Share

His Name is Azzrafiq

Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan mereka kedatangan kakak tingkat yang masuk beriringan, mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan. Mereka datang untuk memberikan informasi akan ada ospek jurusan minggu depan, dan meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 berkumpul di aula fakultas.

Sesuai arahan yang diberikan kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar untuk bergabung dengan teman-teman satu angkatannya di Aula, melihat tempat duduk jajaran paling depan masih kosong, Magika dan ketiga temannya duduk di sana.

Tak pernah disangka, lelaki yang membuat Magika terpesona pagi tadi, masuk Aula. Dia sedikit terkejut mengetahui lelaki itu ternyata satu jurusan dengannya, meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, lalu dia mengalihkan pandangannya agar tak dicurigai sedang memperhatikan lelaki tampan itu.

Namun lelaki itu ternyata berjalan ke arahnya, membuat Magika bingung harus berbuat apa, karena lelaki itu tersenyum padanya, akhirnya dia pun membalas senyumnya.

"Kayaknya ada yang lepas dari gelang kamu." Ucap lelaki itu.

"Oh aku kira ilang dan gak akan ketemu lagi, makasih ya." Kata Magika senang karena bandul dari charm bracelet nya sudah ketemu sampai tak menghiraukan lagi hadirnya lelaki itu.

"Ok sama-sama." Kata lelaki itu seraya meninggalkan Magika dan mencari tempat duduk yang masih kosong di belakang.

"Ganteng juga tuh cowok, siapa sih Gee?" Tanya Vanilla.

"Dia? Manusia." Jawab Magika datar.

"Ish itu dia Gee, cowok yang aku suka, kamu kenal sama dia?" Tanya Alin.

Magika menoleh ke belakang untuk melihat lelaki itu, yang kebetulan sama sedang menatapnya juga, dia membalikkan kepalanya lagi dan menghembuskan nafasnya, lagi-lagi lelaki yang Magika dan Alin suka adalah orang yang sama.

"Kenalin aku sama dia dong Gee." Pinta Alin.

"Hmm nanti ya aku tanya dulu orangnya, mau gak dia kenalan sama kamu." Kata Magika tak sungguh-sungguh, dia saja belum tahu siapa nama lelaki itu.

Zea yang memperhatikan Alin memaksa Magika untuk berkenalan dengan lelaki itu merasa ikut kesal, karena Zea selalu jadi teman curhat Alin, Zea tahu bagaiman Alin begitu mengagumi sosok Rafka.

"Bukannya baru kemaren, kamu nge date sama Kak Rafka ya? Kok udah mau cari cowok lain lagi?" Tanya Zea heran.

"Play girl kita satu ini, kayaknya ngebet banget cari pacar, sampe semua cowok dia suka." Timpal Vanilla

"Gak gitu Nill, tapi yang sekarang tuh beda." Sanggah Alin.

Magika menyahuti dengan ragu."Nanti kalo udah gak penasaran, ditinggal lagi karena gak sesuai sama yang diinginkan."

Zea mengangguk, menyetujui perkataan Magika. "Betul, nanti inilah, itulah. Manusia kan gak ada yang sempurna Lin."

"Ya kamu kenalan aja sih langsung sama orangnya, kamu kan orangnya SKSD banget dan gak tahu malu Lin." Celetuk Vanilla.

Alin sudah terbiasa mendengar celetukkan Vanilla tentang dirinya, yang memang kadang suka benar ucapannya. Karena itu Alin sudah tidak kaget lagi atau merasa tersinggung.

Magika terkekeh mendengar ucapan Vanilla yang tak pernah disaring, kalaupun dia sudah tahu nama lelaki itu, dia tak akan pernah mengenalkan Alin padanya.

Dari awal berkenalan dengan Alin saat ospek Universitas, Magika memang tidak terlalu suka dengannya begitu juga sebaliknya, karena Alin itu anaknya caper, bukan hanya dia saja yang tidak menyukai Alin, melainkan teman-teman lainnya juga, tapi seiring berjalannya waktu mereka malah jadi satu circle. Awalnya, yang sering berbarengan itu Magika, Vanilla, dan Zea saja, tanpa diundang Alin datang mendekati, mencoba memisahkan Vanilla dan Zea darinya.

Karena Magika anaknya tidak ingin ambil pusing, dia tak menghiraukan diskriminasi yang dilakukan Alin.

Pada akhirnya, Alin sendiri kini merasa lebih dekat dengan Magika. Meskipun Magika tetap tak merasa Alin itu teman dekatnya. Kalo bukan karena Vanilla dan Zea, dia pun enggan dekat dengan Alin.

Toxic juga pertemanan Mereka.

