Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Kediaman keluarga Wright, sebuah mansion megah bergaya klasik yang terdiri dari enam lantai dengan halaman yang hampir seluas dari tiga buah lapangan sepakbola yang memisahkan tiap sisi bangunan dengan tembok tinggi yang mengelilingi area mansion juga memisahkannya dari hutan buatan di sekitarnya, membuat Anna terkenang kembali akan masa kecil yang dihabiskannya di mansion yang seperti berada di atas sebuah puncak gunung tersebut. Ia memandangi mansion itu dengan mata berkaca-kaca, terutama saat pandangan dari kedua mata bulatnya melintas dan akhirnya terhenti pada satu dari sekian banyak jendela di mana ia dan ibunya dulu sering menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama setiap akhir pekan. Ada banyak kenangan dari obrolan menyenangkan yang tiba-tiba saja tergali kembali dari memorinya hingga membuat seluruh tubuhnya bergetar saat berusaha menahan rasa rindu pada satu dari dua orang yang paling dirindukannya itu. “Kau gugup?” tanya Elvin saat kebetulan melihat kedua tangan Anna yan
“Maksudmu?” tanya Anna, pura-pura tidak mengerti. Sambil berjalan menuju lift yang jaraknya masih lumayan jauh, Anna kemudian mendengarkan penjelasan singkat dari peraturan yang Norman Wright buat untuk selalu diikuti para penghuni mansion, juga para tamu. Elvin juga menjelaskan arti dari banyaknya anak tangga tadi, kemudian menjelaskan arti kepemilikan dan status penghuni dari tiap lantai di mansion itu. Elvin memang sengaja memberitahu Anna karena Anna kini sudah menjadi bagian dari keluarga Wright walau status pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan palsu yang berada di bawah sebuah perjanjian yang sudah pasti akan berakhir saat mereka telah mencapai target yang masing-masing dari mereka inginkan. Lantai satu dikhususkan untuk para pengawal. Di sana ada lebih dari 300 kamar yang terbagi menjadi tiga bagian, juga banyak fasilitas olahraga juga gudang penyimpanan senjata. Kemudian lantai dua adalah tempat yang dikhususkan untuk para pekerja yang akan merawat dan menjaga kebersi
Anna mengambil cangkir teh saat Norman Wright mempersilakannya minum dan sempat menghentikan cangkir tersebut tepat di depan bibirnya saat mendengar pertanyaan yang Norman ajukan pada Elvin yang agak mengejutkannya karena dianggapnya terlalu berterus terang. Namun saat ingat jika kakeknya memang orang seperti itu —sebenarnya semua anggota keluarga Wright memang selalu bicara berterus terang pada lawan bicara mereka—, ia pun hanya bisa tersenyum kaku sebelum akhirnya menyesap teh yang kakeknya tuangkan sendiri khusus untuknya. “Bagaimana kau bisa membujuknya?” tanya Norman pada Elvin yang terlihat tidak terima karena kakeknya secara khusus telah menuangkan minuman untuk Anna sementara ia harus menuangkan minumnya sendiri. Elvin sebenarnya agak merasa heran juga karena, seingatnya, kakeknya tidak pernah menuangkan minuman untuk tamu manapun yang pernah mengunjunginya, termasuk juga untuk dirinya, untuk kedua putra dan menantunya, bahkan untuk cucunya. “Kecuali untuk dia… Apa karena Kak
Suasana canggung terasa memenuhi atmosfer ruang makan. Tapi tentu saja hal tersebut hanya berlaku untuk Rudolf Wright dan Jeany Wright yang baru saja duduk di sisi meja makan, juga untuk Simon Igner yang berdiri di belakang Rudolf dan Jeany. Sementara itu bagi Norman Wright yang duduk di bagian kepala meja, dan untuk Elvin dan Anna yang duduk tepat di seberang Rudolf dan Jeany, tampak tenang seakan tidak terganggu dengan kehadiran orang-orang yang menjadi pesaing dalam kepentingan mereka masing-masing. Suasana semakin bertambah canggung saat Norman hanya mempersilakan Anna untuk makan sementara ia sama sekali tidak memandang ke arah Rudolf dan Jeany sekalipun. Baru setelah melihat Anna telah menghabiskan makanannya, Norman akhirnya menatap putranya itu dan berbicara padanya, “Apa pelayan di tempatmu tidak menyediakan makan siang?” Mengira dirinya akan diabaikan sampai jam makan siang berakhir, Rudolf yang tiba-tiba saja diajak bicara buru-buru menegakkan tubuh sembari meletakkan pis
