“Lucas, kamu tahu kan maksud Ayah itu ingin kamu mencari wanita di luar, bukan wanita di dalam kantor!” cetus Alvaro dengan kesal setelah semua orang meninggalkan mereka.
Lucas menyeringai dingin. “Memangnya apa bedanya, Ayah? Bukankah Ayah hanya tidak ingin mendengar ada orang yang mengatai putramu ini lagi? Benar, kan?”
Tiga bulan lalu, Lucas pernah menghadiri perjodohan karena dijebak oleh ibunya. Saat itu ia menemui para wanita tersebut, tetapi semua berakhir mendapatkan penolakan dari Lucas.
Namun, para wanita itu malah menyebarkan rumor aneh tentangnya. Ada yang mengatakan jika Lucas Morgan adalah seorang gay dan penggila kerja yang membosankan.
Bahkan ada yang sampai mengatakan jika Lucas adalah seorang pertapa suci karena menyia-nyiakan kecantikan seorang wanita di depan matanya.
Sejak saat itu Lucas memilih untuk tidak hadir di acara perjodohan mana pun yang diatur oleh ibunya. Walaupun ibunya sangat marah, tetapi Lucas tidak peduli hingga akhirnya ayahnya memberikan persyaratan seperti ini.
“Sienna Sherwood juga seorang wanita, bukan?” seloroh Lucas merujuk pada kata-kata sang ayah, yang malah menambah awan gelap di wajah Alvaro. “Dari segi mana Ayah melihatnya sebagai seorang lelaki?”
“Lucas!” Alvaro menggeram kesal.
Sejak awal Alvaro memang hanya mengatakan jika ia hanya ingin Lucas menjalin hubungan yang serius dengan seorang wanita agar tidak ada lagi rumor aneh yang beredar tentang putranya itu.
Meskipun istri Alvaro, Veronica Ramsey, lebih menginginkan Lucas mencari calon istri, tetapi Alvaro berpikir setidaknya Lucas mau meluangkan sedikit waktunya untuk menjalin cinta dengan seorang wanita sehingga ia melakukan kesepakatan dengan putranya dengan cara seperti ini terlebih dahulu.
Hanya saja Alvaro tidak pernah menyangka jika wanita pilihan Lucas jatuh pada karyawan dalam satu perusahaannya sendiri!
“Saya hanya mengatakan kebenarannya, Ayah. Lagian sangat menghemat waktu kalau berpacaran di dalam kantor, bukan? Ini namanya ‘membunuh dua burung dengan satu batu’,” imbuh Lucas dengan acuh tak acuh.
Kegelapan wajah Alvaro semakin nyata. Pria paruh baya itu sadar jika putranya sangat pintar berargumen dan mencari celah untuk membuatnya kehilangan akal.
“Saya rasa pembicaraan kita sudah cukup, Ayah. Saya masih ada beberapa pekerjaan lagi. Ayah tidak ingin kan besok melihat nama Luminous masuk dalam daftar likuidasi,” cetus Lucas yang membuat amarah di dalam dada Alvaro bergemuruh semakin hebat.
Tidak! Pria paruh baya itu menolak keras. Ia tidak akan membiarkan putranya terus berbesar kepala seperti ini!
Alvaro Morgan mencoba berpikir dengan tenang sebelum memberikan tanggapan kepada putranya tersebut.
“Ayah tidak tahu apa yang kamu lihat dari sekretarismu itu, Lucas,” ucap Alvaro. “Tapi, sebaiknya kamu mempertimbangkan lebih jauh lagi untuk tetap menjalin hubungan dengannya.”
Namun, Lucas mengabaikan ucapan sang ayah dan justru melangkah menuju ke meja kerjanya. Ia memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan dengan ayahnya lagi.
Akan tetapi, langkah Lucas terhenti ketika Alvaro berkata, “Jika kamu hanya sekedar bermain-main dengannya, Ayah tidak akan ikut campur. Tapi, jika kamu berniat sampai menjadikannya menantu keluarga Morgan, bukan hanya Ayah saja yang akan menentang, tetapi juga semua anggota keluarga Morgan. Ayah harap kamu tidak mengecewakan Ayah, Lucas.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Alvaro beranjak dari tempat duduknya. Ia melirik sekilas punggung putranya yang masih membelakanginya, lalu mendengus kasar dan kembali berjalan keluar dari ruang kerja putranya tersebut.
Sementara itu, Sienna Sherwood yang sedang sibuk melakukan catatan kecil setelah menerima panggilan telepon, sangat terkejut ketika melihat Alvaro keluar dari ruangan atasannya dengan wajah yang lebih nanar daripada sebelumnya.
Sienna bergegas bangkit dari kursi kerjanya dan membungkuk kecil sebagai tanda hormatnya kepada Alvaro Morgan.
Gadis itu mengira Alvaro akan melewatinya begitu saja, tetapi pria paruh baya itu malah berhenti tepat di depan mejanya, lalu meliriknya dengan tajam.
