Share

Hello Magika, I'm Azzrafiq

Bertemu lagi dengan hari Senin, Magika terbangun dari tidurnya. Aneh, malam ini Edward tak menghampirinya di dalam mimpi, setelah berjumpa dengan Azzrafiq, Edward seakan lenyap dalam hidupnya, padahal kemarin-kemarin hampir tiap hari dia memimpikannya.

"Edward kemana lagi? Kenapa gak muncul terus sih? Kan kangen jadinya." Gerutu Magika seraya beranjak dari tempat tidurnya.

Pagi masih tampak gelap, matahari belum memancarkan sinarnya, Magika segera bergegas ke kamar mandi, dia harus berangkat lebih awal dari biasanya, karena sekarang dia berangkat dari rumah orang tuanya yang berada di Bandung Barat, perjalanannya menuju Kampus tercinta bagaikan mencari kitab suci dari ujung ke ujung.

Sampainya di daerah Bandung Timur, laju mobilnya mulai lamban, jalanan sudah dipadati oleh beberapa kendaraan, dia sudah terbiasa dengan keadaan jalanan di sini yang memang setiap harinya selalu macet, Magika tahu akan telat lag sampai ke Kampus, maka dari itu ketimbang stress di jalan, dia menambahkan volume lagu yang didengarkannya di dalam mobil.

You want the moves like jagger

I got the moves like jagger

I got the mooooooves like jagger

Sedang asyik mendengarkan lagu, Magika tersentak ketika ada motor yang menyerempet sisi kiri mobilnya, terdengar suara guratan dari motor yang menyenggol mobilnya. Sudah pasti penyok mobilnya.

"Terima kasih udah bikin baret!!" Teriak Magika dari kaca mobilnya.

Karena keadaan jalanan yang padat dan motor yang menabrak mobilnya sudah kabur, para pengandara motor lainnya memperhatikan mobil Magika yang baru saja disenggol. Dia tak ambil pusing, dan melanjutkan menyanyikan lagu yang diputarnya. Mau gimana lagi?

"Sumpah ya, ini jalan mau sampai kiamat emangnya macet terus begini?" Magika mulai mengomel karena kesabarannya mulai menipis.

Sampainya di kampus Magika masih harus dipusingkan lagi dengan arena parkiran mobil yang ternyata sudah penuh. Dia sampai tiga kali berputar mencari lahan yang kosong untuk parkir mobilnya, tapi pada akhirnya dia dapat juga.

Magika memarkirkan mobilnya dengan lihai, dia sudah terbiasa dengan keadaan parkiran sempit dan berantakan, dia keluar dan mengecek samping kiri mobilnya yang sedikit penyok, hasil karya si pengendara motor sableng tadi. Dia hanya menggelengkan kepala saja sambil berkacak pinggang ketika melihatnya.

"Bagus!! Bisa bisa minta mobil baru sama Papi." Ucap Magika enteng.

Lalu dia berjalan menuju Gedung perkuliahan, sampainya di sana, Magika melihat teman-teman seangkatannya sedang berkerumun depan mading jurusan Hukum Ekonomi.

"Kayaknya itu pengumuman kelompok ospek, banyak amat yang lihat, masuk kelas dulu deh." Gumam Magika.

Di kelas, teman-temannya sudah pada ribut saling memberitahu mereka masuk kelompok-kelompok berapanya. Magika yang baru sampai hanya memperhatikan mereka yang sangat antusias mengikuti ospek jurusan.

"Gee kamu kelompok satu barengan sama Azzrafiq, ish aku jadi iri." Ujar Alin yang tiba-tiba mendatanginya.

"Oh ya masa? Aku belum lihat mading tadi penuh banget." Ucap Magika yang baru saja duduk tenang.

Mendengar dirinya satu kelompok dengan Azzrafiq, bukankah seharusnya Magika senang?

Tidak.

Seminggu telah berlalu, banyak kejadian dan hal-hal yang membuat Magika lupa akan sosok Azzrafiq, terutama tugas kuliah yang terus berdatangan tiada henti, membuatnya benar-benar sibuk seminggu kemarin, lagi pula lelaki itu juga sudah memiliki kekasih.

"Gimana kalo kita tukeran? Kakak tingkat pasti gak akan ada yang curiga." Pinta Alin.

Magika mengerutkan keningnya mendengar permintaan Alin yang aneh, sebegitu sukanya Alin sama Azzrafiq sampai mengorbankan temannya untuk berbohong pada kakak tingkat.

"Katanya sih dilihat nanti KTM nya, buat memastikan kelompok yang panitia bagikan tuh udah sesuai atau belum." Jelas Zea.

"Oh ya kata siapa Ze?" Tanya Alin tak percaya.

"Kata kakak tingkat, soalnya tahun kemaren kan ada yang curang gara-gara pengen satu kelompok sama temen deketnya, langsung dihukum." Lanjut Zea.

