Sudahlah tersandung, kesleo pula.Tawa Nicholas menguar mendengar gerutuan Shiren. Saat ini bahkan Shiren kembali memegangi lengannya agar tidak jatuh."Kenapa memegangiku lagi? Kamu ingin mengambil keuntungan dariku?" tanya Nicholas dengan alis naik sebelah, dia sangat senang menggoda Shiren.Jika sudah seperti ini, tak ada hal lain yang bisa Shiren lakukan selain menurunkan gengsinya."Kakiku sakit, aku tidak bisa berjalan," cicit Shiren seraya menunduk malu. Dia menyesal telah mengata-ngatai Nicholas.Tanpa aba-aba lagi Nicholas segera mengangkat tubuh Shiren. Hanya dalam 2 detik Shiren kembali mendapatkan kenyamanan seperti tadi. Bahkan lengannya secara spontan mengalung di leher indah Nicholas.Sungguh, bersama Jovan dia tidak pernah mendapatkan kenyamanan seperti ini.***Atensi para karyawan Shiren kini tertuju pada sang empu perusahaan. Bagaimana tidak, wanita itu tampak patuh berada di gendongan Nicholas. Sebagian dari mereka memekik gemas, sebagian lagi mencibir ganas. "Entah mataku yang salah atau bagaimana, semenjak bersama Nicholas, Nyonya Shiren seperti kehilangan sisi dominannya," celetuk salah satu karyawan wanita Shiren. Dua karyawan wanita itu asyik berbisik-bisik seraya bekerja."Ck, panggil Tuan, bodoh! Kamu memanggil Shiren dengan Nyonya sedangkan suaminya disebut nama saja. Jika didengar mereka kita pasti terkena masalah!" ujar satunya lagi mengingatkan. "Shiren ini diselingkuhi atau dia yang selingkuh? Ya ... siapa tahu dia menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan Nicholas." Inilah yang paling tidak masuk akal. Teman karyawan wanita itu tampak sangat ketar-ketir, dia bahkan sampai menoleh kanan kiri dengan gesit, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka."Cukup! Aku tidak mau karirku rusak karena per
Sore hari, keadaan kantor kembali dibuat ramai oleh penampakan Shiren dan Nicholas. Bagaimana tidak, siang tadi sebagian dari mereka melihat bagaimana romantisnya Nicholas menggendong tubuh Shiren. Dan saat ini, hampir semua dari mereka melihat secara langsung. Terlihat sangat sempurna perpaduan antara Nicholas dan Shiren."Mereka seperti pasangan yang ada di film-film! Ah, kenapa tidak dari dulu aku menyadari ada Nicholas di sini? Tahu begini, aku ingin menjadikan dia kekasihku," gerutu salah satu karyawan wanita Shiren. "Nicholas ini sangat jarang terlihat. Selama ini pun aku tidak pernah melihatnya di manapun kecuali di bagian tempat dia bekerja. Di kantin pun tidak ada. Di lobi sebelum masuk pun tidak pernah terlihat," jelas yang lain. Ya ... pantas saja dari mereka banyak yang tidak tahu sosok Nicholas."Ck, wajah setampan itu sangat rugi tidak dipamerkan!"Shiren yang ada di gendongan Nicholas hanya bisa memutar bola mata malas. Sedikit banyak dia mendengar apa yang karyawannya
Pikiran Shiren sudah terlalu jauh berkelana. Pada kenyataannya, tujuan Nicholas tidur di kamarnya pun agar dia tidak kesulitan. Awalnya Nicholas hendak tidur di sofa, namun karena Shiren memiliki perasaan, wanita itu mengizinkan Nicholas untuk tidur di satu ranjang yang sama dengannya. Ini adalah kali kedua mereka tidur bersama, pertama di malam setelah pernikahan. "Kamu bisa menggunakan ruang kerjaku jika ada pekerjaan yang belum selesai. Dari tadi kulihat kamu sangat sibuk," ujar Shiren pada Nicholas yang asyik memangku laptop. Padahal, saat ini keduanya sudah berada di atas ranjang dan bersiap untuk tidur."Sebentar lagi, kamu jika sudah mengantuk tidurlah lebih dulu," titah Nicholas tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. Menjadi sekretaris seorang Shiren Lavine ternyata bukan hal mudah. Shiren akhirnya memposisikan diri agar nyaman, dia juga sangat hati-hati melindungi kakinya yang masih terluka dan terasa nyeri. Selang satu jam, Nicholas akhirnya menyimpan laptop mil
Seminggu kemudian, Shiren telah sembuh sepenuhnya berkat perawatan terbaik dari Nicholas. Nicholas benar-benar menjadi sosok yang selalu ada untuk Shiren.Hari ini, keduanya bersiap untuk melakukan perjalanan bisnis. Sudah lama Shiren merencanakan hal ini, namun karena kemarin-kemarin kondisi tubuhnya tidak memungkinkan, alhasil baru bisa terlaksana sekarang."Jangan ceroboh, kamu ini terluka sedikit saja seperti kehilangan seperempat usus," ujar Jay mengingatkan sang kakak. Beruntung ada Nicholas, kepekaan suami kakaknya ini tidak perlu diragukan. Daun yang hampir mengenai Shiren saja berhasil Nicholas depak terlebih dahulu."Kamu cerewet seperti wanita! Pergi sana dan uruslah pekerjaanmu," usir Shiren pada sang adik. Dia sangat malas berurusan dengan mulut cerewet Jay. Nicholas dan Belinda hanya mampu geleng-geleng kepala, hal sekecil apapun selalu menjadi sumber keributan bagi kakak beradik itu."Hati-hati di sana, ya? Nicholas, tolong jaga Shiren dari apapun. Kamu tahu sendiri ji
