Magika baru saja selesai membaca buku di perpustakaan untuk menambah pengetahuannya di bidang hukum, dia membungkuk dan menidurkan tubuhnya di atas meja, sambil bermalas-malasan melihat ponselnya, dia tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya selama dia berada di perpustakaan.Yudhistira memotretnya dengan kamera yang dia bawa, diam-diam dia mengagumi sosok Magika, entah mengapa baginya menarik saja melihat wanita menghabiskan waktunya di perpustakaan. Pertama kali melihat wanita itu, di sini ketika awal masuk kuliah, dia langsung menyukainya, selain memang wajah Magika yang manis, wanita yang suka membaca juga merupakan tipe wanita idamannya, dan baru pertama kalinya juga dia menyukai wanita berkulit tan.Magika juga menjadi sumber inspirasinya dalam menulis puisi, namun sampai saat ini Yudhistira belum berani memperkenalkan dirinya, tak seperti kebanyakan wanita lainnya yang pernah dia dekati, dia ingin dengan cara yang berbeda, karena wanita ini sangat istimewa baginya.Yudhist
UTS hari pertama selesai, Magika mengecek ponselnya dan ada beberapa pesan yang muncul, lagi-lagi dia mengabaikannya lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas.Di luar hujan turun dengan lebatnya, banyak Mahasiswa lainnya yang berdiri depan pintu masuk untuk menunggu hujan berhenti, keadaan begitu crowded. Terpaksa Magika bergabung dengan kerumunan orang-orang yang menunggu hujan."Gee hujan gini mendingan kita masuk kelas lagi aja." Tutur Vanilla."Ngapain di kelas? Ini udah jam terakhir, langit juga udah mulai gelap.""Nonton drakor lah, ngapain lagi coba?""Ya ampun di rumah juga bisa kali Nill." Gerutu Magika.Magika menunggu hujan sambil memainkan ponselnya, dia melihat jadwal UTS untuk besok yang sudah dia foto sebelumnya."Akhirnya aku nemuin princess juga." Seru Randy tiba-tiba sudah ada di samping Magika.Magika mendongakkan kepalanya dan menatap Randy bingung. "Kok Kak Randy ada di mana-mana sih?"Randy terkekeh "Aku ada dimana pun kamu berada.""Ish apaan sih." C
Yudhistira yang sudah berada di dalam kamarnya langsung membuka papper bag yang Azzrafiq berikan. Tercium wangi parfum bayi ketika dia mengeluarkan kemejanya."Wangi bayi gini, kayaknya gue pernah nyium aroma ini, tapi dimana ya?" Gumam Yudhistira.Yudhistira melihat ada secarik kertas di saku kemejanya, dia mengambilnya sepertinya itu sebuah surat karena ditalikan dengan pita berwarna biru muda dan ada coklat kecil beserta botol kecil yang berisi cairan. Dia mengendus aroma dari botol kecil itu."Oh dari sini wanginya, tuh anak kayaknya dapet kemeja ini dari seseorang deh, maen kasiin aja lagi ke gue." Celetuk Yudhistira.Yudhistira memasukkan lagi surat dan parfum itu ke dalam saku kemeja, dia tak ingin tahu apa isi surat itu, dia kembali ke kamar Azzrafiq. Tanpa mengetuk pintu dan nyelonong masuk begitu saja."Ada apaan lagi?" Tanya Azzrafiq."Lo yakin mau kasiin kemeja itu buat gue?" Yudhistira balik bertanya."Iya lo ambil aja sih." Ucap Azzrafiq yang masih bertaut dengan ranseln
Randy sudah menunggu di parkiran, seperti yang dia duga Magika pasti terlambat lagi, kebetulan juga jadwalnya di semester tiga ini banyaknya masuk siang, Randy sengaja datang pagi-pagi ke kampus hanya untuk menyambut Magika.Melihat kedatangan Magika adalah hal sederhana yang cukup membuatnya bahagia, dia sangat sabar menanti kedatangan adik tingkat kesayangannya.Seperti biasa Magika datang dengan scooter vesvanya dan parkir di samping motor sport Randy."Ada tukang parkir nih." Ejek Magika setelah menurunkan standard vesvanya.Randy turun dari motornya sembari melihat jam tangannya."Tumben lebih cepat dua menit dari biasanya.""Oh ya jam berapa emang sekarang?""Jam 09.28, sebuah rekor tercepat Magika datang ke kampus di jam pertamanya.""Niat banget sih Kak ngitungin waktu kedatangan aku.""Karena setiap detiknya apapun tentang kamu tuh berharga.""Kok aku terharu sih." Ucap Magika dengan nada mengejek.Randy hanya tersenyum, dia sudah terbiasa dengan ejekan wanita kesayangannya it
