Share

Kekasih Simpanan
Kekasih Simpanan
Penulis: PIPIT

Kembali pulang

[Kenapa enggak boleh? Cepat atau lambat mereka juga pasti tahu hubungan kita. Pokoknya aku jemput sekarang]

Senyum Yusra seketika terbit. Namun, lenyap kembali dalam hitungan detik. Pesan dari kekasih hatinya dibaca berkali-kali. Gadis itu ingin membalas 'iya', tetapi dia urungkan. Karena ingin memberikan kejutan pada orang tuanya. 

Kini, Yusra berdiri di samping sebuah koper besar, dengan gamis cream dan dipadu jilbab senada tampak begitu indah melekat di tubuhnya. Dia tersenyum, seakan memberi sambutan untuk diri sendiri. Karena sudah tiba di kota kelahirannya. 

Embusan angin menerpa wajah Yusra, jilbab yang dikenakannya berkibar-kibar. Dihirupnya napas panjang berkali-kali sambil tersenyum dan menutup mata sejanak. Dalam hati Yusra begitu riuh, bukan main rindunya sebentar lagi akan tuntas. 

Gadis itu kembali tersenyum dan merasa lega sampai dengan selamat. Jauhnya jarak perjalanan membuat Yusra kelelahan. Sesekali Gadis itu mengamati perubahan bandara, seingatnya dulu ketika dia bertolak ke Ibu Kota, bandara tak sekeren seperti saat ini. 

Jakarta merupakan tempatnya membuktikan siapa Yusra Fikriya, seorang penyanyi yang mulai merintis karier. Sedangkan di kota yang sering dirindukannya ini selalu memberikan suasana hangat bagi hati Yusra. Warganya, budaya, makanan khas. Ah, banyak lagi rasanya yang tak habis untuk menguraikan kelebihan kota ini. 

Hampir tiga tahun, gadis itu tak pulang kampung dengan alasan sibuk skripsi dan terakhir sibuk bekerja. Kerinduannya terasa kian menggumpal ketika kekasih hatinya turut pulang ke kampung halaman. . 

Dari kejauhan, Yusra masih menatap bandara yang masih tampak ramai. Karena banyaknya pengunjung hari ini yang menjemput sanak kerabatnya sepulang umrah. Sepanjang jalan, Yusra berdecap kagum, begitu banyak yang berubah dari kota ini. Gerai-gerai makanan cepat saji, bangunan baru yang terlihat megah seolah meyakinkan bahwa kota yang selalu dirindukannya ini banyak kemajuan. 

Ada banyak kerinduan yang dipendamnya selama merantau. Jika ditanya apa yang membuatnya paling rindu? Tentulah tumpukan rindu Yusra pada orang-orang terkasih di kota ini.

Kepulangan Yusra kali ini, akan memberikan kabar bahagia. Rencana lamarannya dengan sang kekasih, Ervin Pengestu sudah tersusun rapi. Yusra rasanya tak sabar untuk segera tiba dan membicarakan lelakinya pada ayah dan ibu. Seseorang yang sudah mau bersabar menungguinya sampai saat ini. 

Ah, laki-laki itu selalu membuatnya jatuh cinta. Bisa dibilang dia adalah cinta pertama Yusra, teman seangkatannya dahulu saat mereka masih berseragam putih abu-abu. Meski tak ada ikatan, tak ada jalinan kepastian, hubungan mereka pun tak begitu akrab layaknya anak seusianya yang biasa disebut dengan pacaran. 

Di kota monas, Ervin mendatangi Yusra. Laki-laki berusia dua puluh lima tahun itu datang untuk melamarnya, mengajaknya pulang ke kota ini. Sayangnya, gadis itu sudah terikat kontrak kerja, yang mengharuskannya tetap bertahan untuk sementara waktu di Jakarta. 

Kini, Yusra pulang karena kontrak kerjanya sudah selesai. Selain menagih janjinya pada sang kekasih, dia juga ingin minta pendapat ibunya; apakah dia harus tinggal di kota ini? Atau dia akan kembali ke Jakarta? Atau juga bila sudah menikah nanti, dia akan mengikuti di mana suaminya tinggal. 

Tak terasa go car yang membawa Yusra menepi, memasuki rumah sederhana bercat kuning gading. Diucapkannya terima kasih pada pengemudi, lalu memberikan bintang lima di aplikasi tempatnya memesan go car. 

Setelah turun dari mobil, Yusra tercenung sejenak melihat lingkungan di rumahnya yang ramai karena anak-anak belajar mengaji. Benar-benar tak berubah, gumam Yusra. 

Halaman yang luas masih tertata rapi dengan deretan pot bunga kreasi dari tangan ibu. Ayah juga masih mengajar mereka semua dengan suka rela. Satu-satunya yang berbeda dari halaman rumah adalah bertambahnya sebuah musala, dan di sampingnya juga ada bangunan kecil. 