"Palingan juga disuruh push up." Alin tak terlalu menanggapi ucapan Zea. "Mau gak Gee please.." Lanjut Alin memohon pada Magika.

Magika menatap Alin kesal. "Enggak ah males banget, masih mending disuruh push up kalo ada yang lebih parah gimana? Kamu jangan macem-macem deh Lin."

Alin ada-ada saja, Magika baru duduk sebentar dan melepaskan penatnya gara-gara macet dan mobilnya lecet, sudah dimintai hal-hal yang aneh. Makin bad mood saja jadinya dia.

Seketika Alin meninggalkan Magika dan juga Zea, karena permintaannya ditolak Magika, Alin merasa kesal dan menjauhi Magika dengan berpindah tempat duduk.

"Lin mau kemana sih? Masa gitu doang ngambek." Gerutu Magika.

"Udah biarin aja, tahu gak padahal tadi aku ngarang loh Gee hihihi.." Seru Zea sambil memperhatikan Alin yang pergi menjauh.

Magika terkejut dan menoleh pada Zea. "Parah nih Zea, tapi makasih banget ya udah bantuin cari alesan supaya aku bisa nolak." Ucap Magika seraya memeluk Zea lalu melepaskannya lagi.

"Lagian ngaco sih, ada-ada aja si Alin anaknya, dengernya aja tadi aku kesel, dia tuh pengen pindah kelompok, dari tadi minta ke anak-anak, karena kelompok dia cewek semua, maunya dia ada cowoknya biar ada yang manjain dia." Jelas Zea. "Apalagi tahu kamu satu kelompok sama Azzrafiq, makin aja kepanasan." Lanjut Zea melaporkan kelakuan Alin.

Magika terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita Zea. Setelah sejenak dirinya beristirahat untuk meluruskan badannya, dia keluar kelas untuk melihat pengumuman pembagian kelompok ospek jurusan di mading, sudah tidak terlalu penuh juga seperti tadi.

Magika mencari namanya untuk memastikan sendiri, dia masuk kelompok berapa, matanya menilik beberapa nama, akhirnya dia menemukan namanya tertera paling bawah di kelompok satu yang berjumlah sepuluh orang, dan benar yang dikatakan Alin, bahwa dia satu kelompok dengan Azzrafiq.

Lalu Magika kembali ke kelas, ketika berbalik dia menabrak seseorang di belakangnya, yang dia sudah tahu orang yang ditabraknya itu Azzrafiq.

"Oops Sorry." Ucap Magika refleks.

Magika dan Azzrafiq saling bertatapan, detak jantung keduanya berdetak dengan kencang, wajah tampan lelaki itu kini lebih dekat dengan dirinya, dan membuat perasaan yang sudah dia lupakan kembali hadir, kenapa tiba-tiba timbul lagi?

Oh come on! Wake up Magika he already has a fuckin' girlfriend. Batin Magika.

Berbeda dengan Azzrafiq yang sudah jelas-jelas jatuh hati pada Magika, wangi parfum beraroma bedak bayi yang menjadi ciri khas wanita itu, kini tercium sangat dekat.

Satu minggu tak bertemu dengan Magika, rasanya rindu itu kini terbalaskan, Azzrafiq selalu memikirkannya semenjak awal pertemuan mereka, kerap kali keluar kelas setelah selasai kuliah dia selalu berharap bertemu dengan Magika, namun baru kali ini ada kesempatan untuknya bertemu dengan wanita yang berhasil mengambil hatinya itu dan bisa sampai sedekat ini.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Azzrafiq.

"Harusnya aku kali ya yang nanya gitu, kan aku yang nabrak." Ucap Magika.

"Oh ya, kita belum sempet kenalan, aku Azzrafiq." Tukas Azzrafiq seraya mengulurkan tangannya.

Sebenarnya Magika sudah tahu siapa nama lelaki yang ada di hadapannya itu, namun karena ingin menghargainya, dia meraih tangan Azzrafiq sambil tersenyum.

"Aku Magika, kita satu kelompok ternyata, di kelompok satu."

"Wow kabar yang menarik, coba aku lihat." Seru Azzrafiq yang masih memegangi tangan Magika.

Magika membalikkan lagi tubuhnya, sembari tangan kanannya masih berpegangan dengan tangan Azzrafiq, dia menunjukkan nama lelaki itu yang berada di atas namanya."Itu nama kita deketan."

"Magika Keandra Adribrata, nama kamu bagus juga ya." Seru Azzrafiq yang melihat beberapa nama lainnya yang satu kelompok dengannya.

"Ya gitu deh, buatan Mami Papi."

Azzrafiq terkekeh mendengar ucapan Magika."Mereka hebat ya, bisa menghadirkan kamu ke dunia ini, tolong ucapin terima kasih dari aku."

"Hahaha emangnya kenapa?"