Setelah selesai berkumpul untuk mendapatkan informasi mengenai ospek yang akan diselenggerakan minggu depan oleh anggota HIMA, teman-teman satu angkatan Magika berhamburan keluar Aula.

Magika melihat Daphnie bercengkerama dengan lelaki yang membuatnya terpesona, dia berpikir mungkin mereka teman satu kelas. Tadinya dia ingin memanggil Daphnie, tapi melihat temannya itu tampak membicarakan hal yang serius dengan lelaki yang disukainya, Magika mengurungkan niatnya.

Sementara Zea dan Alin telah pulang, Magika dan Vanilla mencari makan siang ke kantin, sekalian mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok.

Vanilla yang sedang fokus mengerjakan tugas sambil menyeruput jus yang dipesannya, melihat Daphnie yang sedang memesan makanan di ujung kantin, seketika itu juga dia berteriak memanggil namanya.

Daphnie yang merasa terpanggil, langsung menghampiri sumber suara yang meneriaki namanya, dia sangat senang bertemu dengan Vanilla dan Magika, meskipun baru tadi pagi bertemu dengan Magika.

"Kalian!! Ya ampun belum pada pulang? Masih ada kelas emangnya?" Tanya Daphnie yang kini ada di hadapan Magika dan Vanilla.

"Belum, kita lagi ngerjain tugas, sini Daph duduk." Kata Magika.

"Ya ampun Daph kamu kemana aja? Semenjak beda kelas kita jarang ketemu." Seru Vanilla.

"Kalo kita sih tadi pagi udah ketemu ya Gee." Tukas Daphnie pada Magika.

Magika meneguk minumannya sebelum merespons ucapan Daphnie."Iya, niatnya sore ini aku mau ngajakin kamu Nill ke kosan Daphnie."

"Kalian sering-sering dong maen ke kosan aku, katanya mau nginep juga tapi sampe sekarang belum terlaksana." Keluh Daphnie.

Vanilla yang sedang sibuk dengan tugasnya menyahut."Aku susah izinnya sama si bude kalo nginep."

"Gimana kalo sekarang kita ke kosan Daphnie sambil ngerjain tugas Nill." Seru Magika.

"Boleh juga tuh." Ucap Vanilla.

Daphnie tersenyum lemas."Tapi sekarang aku masih ada satu kelas, kalo kalian mau duluan ke sana aku kasih kuncinya."

"Sampe jam berapa Daph kamu kuliah?" Tanya Vanilla yang sibuk mengunyah makanan ringan yang dibelinya.

"Sampe jam tiga an, aku masuk setengah jam lagi, ini juga mau makan dulu." Jawab Daphnie.

Makanan yang dipesan Daphnie sudah tiba, Magika menggeser laptopnya agar Daphnie lebih leluasa, dia teringat dengan lelaki yang membuatnya terpesona tadi pagi, sepertinya lelaki itu teman sekelas Daphnie, karena tadi di Aula dia melihat lelaki itu tampak akrab dengan Daphnie.

"Daph, cowok di kelas kamu ada yang ganteng..." Magika menjeda ucapannya, dia berpikir sejenak, bagaimana cara menggambarkan sosok lelaki tersebut. "Yang tadi pake jaket denim.." Sambung Magika yang tidak jelas menggambarkan seseorang yang ditanyakannya.

"Siapa Gee? Di kelas aku cowoknya pada ganteng, tapi biasanya yang paling sering ditanyain tuh Azzrafiq." Ucap Daphnie sambil terkekeh, lalu mengambil ponsel di dalam tas nya.

"Yang ini bukan cowok yang kamu maksud?" Tanya Daphnie seraya menunjukkan foto lelaki itu dari media sosial f******k.

Vanilla menilik foto yang ditunjukkan Daphnie pada Magika, dia menarik ponsel Daphnie ke arahnya.

"Nah iya, yang itu Daph, si Alin sampe kayak kerasukan kuda lumping tadi, penasaran sama cowok itu. Emang ganteng sih anaknya." Celetuk Vanilla setelah memperhatikan fotonya.

"Udah gak heran sih kalo Azzrafiq, banyak yang nanyain bahkan sampe kating cewek juga." Ucap Daphnie menanggapi Vanilla.

Daphnie memberitahu Magika dan Vanilla, bahwa Azzrafiq itu disukai banyak wanita, bisa dibilang dia itu idola di kalangan kaum hawa, banyak teman wanita satu angkatan yang berbeda kelas dengan Azzrafiq, bahkan kakak tingkat datang untuk mencari perhatian lelaki itu dengan memberinya hadiah-hadiah kecil. Namun tak ada satupun diantara beberapa wanita itu yang Azzrafiq tanggapi.

