Aisyah sebenarnya tidak suka jika Ariel selalu mengekorinya. Apalagi kali ini ia mau bertemu dengan Gilang. Laki-laki yang selama ini yang membuatnya kagum.
"Tidak usah berdandan berlebihan. Kau tidak berniat menggodanya, kan?" sindir Ariel melihat Aisyah memoles lipstik di bibirnya. Bibir yang ranum dan selalu membuat khayalan Ariel melayang dengan pikiran mesumnya untuk melumat bibir itu.
Aisyah memilih diam tidak mengomentari perkataan Ariel. Matanya masih fokus di depan cermin untuk menyisir rambutnya yang tergerai. Aisyah menaikkan rambutnya dan mengikatnya sehingga terlihat leher jenjangnya yang putih bersih.
"Eits, jangan kau ikat rambutmu. Biarkan tergerai saja," perintah Ariel.
"Memangnya kenapa?" tanya Aisyah keheranan. Tangannya masih memegang kuncir.
"Tidak apa-apa. Hanya saja kau terlihat tidak cocok dengan rambut di ikat," ujar Ariel beralasan. Padahal ia tidak suka jika Aisyah mengekspose leher jenjangnya.
A
Aisyah merasa ada perang dingin antar keduanya. Ia menatap satu persatu wajah mereka bergantian. Ia tidak suka perkataan Ariel yang seolah tidak menghargai kehadiran Gilang. "Kak Gilang, kami pergi dulu karena ada pekerjaan yang harus di kerjakan." Aisyah buru-buru menyela pembicaraan keduanya. Ia tidak ingin Ariel lebih jauh berkata yang tidak mengenakkan pada Gilang. "Baiklah, nanti kalau ada waktu luang aku akan menghubungimu," ucap Gilang pada Aisyah. Ia mengusap rambut wanita ayu itu penuh kelembutan. Rasanya Ariel ingin menarik tubuh Aisyah dalam dekapannya. Di dalam mobil Ariel hanya diam. Wajah lelaki itu tiba-tiba berubah menjadi agak seram. Bukan karena mirip hantu, tapi suasana hati Ariel yang buruk menjadikan suasana di dalam mobil mencekam seperti di pemakaman. Aisyah yang tidak menyadari kemarahan Ariel malahan senyum-senyum sendiri menatap ke arah jendela. Ia masih terbayang-bayang pertemuannya dengan Gilang. Wajah tampan Gilang tidak bisa hilang dari ingatannya.
Aisyah berjalan meninggalkan hotel dimana ia menginap sebelumnya. Ia tidak tahu harus kemana. Ariel telah mengusirnya penuh kemarahan. Aisyah tidak tahu yang ada di benak Ariel sampai tega mengusir dirinya.Di saat ia melamunkan nasibnya, sebuah taksi mendekatinya. Sungguh kebetulan sekali. Ia pun menghentikan taksi itu dan masuk ke dalam."Kemana Non?" tanya sopir taksinya."Jalan saja, Pak. Nanti saya beritahu di jalan," ucap Aisyah.Aisyah tidak tahu harus kemana, ia tidak tahu daerah Bandung. Sungguh malang nasibnya kali ini. Sesekali ia menyeka air matanya. Aisyah tidak ingin mengundang tanya sopir taksi itu.Pandangan Aisyah tertuju pada sebuah cafe yang terletak di pinggir jalan. Cafe itu terlihat unik dengan desain candle light. Bagi pasangan sepasang kekasih mungkin terlihat romantis.Aisyah akhirnya meminta sopirnya untuk berhenti tepat di depan cafe. Setelah menyerahkan selembar uang pada sopirnya, kaki Ais
Ariel mendekatkan wajahnya bermaksud untuk mencium Aisyah. Namun, tiba-tiba mata Aisyah terbuka. Sontak hal itu membuat Ariel kaget. Buru-buru ia memundurkan tubuhnya agar niatnya tidak di ketahui Aisyah.Aisyah langsung mundur ketakutan, ia gugup. Ariel semakin mendekat dan Aisyah sudah terdesak sampai ke ujung sofa. Ia tidak dapat bergerak lagi. Tangan Ariel menyentuh pipi Aisyah, wanita itu gemetaran. Ia memejamkan matanya. Pipinya merona merah. Ia dapat merasakan sesuatu menyentuh kulit di bawah matanya."Bulu matamu jatuh, jika tidak ku ambil kau bisa kelilipan," ucap Ariel.Aisyah membuka matanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin saat ini ia bisa berpikiran macam-macam. Mana mungkin Ariel mau mencium dirinya."Kau kenapa tadi memejamkan mata? Memang siapa yang mau menciummu?" kelakar Ariel.Langsung saja pipi Aisyah seketika memerah. Ia merasa bosnya bisa membaca jalan pikirannya. Aisyah tidak mampu berkata-kata. Pipinya m