Seseorang berdeham di samping mereka, suara yang Azzrafiq kenali, dia tak langsung menoleh, dia terhipnotis oleh wajah Magika yang ketika tertawa semakin membuatnya jatuh hati, berbeda dengan Magika yang refleks langsung menoleh pada sumber suara itu.

"Gandengan kayak truk aja, minggir kalian berdua menghalangi mata gue." Protes Maulana teman satu jurusan mereka berdua, sekaligus teman satu kost Azzrafiq.

Magika yang baru menyadari tangannya masih bergandengan dengan tangan Azzrafiq segera melepaskannya.

"Sirik aja lo, apes banget gue harus satu kelompok sama lo." Gerutu Azzrafiq pada Maulana.

"Bener kata lo, apes banget, tapi gue bersyukur bisa satu kelompok sama Magika." Seru Maulana dengan antusias.

"Hah gimana?" Tanya Magika bingung.

Maulana menatap Magika sambil tersenyum."Siapa sih yang gak tahu kamu Magika, kenalan dulu aku Maulana."

"Hah? Iya salam kenal juga." Kata Magika.

"Hah Heh Hoh muluk, untung cantik." Gerutu Maulana.

Wanita itu hanya tersenyum simpul. Siapa sih lelaki ini? Kenapa so asik banget? Batin Magika. Maulana kembali melihat nama-nama yang ada di dalam kelompok satu, dan dia terkejut ketika membaca salah satu nama di kelompoknya.

"Acha Tapioka? Wait! Itu nama tepung apa nama manusia sih?" Tanya Maulana heran.

Azzrafiq melihat lagi daftar nama di kelompoknya dan menemukan nama itu, yang ternyata teman satu kelasnya, dia baru menyadarinya karena dari tadi dia hanya terpaku dengan nama Magika dan juga Maulana.

"Manusia! Ada di kelas gue." Jawab Azzrafiq.

"Unik ya namanya, oh ya aku balik kelas lagi ya guy's." Ucap Magika berpamitan.

"Di ruangan mana kelasnya?" Tanya Azzrafiq.

"Di ruangan X-7." Jawab Magika.

"Ya udah bareng, aku di ruangan X-9." Kata Azzrafiq.

"Ok, bye Maulana sampai ketemu lagi." Seru Magika.

Magika dan Azzrafiq menuju kelas masing-masing, meninggalkan Maulana yang masih sibuk melihat nama-nama di kelompoknya.

"Kita ospeknya dimana sih? Aku lupa." Tanya Magika.

"Katanya sih di Banjaran, besok kita disuruh kumpul lagi di Aula." Jawab Azzrafiq seraya melihat charm bracelet yang Magika pakai di tangan kirinya, kali ini tema-nya lebih girly dibanding minggu lalu yang bertema Harry Potter. Azzrafiq tipe orang yang selalu memperhatikan hal-hal kecil dari wanita yang disukainya, entah itu aksesoris atau aroma parfum yang dipakai.

"Udah sampe kelas aku nih, sampe ketemu besok ya." Tukas Magika yang berhenti di depan pintu ruangan X-7.

"Minta kontak kamu Magika." Kata Azzrafiq seraya memberikan ponselnya.

Magika mengambilnya dan mengetik nomor providernya, dia tersenyum usil karena menuliskan kontaknya bukan dengan nama aslinya, dia menuliskan kontaknya dengan nama My Sweet Girlfriend, lalu dia menuliskan pesan dan mengirimkan ke nomornya, agar bisa menyimpan nomor Azzrafiq.

"Sini kita selfie dulu." Seru Magika sambil mengambil potret mereka berdua dengan ponsel Azzrafiq.

Magika dan Azzrafiq berswafoto layaknya orang yang sudah kenal lama, entah apa yang ada di pikiran Magika bisa-bisanya berbuat sesuka hati, dan Azzrafiq juga sudi mengikuti permintaannya yang random.

"Aku kira kamu bakalan nolak selfie bareng aku."

"Siapa yang berani nolak Magika?" Ucap Azzrafiq sambil menatap wanita yang ada di hadapannya.

Magika hanya tersenyum melihat wajah tampan Azzrafiq sedekat ini, entah mengapa perutnya terasa begitu menggelikan, seperti ada kupu-kupu yang siap terbang dari dalam perutnya. "Ya ampun! Udah deh gak usah lihatin aku kayak gitu."

Azzrafiq terkekeh."Pipi kamu merah, tapi itu manis banget sih, serius!"

Magika mencubit tangan Azzrafiq."Udah ya cukup, seneng banget godain aku, kirim ya fotonya lewat BBM."

"Kalo gitu sekalian minta pinnya." Pinta Azzrafiq seraya mengeluarkan handphone blackberry nya, saat tahun 2012 bbm belum ada di sistem Android maupun ios, jadi mereka memiliki dua ponsel hanya untuk sebuah blacberry messanger.

Magika kembali mengetikkan pinnya."Ok kirimin ya, aku masuk dulu, bye Azzrafiq."

"Bye Magika"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status