Share

Antara keinginan Yardan dan kemurkaan Kai

  Youmna terduduk dari berdirinya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap tubuh Yardan yang terbaring di kasur.

   "Selama ini kan ayah udah banyak bantu Abang dan kamu juga. Abang pengen mandiri, pengen ngerasain susah biar sewaktu-waktu Abang nggak di tampar oleh keadaan yang buat Abang nggak bisa ngelakuin apa-apa."

   "Waktu kita nggak selamanya. Kamu sadar kan dek?" lanjut Yardan dengan tanya.

   Youmna hanya mengangguk meng-iya-kan apa yang dikatakan oleh Yardan.

   "Hidup juga berputar dek, Abang nggak mau disaat roda Abang dibawah malah buat Abang sombong."

   "Bang, kita buat kedai pinggir jalan aja yuk dengan modal seadanya. Youmna bantu ya?"

   "Kayanya dari pada cari investor, lebih baik dirintis dari awal banget bang. Kerja kerasnya lebih kerasa." Youmna berusaha menyakinkan Yardan dengan usulnya.

   Youmna mengerti impian Yardan, meski Yardan sudah memiliki penghasilan tapi tetap Ia tidak ingin terlalu merepotkan Bagas untuk usaha baru yang ingin Ia buka. Tidak ingin terlalu manja pada kedua orangtuanya meskipun Ia tahu harta warisan kedua orangtuanya nanti tidak akan membuat Ia miskin sampai tujuh turunan.

   Menjadi kaya adalah sebuah anugerah yang hanya sebagian orang saja bisa merasakannya ditambah kasih sayang mereka tanpa henti dan support Youmna yang selalu membuat Yardan bangkit dari terpuruknya.

   "Iya dek, Abang juga sempat mikir kaya gitu tapi..." Yardan bangkit dari tidurnya dan langsung menatap Youmna yang sedang duduk di depan pintu kamar.

   "Abang kan sibuk, kamu kan tau Abang lagi ngurus usaha ayah."

   "Youmna yang jadi karyawan Abang, gimana?"

   "Aduh, nanti kamu dimarahin ayah. Lagian kamu kan lagi dicarikan calon biar nikah aja!"

   "Huft, kok gitu sih. Baru aja pulang udah mau diambil orang," seru Youmna dengan nada kesal.

   "Dek, ayah itu bener. Nggak mau liat kamu hidup susah, kalo Abang kan calon kepala keluarga jadi harus rasain pahit manisnya biar berpengalaman dan bisa lindungi istri Abang," jelas Yardan dengan senyuman manisnya pada Youmna.

   "Bang dibalik suami yang hebat itu terdapat istri yang hebat juga," jelas Youmna seolah Ia membela dirinya untuk merasakan kesusahan yang Yardan rasakan.

   "Dek, istri yang hebat itu bukan dia yang lantang dan tau jenis permasalahan laki-laki. Cukup dukung, beri kasih sayang, dan selalu ada di masa-masa baik dan buruknya. Kamu, dituntun sama ayah buat jadi istri yang baik. Cukup di rumah aja, kalaupun mau menghasilkan uang ya cari kesibukan yang bisa menghasilkan uang di dalam rumah." tegas Yardan.

   "Ingat ya dek, ayah ngirim kamu sekolah di sekolah yang bagus itu bukan untuk jadi wanita karir dunia, tapi lebih untuk berkarir akhirat. Maka ayah selalu marah kalo kamu nggak berhijab, mungkin itu juga alasan ayah nggak ngebolehin kamu keluar rumah!" 

   "Segitunya kah bang?" sedih Youmna, membuat Ia mengingat suatu tragedi dimana Bagas sangat marah ketika Youmna hanya mengenakan baju berlengan pendek dan celaka hotpants ke luar rumah.

   Bagas selalu berkata 'ayah tidak mengajarkan kamu untuk jadi anak berpenampilan vulgar!' dalam pandangan Bagas tentu saja Ia tahu bagaimana mata laki-laki nakal memandang Youmna dengan nafsu.

   Bagas tidak memaksa Youmna untuk berhijab namun, dengan syarat Ia harus selalu di rumah tanpa teman laki-laki dan berpakaian apa saja semau Youmna tapi tetap di dalam kamar.

   Didikan itu yang membuat Youmna tidak memiliki banyak teman apalagi laki-laki, Ia tertutup dari dunia luar tapi Ia cerdas karena Bagas sering membelikan Youmna buku-buku untuk Ia belajar.

   Dunia tidak banyak mengenalnya, hanya orang-orang tertentu yang Bagas kehendaki untuk melihat gadisnya itu dan itu hanyalah  Kai.

   "Gimana kamu sama Kai dek?" tanya Yardan.

   "Youmna minta dia batalkan perjodohan, bang," Youmna menjawab dengan nada ragu, Ia takut salah menjawab.

   "Ya Allah," ucap Yardan dengan nada menekan.

   "Awal tadi aku mau tanya, apa alasan Kai membatalkannya, apa ini ada hubungannya sama paksaan Youmna tadi siang?"

   "Dek, apa alasan kamu nggak mau sama Kai?"

   Youmna terdiam sejenak lalu berkata, "Benci!".

   "Ha? apa yang kamu benci dari dia?" tanya Yardan heran.

   Youmna hanya terdiam Ia tidak ingin Yardan tahu masa lalu Kai yang menurutnya sangat hitam, Ia tidak ingin membuat semua orang yang mengenalnya dengan baik berubah menjadi kebencian untuknya.

   Bagaimana pun Kai juga manusia, Ia harus bahagia tanpa bayangan masa lalu, cukup dirinya dan korban yang lainnya yang membenci diri Kai.

  "Nggak bang Youngie bercanda, aku nggak bisa menikah dengan orang yang nggak aku cintai."

   Yardan kini bangkit dari duduknya dan menghampiri Youmna, kini keduanya sama-sama duduk di lantai yang tak beralas itu. Duduk sejajar berhadapan, Yardan memegang bahu Youmna dan menatap kedua mata Youmna dengan penuh kasih sebagai seorang kakak yang sangat mencintai adiknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status