Suasana yang sebelumnya ceria kini berubah sunyi. Kembali mengingat Jovan itu artinya dibukakan kembali luka yang belum sembuh sepenuhnya. "Bukankah kamu sudah berjanji? Selama bersamaku tugasmu hanya bersenang-senang dan bekerja. Rugi sekali memikirkan pria itu," ucap Nicholas lembut. Dia tahu dibalik diamnya Shiren masih menyimpan banyak luka yang tak kentara. Maka dari itu, dia berusaha agar membuat wanita ini tak bisa diam. Itu lebih baik."Ya, aku sedang berusaha. Terima kasih telah berbaik hati padaku." Senyum tulus Shiren mengembang kembali, sangat berbeda dengan senyum sebelumnya. Inilah yang Nicholas suka. Saat fokus Shiren kembali ke piring, dia terkejut melihat udang dan lobster miliknya yang sudah selesai dikupas semua. Wanita itu segera menatap Nicholas dan kembali terkejut melihat piring Nicholas penuh oleh kulit udang dan lobster miliknya. "Cepat selesaikan makananmu, setelah ini bekerja denganku," titah Nicholas yang segera diangguki oleh Shiren. Kali pertama dalam h
Sebagai permintaan maaf, Shiren rela bangun pagi buta untuk membuatkan sarapan Nicholas. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyaman karena memikirkan perasaan Nicholas. "Telurku!" pekik Shiren ketika mencium bau gosong. Niatnya ingin multitasking, menggoreng telur dibarengi mencuci sayuran. Namun karena terlalu asyik dengan pikiran sendiri, dia melupakan nasib si telur. Alhasil, telurnya gosong tak bisa dimakan.Dari arah kamar lain muncul Nicholas. Penampakannya masih cukup berantakan, wajahnya juga terlihat cukup panik."Bau apa ini? Kamu sedang membuat apa?" tanya Nicholas seraya berjalan mendekat ke arah Shiren. Shiren sama sekali tak bisa fokus, pemandangan di hadapannya sangat memanjakan mata. Entah sengaja atau tidak, Nicholas keluar dari kamar tanpa memakai atasan. Bukan yang pertama kali, namun masih mampu membuat jantungnya berdetak abnormal. "S-sedang membuat sarapan. K-kamu mandilah dulu, nanti kita sarapan bersama." Sekuat tenaga Shiren bersikap normal, kepalanya men
Belinda, Jay, Domenico, dan juga Jasmine segera mengambil penerbangan menuju Singapura setelah mendengar kecelakaan di proyek pembangunan mall Shiren. Shiren semakin bertambah histeris ketika dokter meminta persetujuannya agar operasi pada Nicholas segera dilakukan. Ada keretakan di bagian tulang punggungnya, juga beberapa organ dalam yang sedikit terganggu karena benturan keras itu."Ya, lakukan yang terbaik untuknya, kumohon!" Bukan Shiren yang menjawab, melainkan seorang arsitek andalan Shiren yang ikut membantu membawa Nicholas ke rumah sakit. Shiren hanya bisa menangis sambil terduduk pasrah, dia sangat takut, bagaimana keadaan Nicholas ke depannya? ***Setelah melewati masa operasi yang begitu menegangkan, kini Nicholas dipindah ruang. Shiren sebenarnya takut melihat ruangan Nicholas saat ini. Banyak benda-benda penunjang kesehatan yang menempel pada tubuh Nicholas. Namun, dia juga tidak mampu beranjak dari sisi pria itu. Setidaknya, dia masih bisa melihat Nicholas meskipun d
"Kapan kamu akan bangun? Ini sudah 4 hari, Nicholas. Kita seharusnya sudah kembali ke Prancis. Kamu masih kesakitan, ya?" Sosok yang ditanyai oleh Shiren tidak berkutik sedikit pun. Shiren hanya bisa pasrah, dia tidak pernah dibuat menunggu dengan perasaan tak nyaman seperti ini. Rasanya, dia kesulitan untuk bernapas selama Nicholas belum membuka mata.Keadaan Nicholas sebenarnya sudah membaik, dia bahkan sudah dikeluarkan dari ICU. Kini, Nicholas menjalankan perawatan di ruang rawat VVIP sesuai dengan permintaan Shiren. Alat yang menempel pada tubuh Nicholas juga lebih sederhana daripada sewaktu di ruang ICU.Shiren memandang ragu pada sebelah tangan Nicholas yang tidak tersentuh apapun. Perlahan dia membawa telapak tangan itu dalam genggamannya. Shiren bahkan memegangnya dengan kedua tangan agar bisa menutupi seluruh bagian telapak tangan Nicholas. Mungkin jika terlihat, saat ini Shiren sedang menyalurkan kekuatan untuk Nicholas. Tanpa diduga, kedua kelopak mata Nicholas akhirnya b