Setelah berpamitan pada Norman Wright, tanpa memedulikan Rudolf dan Jeany yang memberikan tatapan benci padanya, Anna mengikuti Elvin pergi ke rumah sakit tempat ibu dan tubuh aslinya dirawat. Sepanjang perjalanan Anna mengingat suasana tidak nyaman yang terjadi di balkon saat ia dan Simon Igner berdiri diam di sana di bawah pengawasan salah satu ketua tim keamanan milik Wright Group yang juga berada di sana untuk mengawasi dan menjaga dirinya. Walau ia tahu Simon yang terkenal memiliki banyak akal bulus itu tidak mungkin membiarkannya hidup aman dan tentram di kemudian hari, Anna cukup merasa tenang setelah tahu jika Simon yang banyak ditakuti oleh pebisnis kelas atas di Kota X itu tampak tidak berkutik di hadapan salah satu pengawal khusus yang Norman Wright perintahkan untuk menjaga dan melindunginya. Sesampainya di rumah sakit, Elvin mengajak Anna berbicara, mengatakan jika ia akan segera mengurus administrasi kepulangan ibunya, yang sudah diizinkan pulang hari ini, setelah ia m
Sepanjang perjalanan pulang, Anna berkali-kali melirik Elvin yang mengemudikan mobil di sampingnya. Merasa kesal karena pria itu membocorkan sendiri pernikahan rahasia yang sudah mereka sepakati hanya untuk diketahui orang-orang dari Wright Group, Elvin malah membocorkan pernikahan kontrak mereka pada Rosana Briel yang sepanjang perjalanan terus-terusan menatap curiga padanya dari kursi belakang. Tatapan penuh selidik Rosana baru berakhir saat mobil yang mereka kendarai berbelok ke komplek apartemen termewah di Kota X, yang membuat wanita itu tentu saja keheranan terutama setelah Elvin menjawab pertanyaannya. “Anna memiliki satu unit apartemen di sini karena sudah menjadi bagian dari Wright Group. Anda dan Sherly bisa tinggal di sini mulai sekarang,” sahut Elvin menjawab pertanyaan Rosana tentang tujuan mereka memasuki kawasan apartemen termewah milik Wright Group yang tidak dijual secara sembarangan pada publik. Bukan hanya Rosana dan Sherly, Anna juga ikut terkejut dan menoleh pad
Kedua pengawal yang mengikuti Elvin dan Anna tidak ikut turun di lantai empat mansion keluarga Wright saat Anna dan Elvin turun di sana. Mereka langsung pergi menuju lantai enam di mana markas mereka berada karena mereka tahu bawahan Rainhard akan bertanggung jawab pada ‘tuan baru’ mereka saat Anna ada di wilayah kekuasaan Elvin. “Kau di lantai empat?” tanya Anna sekeluar mereka dari lift. Ia sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya karena sebelumnya mengira jika Jeany Wright lah yang seharusnya ada di lantai tersebut sementara Elvin sebagai seorang anggota keluarga angkat mungkin akan diberikan lantai 3 oleh kakeknya. Ia tidak menyangka kakeknya akan memberikan kepercayaan penuh sama seperti yang ayahnya berikan juga pada Elvin. “Ya,” sahut Elvin singkat sembari membalas sapaan orang-orang di lantai empat yang langsung menundukkan kepala saat berpapasan dengan mereka. Dari area lift, Elvin membawa Anna ke ruangan yang disebut sebagai ruang pertemuan para penghuni lantai empat, kh
“Hah? Oh… Karena… Bukannya mendiang Tuan Virgil adalah anak tertua dari Kakek?” Elvin mengangguk-angguk pelan sebelum menanggapi. “Masuk akal kalau kau berpikir seperti itu. Tapi Kakek tidak pernah memasukkan hal itu sebagai pertimbangan untuk memberikan kuasa pada anggota keluarga. Kakek lebih memperhitungkan kecakapan seseorang sebagai hal yang akan membuatnya mempertimbangkan kekuasaan seperti apa yang akan diberikannya pada orang tersebut.” Anna mengangguk pelan. Sebagai anggota keluarga Wright asli sudah tentu ia mengetahuinya. Karena itulah, sampai saat ini, Anna masih merasa heran mengapa Norman Wright terlihat sangat ramah dan perhatian pada dirinya sedangkan pria tua itu belum tahu kemampuannya sama sekali. “Sebenarnya penetapan tingkat kekuasaan di keluarga Wright sudah berganti sejak kepergian adikku,” Elvin melanjutkan. Ia sempat mengambil jeda beberapa saat ketika kebetulan melewati sebuah jendela besar dan memutuskan untuk berhenti di sana. Sembari menatap ke pegununga