‘Aduh, ada apa lagi ini?’ batin Sienna bertanya-tanya, khawatir jika dirinya menjadi tempat pelampiasan amarah Alvaro Morgan. ‘Apa yang sudah Zombi Kutub itu lakukan kepadanya?’
Sienna meneguk salivanya dengan takut, tetapi perlahan ia mengangkat wajahnya. Ketika melihat ekspresi Alvaro, Sienna tahu jika Lucas telah memperburuk keadaan.
‘Sepertinya gunung berapinya akan meletus sekarang,’ batin Sienna yang telah memasang wajah pasrah.
“Namamu Sienna Sherwood?” selidik Alvaro dengan suara yang terdengar berat dan tajam.
“I-iya, Tuan Besar,” sahut Sienna dengan gugup.
Alvaro tampak tertegun selama beberapa detik, tetapi setelah mempertanyakan hal itu, ia langsung berjalan meninggalkan meja Sienna.
Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali dengan bingung.
“Hanya itu?” gumamnya. Pandangannya masih tertuju pada Alvaro yang berjalan menuju ke ruang tunggu di mana para petinggi lain sedang menunggunya.
Hening.
“Ternyata Zombi Kutub itu berhasil menaklukkannya. Syukurlah,” gumam Sienna lagi seraya mengelus dadanya sendiri.
Baru saja Sienna menghempaskan tubuhnya di atas kursi, tiba-tiba telepon di mejanya berdering.
Melihat nomor yang tertera pada layar interkomnya itu, Sienna buru-buru menjawabnya, “Ya, Direktur Morgan. Apa ada yang Anda butuhkan?”
“Masuk sekarang!” titah Lucas tanpa basa-basi, lalu panggilan tersebut langsung terputus tanpa menunggu tanggapan Sienna.
Bola mata Sienna berputar dengan malas. Ia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat-erat di udara untuk menguapkan kekesalannya terhadap atasannya itu.
Sienna pun meninggalkan mejanya dan melangkah masuk ke dalam ruangan presdir. Setelah mengetuk pintu dan diizinkan masuk, ia berdiri dengan sigap di hadapan meja Lucas.
Pria itu sedang duduk di kursi kebesarannya dengan posisi membelakangi Sienna. Gadis itu pun sengaja berdeham keras untuk menunjukkan kehadirannya, tetapi tidak ada reaksi darinya.
Akhirnya Sienna bertanya, “Direktur Morgan, apa Anda memerlukan sesuatu?”
Perlahan kursi yang diduduki Lucas berputar, netranya memandang Sienna dengan tajam dan terkesan sedikit angkuh.
‘Sialan! Kenapa lagi dia?’ rutuk Sienna di dalam hati, dengan kesal.
Sudut bibir Lucas terangkat tipis, lalu ia berkata, “Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan tugas khusus yang kuberikan, Nona Sherwood."
Kalimat yang bergulir dari bibir Lucas malah membuat suasana hati Sienna semakin meredup. Manik mata gadis itu menatap lurus atasannya tersebut.
'Apanya yang selamat, Zombi Kutub? Kamu sudah mendorongku ke jurang dan aku hampir mati! Tapi, bisa-bisanya kamu malah dengan tenang memberikan selamat di sini!'
Tentu saja semua itu hanya diluapkan Sienna di dalam kepalanya saja.
Dengan mengembangkan senyuman profesionalnya, Sienna berkata, "Terima kasih. Tapi, saya tidak merasa telah melakukan hal yang benar, Direktur Morgan."
"Benar atau tidak, saya rasa saya yang pantas menilainya,” timpal Lucas dengan dingin.
Seperti biasanya Lucas memang seorang atasan yang otoriter dan arogan. Namun, selama tiga bulan ini Sienna sudah kenyang menerima kalimat tajam dan super pedas yang dilontarkan oleh atasannya tersebut.
Sienna hanya bisa tetap memasang wajah yang dipenuhi senyuman palsu untuk secepatnya menyelesaikan tatap muka tersebut.
“Apa ada lagi yang ingin Anda bicarakan, Direktur Morgan?” tanya gadis itu. “Jika tidak ada, sebaiknya Anda—"
“Nona Sherwood, saya berniat untuk mengangkat Anda menjadi karyawan tetap Luminous,” sela Lucas yang membuat wajah Sienna berubah semringah seketika.
Namun, kebahagiaan Sienna tidaklah kekal. Senyumannya langsung memudar ketika Lucas melanjutkan, “Tapi, saya punya satu syarat.”
‘Ck, sudah kuduga. Zombi Kutub ini tidak mungkin memberikan sesuatu yang bagus tanpa embel-embel di belakangnya,’ sungut Sienna dengan kesal.
“Kamu tidak senang?” selidik Lucas ketika melihat ekspresi sekretarisnya tidak seperti yang diharapkannya.
Sienna kembali memasang senyum palsunya dan bertanya, “Direktur Morgan, apa persyaratan yang harus saya penuhi?”
“Syaratnya mudah,” jawab Lucas yang telah mengembangkan seulas senyuman penuh arti.
Kalimat selanjutnya yang diucapkan Lucas membuat Sienna terperangah!
“Jadilah kekasih saya.”
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu