Azzrafiq terbangun dari tidurnya, dia langsung melihat ponselnya yang disimpan di dadanya selama tidur, berharap ada balasan pesan dari Magika, namun wanita itu masih belum saja mengabarinya, perasaan Azzrafiq kembali gundah, kemanakah Magika?Azzrafiq coba mengirim pesan lagi pada wanita itu, lalu perlahan beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar Yudhistira, dia mendapati Bianca masih ada di sini yang membuatnya malas untuk keluar dari kamar sahabatnya itu, kemudian dia menutup kembali pintunya, tapi Bianca telah melihatnya membuka pintu, lalu menyusulnya untuk meminta maaf.Bianca mengetuk pelan pintu kamar Yudhistira. "By, buka pintunya ada yang mau aku omongin sama kamu."Jengah mendengar ketukan pintu, Azzrafiq membukanya, dia keluar dari kamar Yudhistira dan berjalan menuju kamarnya melewati kekasihnya yang tengah menunggunya, Bianca mencoba sabar dengan sikap Azzrafiq yang dingin, dia mengikuti lelaki itu dari belakang.Azzrafiq duduk di kur
Suara alarm dari handphone Magika berbunyi, dan hari senin telah kembali menyapanya yang sangat malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Dia mengutuk suara alarm. Mau tak mau Magika harus bangun, kakinya sudah tidak terasa sakit lagi, namun langkahnya terasa sangat berat, rasanya ingin kembali tidur. dia berusaha melawan rasa malasnya dan secepat mungkin bersiap-siap untuk pergi kuliah.Selesai mandi Magika berkaca, dan melihat bayangannya di dalam cermin, matanya menghitam seperti mata panda, dan kantung mata masih terlihat jelas, Magika memakaikannya eye cream agar sedikit terlihat fresh, meskipun sama sekali tidak menutupinya.Dia melihat ponselnya sejenak, dia membaca pesan Azzrafiq yang belum sempat dibalasnya saat malam, namun ada senyuman di garis bibirnya ketika membaca chat terakhir dari lelaki itu."Ish iseng banget tuh anak, ok mulai sekarang aku gak bakalan anggap godaan dia." Gumam Magika lalu membalas pesan AzzrafiqMagika Keandra AdribrataAzz, ya ampun maaf baru bales l
Magika baru saja selesai membaca buku di perpustakaan untuk menambah pengetahuannya di bidang hukum, dia membungkuk dan menidurkan tubuhnya di atas meja, sambil bermalas-malasan melihat ponselnya, dia tak sadar ada seseorang yang memperhatikannya selama dia berada di perpustakaan.Yudhistira memotretnya dengan kamera yang dia bawa, diam-diam dia mengagumi sosok Magika, entah mengapa baginya menarik saja melihat wanita menghabiskan waktunya di perpustakaan. Pertama kali melihat wanita itu, di sini ketika awal masuk kuliah, dia langsung menyukainya, selain memang wajah Magika yang manis, wanita yang suka membaca juga merupakan tipe wanita idamannya, dan baru pertama kalinya juga dia menyukai wanita berkulit tan.Magika juga menjadi sumber inspirasinya dalam menulis puisi, namun sampai saat ini Yudhistira belum berani memperkenalkan dirinya, tak seperti kebanyakan wanita lainnya yang pernah dia dekati, dia ingin dengan cara yang berbeda, karena wanita ini sangat istimewa baginya.Yudhist
UTS hari pertama selesai, Magika mengecek ponselnya dan ada beberapa pesan yang muncul, lagi-lagi dia mengabaikannya lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas.Di luar hujan turun dengan lebatnya, banyak Mahasiswa lainnya yang berdiri depan pintu masuk untuk menunggu hujan berhenti, keadaan begitu crowded. Terpaksa Magika bergabung dengan kerumunan orang-orang yang menunggu hujan."Gee hujan gini mendingan kita masuk kelas lagi aja." Tutur Vanilla."Ngapain di kelas? Ini udah jam terakhir, langit juga udah mulai gelap.""Nonton drakor lah, ngapain lagi coba?""Ya ampun di rumah juga bisa kali Nill." Gerutu Magika.Magika menunggu hujan sambil memainkan ponselnya, dia melihat jadwal UTS untuk besok yang sudah dia foto sebelumnya."Akhirnya aku nemuin princess juga." Seru Randy tiba-tiba sudah ada di samping Magika.Magika mendongakkan kepalanya dan menatap Randy bingung. "Kok Kak Randy ada di mana-mana sih?"Randy terkekeh "Aku ada dimana pun kamu berada.""Ish apaan sih." C