"Cut!" "Kita break dulu!" ujar sutradara menyuruh artis dan kru nya untuk rehat sejenak setelah seharian syuting. Nasi kotak pun di bagikanuntuk mengisi perut mereka yang telah lapar. Marini menyeka keringat Ariel usai selesai syuting. Hal yang biasa di lakukan Aisyah jika Ariel sudah menyelesaikan penggalan syutingnya. Aisyah hanya bisa melihat aksi mesra Marini dari kejauhan karena sekarang tugasnya ikut membantu membagikan nasi kotak pada para kru dan artis yang tengah beristirahat. "Eh, pacarnya Ariel datang tuh," celetuk Wildan mengagetkan Aisyah yang tengah membagikan dus makan padanya. Aisyah terdiam. Ia masih sibuk membagikan nasi kardus pada kru lainnya. Wildan merasa di abaikan. Ia lalu menarik lengan Aisyah dan menyuruh duduk di sampingnya. "Maaf, aku masih punya kerjaan bagikan ini," tunjuk Aisyah pada kardus makanan di sampingnya. "Gampang, nanti aku suruh yang lain saja membagikannya," ujar Wildan. Ia lalu membe
Syuting di daerah Bandung sudah selesai. Aisyah duduk di jok mobil belakang sedangkan Marini duduk di jok kursi depan bersama Ariel. Seperti biasa tangannya bergelayut mesra di lengan Ariel sambil sesekali mengucapkan perkataan manja. Seolah di belakang tidak ada Aisyah. Ia memang sengaja melakukan itu agar Aisyah sadar jika Ariel hanya miliknya. Perduli setan Ariel mencintainya atau tidak. Yang jelas Marini bisa memiliki tubuh Ariel seutuhnya. Aisyah diam bukannya ia cemburu dengan sikap Marini yang terlalu mesra. Ia sudah sering melihat bagaimana Ariel bersikap terhadap wanita-wanitanya. Baginya Ariel tak lebih seorang artis play boy. Memang sih, pada kenyataannya para wanita itu yang menempel sendiri seperti perangko. Aisyah juga tidak habis pikir, apa keistimewaan bosnya itu. Kenapa di sukai kaum hawa. Mengingat ciuman kemarin, dada Aisyah makin bergemuruh. Ia mencengkeram erat roknya. Pandangannya ke arah luar jendela mobil. Ia mengabaikan suara cekikikan
Setelah selesai syuting di Bandung dan pulang ke Jakarta. Pihak manajemen Ariel memberikan waktu dua hari untuk istirahat. Syuting akan di lanjutkan besoknya lagi dengan keadaan latar di Jakarta sebagai kota metropolitan.Lumayan, untuk sementara waktu Aisyah dapat beristirahat sejenak di apartemennya. Memanjakan dirinya dengan melakukan hobinya yang lain yaitu memasak. Ia sangat suka memasak untuk dirinya sendiri. Memasak masakan kampung yang sangat di rindukannya.Sekarang ibunya di kampung sudah memiliki toko kelontong sendiri. Semua itu berkat Aisyah. Ia membantu ibunya dengan memberikan modal usaha. Meskipun begitu, ibunya Aisyah masih tetap jualan gado-gado. Hanya saja ia membuka warung kecil di rumahnya. Warung gado-gado buka di saat hari Minggu saja. Sedangkan hari Senin sampai Sabtu hanya menunggui toko kelontong miliknya.Aisyah sebenarnya keberatan, jika ibunya jualan gado-gado di hari minggu. Harusnya, hari minggu untuk istirahat saja. Na
"Mak ... maksudnya?" tanya Aisyah bingung."Kau tidak suka aku datang kemari?" tanya Ariel lagi."Tentu saja aku senang Bos datang kemari," jawab Aisyah bingung."Lalu ... kenapa kau menyuruhku pergi dengan Marini?" tanya Ariel."Marini pacarnya Bos, jadi wajar kan kalau kalian pergi bersama," kata Aisyah.Ariel meraih tangan Aisyah. Ia kembali menatap tajam gadis cantik di depannya. Aisyah menunduk. Ia tidak berani membalas tatapan Ariel. Tangannya tiba-tiba dingin. Ia berusaha menggerakkan tangannya agar bisa lepas dari genggaman tangan Ariel. Namun, Ariel tidak ingin melepaskannya."Bos, jangan begini. Nanti kalau ada yang lihat bisa salah paham," tutur Aisyah."Jawab, menurutmu aku tampan tidak?" tanya Ariel."Tentu saja tampan, terbukti Bos jadi artis terkenal. Banyak wanita yang menyukai, Bos," jawab Aisyah polos."Sekarang aku tanya lagi. Aku dengan Kak Gilangmu itu tampan mana?"tanya Ariel lagi."Sam
Semalam Ariel pulang dalam keadaan mabuk. Padahal siang ini ia harus segera ke lokasi syuting untuk pemotretan. Biasanya Ariel selalu menjemput Aisyah di apartemennya. Tapi kali ini sudah terlewat jamnya, Ariel belum juga muncul. Karena gelisah akhirnya Aisyah menelepon Ariel.Tak ada jawaban. Aisyah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke apartemen Ariel. Ia takut jika pria itu ketiduran.Untung saja kebetulan ada taksi yang lewat sehingga Aisyah bisa langsung naik taksi itu. Sesekali ia menelepon kembali Ariel, tapi tetap saja tidak ada yang mengangkat teleponnya.Lima belas menit, Aisyah sampai di depan apartemen Ariel. Sebenarnya ia sungkan jika di suruh datang ke apartemen bosnya itu. Takut ada kejadian yang tidak ingin di lihatnya, mengingat Ariel suka membawa wanita.Jari lentik Aisyah mengetuk pintu apartemen Ariel. Tak ada jawaban atau tanda-tanda langkah kaki yang mendekat untuk mencoba membukakan pintu.&