Pantas saja radar Magika melihat lelaki tampan tidak pernah meleset padahal tadi pagi dirinya lagi buru-buru, ternyata Azzrafiq emang idaman para wanita. Mendengar hal itu, kadar ketertarikannya pada lelaki itu jadi berkurang.

Rasanya malas saja harus bersaing dengan banyak wanita lainnya. Sama seperti menyukai artis tampan kesukaannya. Mustahil untuk di dekati.

"Kamu suka Gee?" Tanya Daphnie menggoda Magika.

"Si Alin yang suka." Sahut Vanilla yang mewakili jawaban Magika.

"Yakin nih Gee kamu gak suka? Kalo belum punya pacar, aku juga pasti bakalan suka sih sama Azzrafiq." Kata Daphnie.

"Jujur sih doi emang ganteng, tapi bukan selera aku, mungkin juga bukan selera Magika, tapi selera si Alin." Tukas Vanilla.

"Alin tukang caper?" Tanya Daphnie dengan raut wajah yang kesal, dia baru menyadari bahwa yang minta info tentang Azzrafiq itu Alin bukan Magika dan Vanilla.

"Caper ada tukangnya ya?" Tanya Magika sambil tertawa kecil.

"Ya ampun, kasian Azzrafiq disukain sama cewek jenis begitu." Cibir Daphnie.

"Kenapa sih perasaan semua orang pada kayak gak suka sama dia?" Tanya Vanilla heran.

"Banyak yang sensi juga ya sama Alin." Kata Magika.

"Di kelas aku gak ada satupun cewek yang suka sama dia." Ujar Daphnie seraya melototkan matanya. "Bayangin aja tuh anak emang capernya udah kelewatan. Inget kan waktu ospek Universitas? Dia yang paling so tahu segalanya, sampe semua orang dikomentarin."

"Kalo aku, selama gak merugikan dan gak menyebalkan sama aku, ya gak masalah." Ucap Vanilla santai.

"Iya tapi kan ngeselin gitu. Males aja kalo ada dia." Pekik Daphnie seraya mengunyah makanannya. "Bilangin ke si Alin, Azzrafiq udah punya cewek, jangan ngarep." Sambung Daphnie.

Magika dan Vanilla saling bertatapan ketika melihat Daphnie yang sewot membicarakan Alin.

"Duh udah parah berarti si Alin kalo Daphnie udah nyerocos gitu." Celetuk Vanilla.

"Ya begitulah dia." Ucap Magika datar dan tak ingin membahas soal Alin lagi.

"Kamu bilang Azzrafiq udah punya pacar itu beneran? Apa kamu kebawa kesal aja?" Tanya Vanilla memastikan, walaupun tak penting juga untuknya mengetahui hal itu.

Daphnie nyengir seraya menggaruk-garukkan kepalanya. "Udah lihat aja statusnya aja bertunangan dengan Bianca Lupita, agak alay sih sebenernya, pokoknya bilangin aja gitu, biar dia gak datang dan caper ke kelas aku. Kayak anak kelas C siapa itu namanya lupa, ngejar-ngejar si Azzrafiq kayak orang kesurupan, tiap hari datang ke kelas aku, bikin risi."

Mendengar status Azzrafiq yang tak lajang, semakin terkikis saja rasa sukanya, itu berarti memang sudah seharusnya Magika mengubur perasaannya itu. Lagi pula dia masih berharap akan bertemu lagi dengan Edward, meskipun kemungkinannya sangat kecil.

"Kira-kira kesurupan apaan tuh Daph?" Tanya Magika sambil terkekeh.

"Ah gak tahu deh, aneh pokoknya. Lagian kita ini cewek, masa ngejar-ngejar cowok sih kayak gak punya harga diri." Gerutu Daphnie yang resah dengan wanita-wanita yang menyukai Azzrafiq.

"Kan emansipasi wanita." Ucap Magika mencoba netral.

"Udah deh gak usah bahas mereka, keenakan banget kayak artis aja diomongin." Celetuk Vanilla.

"Iya bener juga, oh iya aku harus ke kelas dulu, gak kerasa udah jam segini, kita lanjut ngobrol ya nanti di kosan, kalian mau duluan ke sana?" Tukas Daphnie seraya mengeluarkan kunci kost-nya.

"Kita nunggu aja di sini deh Daph, gak enak kan kalo gak ada pemilik kamarnya." Sahut Magika.

"Iya kita nunggu di sini aja Daph, kamu kuliah aja dulu." Seru Vanilla yang setuju dengan perkataan Magika.

Daphnie memasukan lagi kuncinya, lalu dia beranjak dari kursinya."Ya udah aku tinggal dulu ya, sampai ketemu nanti."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status