Yudhistira yang sudah berada di dalam kamarnya langsung membuka papper bag yang Azzrafiq berikan. Tercium wangi parfum bayi ketika dia mengeluarkan kemejanya."Wangi bayi gini, kayaknya gue pernah nyium aroma ini, tapi dimana ya?" Gumam Yudhistira.Yudhistira melihat ada secarik kertas di saku kemejanya, dia mengambilnya sepertinya itu sebuah surat karena ditalikan dengan pita berwarna biru muda dan ada coklat kecil beserta botol kecil yang berisi cairan. Dia mengendus aroma dari botol kecil itu."Oh dari sini wanginya, tuh anak kayaknya dapet kemeja ini dari seseorang deh, maen kasiin aja lagi ke gue." Celetuk Yudhistira.Yudhistira memasukkan lagi surat dan parfum itu ke dalam saku kemeja, dia tak ingin tahu apa isi surat itu, dia kembali ke kamar Azzrafiq. Tanpa mengetuk pintu dan nyelonong masuk begitu saja."Ada apaan lagi?" Tanya Azzrafiq."Lo yakin mau kasiin kemeja itu buat gue?" Yudhistira balik bertanya."Iya lo ambil aja sih." Ucap Azzrafiq yang masih bertaut dengan ranseln
Randy sudah menunggu di parkiran, seperti yang dia duga Magika pasti terlambat lagi, kebetulan juga jadwalnya di semester tiga ini banyaknya masuk siang, Randy sengaja datang pagi-pagi ke kampus hanya untuk menyambut Magika.Melihat kedatangan Magika adalah hal sederhana yang cukup membuatnya bahagia, dia sangat sabar menanti kedatangan adik tingkat kesayangannya.Seperti biasa Magika datang dengan scooter vesvanya dan parkir di samping motor sport Randy."Ada tukang parkir nih." Ejek Magika setelah menurunkan standard vesvanya.Randy turun dari motornya sembari melihat jam tangannya."Tumben lebih cepat dua menit dari biasanya.""Oh ya jam berapa emang sekarang?""Jam 09.28, sebuah rekor tercepat Magika datang ke kampus di jam pertamanya.""Niat banget sih Kak ngitungin waktu kedatangan aku.""Karena setiap detiknya apapun tentang kamu tuh berharga.""Kok aku terharu sih." Ucap Magika dengan nada mengejek.Randy hanya tersenyum, dia sudah terbiasa dengan ejekan wanita kesayangannya it
Esoknya Magika datang ke kampus tepat waktu, tapi kali ini tak ada Randy yang menunggunya di parkiran, mungkin Randy ada jadwal kuliah pagi, dia berjalan sendirian menuju Gedung perkuliahan.Di Gedung perkuliahan Magika bertemu dengan Randy yang sedang duduk di kursi Lobby bersama teman-temannya, Randy yang melihat kedatangan Magika segera menghampirinya dan menyambut wanita kesayangannya itu."Selamat pagi Princess." Sapa Randy.Magika melontarkan seyuman manisnya "Tumben Karan gak ada di parkiran."Mendengar Magika memanggilnya Karan terdengar sangat aneh di telinga Randy. "Karan? Keran kali.""Aku sih menganalogikannya kapal karam malahan, bukan keran." Tutur Magika."Apa sih yang bisikkin kamu sampai kepikiran manggil nama aku Karan?" Tanya Randy penasaran."Semalem aku mimpi katanya panggil Karan aja, abisnya kepanjangan kalo aku manggil Kak Randy, yaudah aku singkat aja."Randy tertawa."Hahaha aneh banget! Ada panggilan yang lebih singkat dan enak didenger daripada Karan.""Apaa
Azzrafiq merasa lega karena sudah mengantar Magika ke klinik meskipun luka memarnya tadi di klinik hanya ditindak dengan dioles salep saja, tapi hatinya sudah lega karena sudah tanggung jawab pada Magika. Dia mengantar wanita itu ke parkiran, memastikan lagi, apa wanita itu bisa membawa motornya sendiri dengan tangan yang memar?"Aku bisa kok Azz, lihat nih." Kata Magika seraya memegang stang scooter vesvanya, meskipun sebenarnya ada rasa ngilu di tangan yang memar karena adanya tekanan untuk menancapkan gas.Azzrafiq ingin percaya pada Magika, tapi rasanya tak gentle jika membiarkan wanita itu pulang sendirian dengan tangan yang terluka karena dirinya, apalagi hari sudah gelap. Lagi pula dia tak keberatan untuk mengantar Magika pulang."Aku anterin kamu pulang ya Gee." Kata Azzrafiq."Terus nanti kamu pulangnya gimana coba? Aneh-aneh aja, aku bisa kok Azz."Azzrafiq menggendong tubuh Magika, agar wanita itu berpindah dudukya jadi di belakang, tentu saja Magika protes tapi tak dihirau