Ayah Yusra, meskipun jumlah muridnya tak melebihi hitungan jari-jari seluruh tangan-kaki satu orang, tetapi tetap saja ayahnya mengajarkan anak-anak penuh semangat. 

"Ndak apa-apa, semoga perkara kecil ini menjadi amal ibadah kita," ucap ayahnya saat pertama kali Yusra mengeluh tak bisa tidur siang karena berisik. 

Terkadang Yusra malu sekali bila ingat saat itu, begitu jauh perbedaan perangai Ayah  dengannya. Ayahnya terkenal sebagai pribadi yang tegas, berwibawa dan penuh kasih sayang tanpa pamrih. Sedangkan Yusra, gadis yang sejak kecil sudah nakal itu, kerap membuat malu ayahnya. Sebagai anak seorang ustaz kelakuannya pun pasti ikut ter soroti masyarakat. 

Yusra masih bergeming tak jauh dari teras rumah, meskipun beberapa anak menatapnya heran, dia tak peduli. Gadis itu sengaja berdiri sebentar sambil mengulang kenangannya semasa kecil di halaman rumah itu. 

Di pojok sana, Yusra pernah sembunyi di balik susunan batu bata. Karena ketahuan berbohong puasa saat dia berumur sembilan tahun. Di halaman tempatnya berpijak, dia pernah terjatuh dari sepeda. Petaka kecil untuk anak yang baru belajar bermain sepeda. Namun, mampu membuat ayahnya cemas. Digendongnya Yusra kecil  lalu diobati luka yang tak seberapa itu. 

Rasanya tak cukup waktu sehari bila Yusra ingin menceritakan kenangannya. Maka dia pun bergerak memasuki teras.  "Assalamualaikum," sapanya pada Ayah, yang sedang asyik membaca Al-Quran. Namun, sekian detik menunggu ayahnya tak juga merespons salam. 

Sebentar lagi memasuki waktu Asar, anak-anak berlalu-lalang ada yang berwudu, ada juga berlarian ke musala untuk mendapatkan shaf paling depan. Yusra mengulangi salamnya. 

"Assalamualaikum." Salam Yusra dijawab kembali anak-anak di sekitarnya. 

Mata Yusra memindai ke sekeliling, dia tak tampak kalau kedua kuping ayahnya memakai earphone. 

"Assalamualaikum."  

"Waalaikumsalam." Suara dari balik dinding sebelah. Seorang laki-laki berjalan pelan tak jauh dari ayahnya. Dia tersenyum dan mempersilakan Yusra masuk.

Siapa dia? Apa dia tak mengenaliku? Apa aku terlihat seperti tamu? Batin Yusra. 

Tak ingin membuang waktu, Yusra langsung masuk ke teras dan memeluk ayahnya. Laki-laki berumur lima puluh empat tahun itu terkesiap. Dia tersenyum, mengangguk-angguk, lalu melepaskan aerphone-nya serta menutup kalimah mengaji. 

"Ayah, Yusra kangen," katanya sambil memeluk. 

Ayah balas memeluknya, entah beberapa lama. Sementara laki-laki muda dengan wajah kebingungan masih menatap mereka. 

"Ibu mana?" tanya Yusra setelah melepas pelukannya pada ayah. 

"Ke rumah Bude. Kamu kenapa ndak bilang mau pulang?" 

"Kan kejutan, Yah. Oh, Ya, Abang Izzan mana?" tanyanya manja. 

"Abangmu biasa, main. Oh, ya, ini Yusra. Anak Bapak yang pernah diceritakan kemarin." Ayah merapikan Al-Qurannya seraya menatap sekilas laki-laki yang sedari tadi berdiri. 

"Itu, Idham Cholid. Dia yang bantuin Ayah di sini." Yusra memberikan seulas senyum lalu menundukkan pandangannya. 

Setelah puas berbasa-basi Yusra beranjak masuk ke rumah, meninggalkan ayah dan Idham yang hendak salat Asar. Dia lekas ke kamar, kemudian mandi menyegarkan tubuh, lalu membereskan pakaiannya dari koper.  

Yusra berbaring melepaskan penat, setelah menempuh perjalanan jauh. Di kasur empuk itu khayalannya melayang jauh ke sosok Ervin. Sebentar lagi, laki-laki itu akan mengubah statusnya menjadi seorang istri. Yusra berharap semoga jalan menuju pernikahannya dilancarkan. Walaupun pertemuannya terbilang singkat, belum membicarakan banyak hal mengenai masa depan. Namun setidaknya, keberanian dan kesabaran Ervin menunggunya sudah membuat Yusra cukup yakin. Dialah laki-laki yang Yusra mau menjadi pendampingnya. 

Ervin Pangestu, namanya sering disebut Yusra, tidak hanya dalam doa tiap malamnya, tetapi juga dalam setiap keputusan yang ingin diambil Yusra. Sekian lama terpisah jarak, agaknya rindu Yusra begitu menggebu. Ah, rasanya gadis penyuka cokelat itu, tak sabar untuk bicara kepada ayah dan ibu tentang maksud kepulangannya kali ini. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status