Suara lagu mix yang diputar menggelegar seantero Cafe, keadaan di sini semakin malam semakin ramai oleh orang-orang yang berkunjung, Magika dan teman-temannya bermain Truth or Dare, turut meramaikan suasana bingar di Cafe, dan sebagai penutup dari pertemuan terakhir mereka, sebelum akhirnya masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi.Botol berputar di atas meja yang telah di tempati oleh Magika dan teman-temannya, dan botol berhenti berputar, menunjuk ke arah Magika, teman-temannya bersorak riang karena sedari tadi dia selalu lolos dari permainan ini."Truth or Dare?" Tanya Nadira, Helena, Andini, dan Leonard secara bersamaan dengan sangat antusias.Magika yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman berkadar alkohol, mulai merasakan sensasi euforia efek dari minuman tersebut, adrenalinnya semakin terpacu untuk menyelesaikan permainan ini. Dia tahu teman-temannya pasti tak akan tanggung-tanggung jika memberikan tantangan."Dare." Jawab Magika denga
Magika merasakan sakit di kepalanya yang kian terasa selagi matanya terpejam, dia meraba-raba sprei yang terasa dingin, perlahan matanya terbuka, dia mulai sepenuhnya sadar, seketika dirinya tersentak menyadari terbangun di kamar yang terasa asing, dia tak ingat apa yang terjadi semalam.Dia meraba tubuhnya, dan merasa sedikit lega ketika mengetahui dirinya masih berpakaian dengan lengkap dan tertutup, lalu dia melihat seisi kamar, hanya dirinya saja yang berada di sini.Magika segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil air putih yang tersedia di kamar ini, tenggorokannya terasa sangat kering.Ketika meminum air botol mineral, dia melihat ada tas belanjaan dari minimarket, dia memeriksa isinya dan mendapati kondom diantara makanan ringan."Shit ada kondom, udah gila apa aku? Tapi ini masih utuh dan belum kebuka, apa semalam aku masih aman?" Gumam Magika.Mendengar ada suara percikan air di dalam kamar mandi, dia dapat memastikan masih ada orang yang bersam
Empat bulan berlalu, setelah kejadian malam syahdu itu, Magika tak pernah bertemu lagi dengan Edward, dan yang tak habis pikir setiap malam lelaki itu selalu menghantuinya melalui mimpi, seakan kejadian malam itu terus berulang setiap harinya ketika Magika tertidur.Masih sangat terasa jelas ciumannya bersama Edward, namun sayangnya Magika tak pernah ingat dengan wajah lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha mengingatnya.Dia sangat salut pada Edward karena masih menghormatinya, lelaki itu tak menyentuhnya selama dirinya tak sadarkan diri, zaman sekarang mana ada lelaki yang seperti itu, padahal begitu banyak kesempatan untuk Edward berbuat sesuka hati padanya, tapi apa yang dilakukannya benar-benar sesuatu yang patut diacungi jempol."Seandainya hp aku gak ilang aku pasti bakalan cari kamu Edward, sampai ketemu di dalam mimpi." Gumam Magika yang sudah terbiasa dan tahu akan didatangi Edward dalam mimpinya.Esok paginya Magika terbangun, hari ini senin, tanggal 01 Oktober 2012 dia masu
Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan mereka kedatangan kakak tingkat yang masuk beriringan, mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan. Mereka datang untuk memberikan informasi akan ada ospek jurusan minggu depan, dan meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 berkumpul di aula fakultas.Sesuai arahan yang diberikan kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar untuk bergabung dengan teman-teman satu angkatannya di Aula, melihat tempat duduk jajaran paling depan masih kosong, Magika dan ketiga temannya duduk di sana.Tak pernah disangka, lelaki yang membuat Magika terpesona pagi tadi, masuk Aula. Dia sedikit terkejut mengetahui lelaki itu ternyata satu jurusan dengannya, meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, lalu dia mengalihkan pandangannya agar tak dicurigai sedang memperhatikan lelaki tampan itu.Namun lelaki itu ternyata berjalan ke arahnya, membuat Magika bingung harus berbuat apa, karena lelaki