Share

Pertengkaran kedua

   Masa yang tidak akan pernah terulang dan jika ada mesin untuk mengulang waktu, Youmna akan menghindari masa-masa itu dan bahkan Ia tidak pernah ingin mengenal Kai kembali meski dalam raga yang berbeda.

   Perasaan benci yang tidak pernah bisa terobati ini apakah akan selamanya seperti ini?

   "Youm, sebelum ambil keputusan coba pikirin matang-matang." ucap Kai dengan tenang.

   "Apa yang harus gua pikirin berulang-ulang. Lu itu...." kalimat Youmna terhenti Ia tidak tega mengucapkan perkataan yang bisa lebih-lebih menyakiti Kai.

   "Kenapa? Playboy. Tukang bully. Sok ganteng. Sok kaya! apa lagi kejelekan yang ada di dunia ini semua ada di seorang Kai!" Kai mencaci dirinya sendiri.

   Youmna menatap Kai yang sedang menyetir itu dengan tatapan nanar, Ia sebenarnya tidak ingin mengatakan kejelekan diri Kai di masa lalu yang telah menyakiti hatinya, namun pria itu malah menggalinya sendiri.

   "Dan Kai itu iblis. Nggak bisa berubah dengan kesombongannya!"

   Mendengar perkataan yang dilontarkan Kai bukan membuat Youmna tambah marah dengan nada bicara yang penuh dengan emosi tersebut, namun malah membuat hati Youmna tergerak untuk merasa iba pada diri Kai dan menimbulkan sebuah tanya yang penuh dengan kebimbangan.

   Dia manusia, bagaimanapun juga bisa berbuat salah dan dosa?

   Dia manusia yang di dalam darahnya masih terselip sifat setan, dan tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di muka bumi ini selain Rasullullah SAW.

***

 Setelah diantar Kai pulang dengan selamat, Youmna tidak lupa untuk meninggalkan rantangnya yang berisi kue ubi itu di dalam mobil milik Kai.

   Dengan segala perdebatan yang terjadi tadi Youmna berjalan lunglai menuju ke kamarnya, setelah sampai kamar pun Youmna tidak langsung berisitirahat di kasurnya tapi lebih memilih duduk di depan jendela kamarnya.

   Menarik nafas dan menikmati udara siang hari yang benar-benar membuat tubuh untuk bisa tidur siang dengan nyenyak. Menikmati hilir-mudik para pengendara melalui indera penglihatannya dan burung-burung yang hinggap di ranting pohon.

  Drett...

Suara smartphone Youmna berbunyi, tanda ada seseorang yang mengirimkannya pesan dari I*******m.

   [@yuyun : Gimana kabar. Udah balik tah?]

   Youmna yang tidak asing dengan seseorang ini pun langsung membalas pesannya.

   [Baik, udah kok]

   [sekarang dimana?]

   Tidak lama dari Youmna membalas pesan wanita itu, wanita itu langsung membalasnya secepat kilat.

   [@yuyun : Masih disinilah, dimana lagi gue wkwk]

   [@yuyun : nanti kapan² kita ketemuan ya. kangen youngieku]

   Youngie adalah panggilan kesayangan teman-teman sekolah Youmna serta terkadang itu menjadi panggilan kesayangan dari Yardan untuk Youmna, namun sekarang Yardan jarang menggunakannya.

   [Oke sayangku]

   Percakapan mereka terhenti sampai disana, Yuyun yang bernama asli Yunsri itu adalah teman akrab Youmna dimasa SMP. Selalu berada dikelas yang sama selama tiga tahun berturut-turut membuat mereka seperti saudara dan sama-sama anak yang dikenal kutu buku dan culun.

   Entah sekarang nasibnya sudah seperti apa, yang Youmna tahu Ia telah bekerja di perusahaan yang bisa menghargai dirinya dan menurutnya juga itu adalah perusahaan terbaik yang pernah Ia temukan.

   Yunsri tidak pernah menyebutkan nama perusahaannya meski Youmna tanya berkali-kali, Yunsri hanya membicarakan kebaikan-kebaikan bos besarnya dari membantu membiayai kuliahnya serta kebutuhan hidupnya.

   Sempat terlintas dipikiran Youmna, itu bos atau suami?.

Ditambah Yunsri tidak pernah menjawab jika ditanya pekerjaan mu apa? semakin menambahkan list curiga Youmna pada sahabatnya itu.

      ***

   Seperti biasa Youmna selalu berada di kamarnya menatap keadaan luar dari dalam jendelanya, kali ini pemandangan malam yang tercipta.

   [20:30]

   Ia lihat sudah jam setengah sembilan Yardan baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah, "Malem banget, ada urusan apa sih bang. Kusut bener kelihatannya," gumam Youmna yang melihat Yardan berjalan dengan letih untuk masuk ke dalam rumah.

   Namun Youmna tidak ingin menghampirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan membuatnya tambah lelah, Ia memilih untuk tetap diam di kamar dan tidak menyambut Yardan pulang.

   "Assalamualaikum, dek."

   Terdengar suara Yardan dari balik pintu, Youmna yang heran seketika juga lekas membuka pintu kamarnya.

   "Waalaikumsalam."

   Baru saja Youmna membuka pintunya sedikit, Yardan mencoba untuk membuka pintu kamar Youmna dengan kasar. Yardan pun langsung masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kasur milik Youmna, Youmna hanya dapat melihat tingkah Yardan dengan bingung.

   Diam. Hanya itu yang dapat Youmna lakukan sambil melihat tingkah Yardan dari depan pintu kamarnya yang terbuka dan masih dalam keadaan tubuh yang berdiri. Youmna belum bisa membuka suara untuk sekedar bertanya mengenai keadaan Yardan saat ini.

   "Dek, Kai batalkan investasi nya!"

   "Ha?" Youmna sontak kaget dengan apa yang telah Ia dengar saat ini, pernyataan dari Yardan yang mungkin juga adalah alasan Ia saat ini terlihat kusut.

   "Mau cari investor kemana lagi dek, yang mau diajak kerjasama?" kali ini terdengar nada pusing Yardan.

   "Bang..."

   "Dengerin abang dulu ya," keluh Yardan dengan memotong perkataan Youmna.

   Yardan berbicara dengan menatap langit-langit kamar, "Abang itu punya mimpi buat punya usaha tanpa bantuan ayah, Abang pengen ngerasain susahnya cari investor. Kamu kan tau usaha Abang masih rintisan. Abang butuh modal besar tanpa pinjam di bank." Yardan mengelus pelipis matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status