Bab 47
"Sial! Sial! Kenapa semua jadi begini?! pekik Regan berulang-ulang.
Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding. Pintu kamar putrinya sudah terkunci dari dalam. Tak ada tanda-tanda akan terbuka. Dengan tubuh lesu, dia pun segera beranjak menuju kamarnya sendiri.
Pandangannya lantas tertuju pada pintu penghubung berwarna ungu. Tangannya sudah bergerak akan membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Namun suara isakan membuatnya tertahan. Kakinya seakan tak bisa di gerakkan untuk melangkah lebih lanjut.
Salwa menangis!
Suaranya terdengar sangat memilukan, membuat hati Regan serasa tercabik. Sebelumnya tak pernah gadis itu sesedih ini, bahkan ketika mommynya meninggal dunia waktu itu.
"Aku sudah menyakitimu, Little Girl. Bagaimana cara Daddy menebus rasa bersalah ini?" keluhnya seperti orang yang putus asa.
<Bab 48Regan mencengkram bahu mulus itu kuat-kuat saking emosinya. Dia tak menghiraukan Salwa yang meringis lantaran tak bisa bergerak. "Dengar ya, Daddy dan tante Shafira itu hanya rekan kerja, satu tim. Daddy, om Armand dan tante Shafira. Kami memang dekat, tapi tidak ada hubungan spesial!" "Bohong!" teriak Salwa. Dia mengibaskan tangan daddynya kasar. "Percayalah, Sayang. Daddy hanya mencintai mommymu. Dan Daddy tidak pernah berpikiran suatu saat akan melabuhkan hati kepada wanita lain. Daddy hanya ingin menjagamu ...." "Ya, itu karena Daddy menganggap aku reinkarnasi mommy. Aku tidak sudi, Dad." "Oke, oke.Sekarang apa mau kamu?" Akhirnya Regan memilih mengalah. "Izinkan aku menerima cinta Kak Rendy," ujar Salwa berapi-api. Sekarang gadis itu sudah berhasil membebaskan tubuhnya dari kungkungan lelaki yang ia panggil Daddy. Regan terlihat menyeramkan jika sedang marah. Tanpa sadar, Salwa bergidik ngeri. "Rendy, siapa dia?" Dada lelaki itu mendadak berdebar. "Dia adalah lelaki
Bab 49"Saya pikir, Nona Salwa sudah cukup dewasa. Namun, semuanya berpulang kepada diri tuan sendiri. Tuan yang paling tahu apa yang terbaik untuk Nona Salwa," jawab Shafira diplomatis. Dia tidak mau ambil resiko salah menjawab.Putrinya baru berusia lima tahun dan dia belum berpikir sejauh itu. Saat ini dia hanya fokus untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin sebagai bekal pendidikan putrinya."Iya." Regan berusaha menekan sesak di dadanya. "Aku sedang berpikir untuk memberinya kesempatan, tapi entah kenapa aku masih ragu. Aku tidak tahu siapa laki-laki itu. Lagipula Salwa masih kuliah....""Apa tidak sebaiknya Tuan mencoba untuk mengenal teman laki-laki Nona Salwa, supaya hati Tuan menjadi yakin?" usul Armand."Ya, nanti aku akan mencoba berbicara dengan Salwa," sahut Regan.Lelaki itu menoleh kepada Sha
Bab 50Hari menjelang malam ketika Salwa sampai di apartemen. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya gadis itu mengeluh. Pertemuannya barusan dengan Rendy sudah menunjukkan bahwa lelaki itu bukanlah tipe lelaki idamannya. Rendy memang gagah, tampan, muda dan berprestasi di kampus, tetapi bukan itu yang dia inginkan. Dia merasa tak nyaman. Entah kenapa dia tak menemukan kedewasaan di dalam diri pemuda itu. Tidak seperti daddynya."Ah, kenapa aku jadi membandingkan antara Kak Rendy dengan daddy Regan sih? Ya, jelaslah beda. Umurnya saja jauh berbeda. Wajarlah kalau daddy Regan bisa bersikap dewasa dan ngemong." Gadis itu menggelengkan kepala saat ia berhasil membuka pintu. Dia segera masuk apartemen dan menutup pintunya kembali.Salwa langsung masuk kedalam kamarnya, meletakkan tas selempang dan sebuah map yang tadi diterimanya dari Adrian di pembaringan. Setelah itu menyambar handu
Bab 51"Daddy...." Berulang kali Salwa mendesah.Gadis itu pun merasakan hal yang sama. Tubuh yang seperti tersengat aliran listrik ratusan volt membuatnya mendadak beku. Otaknya mengumandangkan alarm tanda bahaya, tetapi tak ia hiraukan. Kenyamanan ini sungguh membius, meskipun sentuhan Regan kali ini sangat jauh berbeda, dibandingkan dengan sebelumnya."Apa yang sudah terjadi padaku? Kenapa semuanya terasa begitu memabukkan?" keluh Salwa."Sweety," bisik Regan."Salwa tersentak kaget. "Sweety?""Yes. Bolehkah Daddy memanggilmu, Sweety?""Memangnya Daddy sudah bosan memanggilku Little Girl?" rajuknya."Karena kamu sudah besar, cantik dan bisa menggoda Daddy-mu ini," bisik Regan. Dia sengaja meniup telinga gadis itu, membuat Salwa merasa kegelian.
Bab 52"Aku tidak tahu, Dad," bisiknya. "Aku hanya ingin terus dekat dengan Daddy, apapun statusnya ""Kita ganti status sekarang ya?" Regan mengacungkan jari kelingking, menautkan di jari kelingking gadis itu. "Dulu jadi ayah dan anak, kini menjadi sepasang kekasih?"Salwa tak menjawab, malah menyurukkan wajahnya yang memerah malu di dada bidang Regan.Tiba-tiba terdengar suara bel berdering. Salwa teringat dengan pesanannya beberapa saat yang lalu."Dad, tolong buka pintu. Itu barangkali kurir yang membawa makanan pesananku," ujar Salwa. Dia merasa panggilan itu seperti penyelamat buatnya. Rasa malu akibat perkataan frontal Regan seakan-akan membuatnya sesak nafas.Regan bangkit dari pembaringan. Lelaki itu meringis merasakan selangkangannya yang terasa ngilu akibat mencumbui gadisnya. Baru beberapa saat yang lalu keduanya mengikrarkan diri menjadi sep
Bab 53Setiap pagi, di saat bangun tidur dan pertama kali membuka mata, berada di dalam posisi sedang memeluk orang yang kita cintai adalah hal yang terindah. Betapa semua hal tentang Salwa membuat Regan merasa nyaman.Memeluk, mencium kening dan mengucapkan selamat pagi pada kekasihnya adalah momen manis yang menghiasi hari-harinya kini. Regan sangat menikmati, meskipun terkadang siksaan itu menderanya. Ya, apalagi kalau bukan siksaan hasrat setiap kali ia mencumbui gadisnya.Airin sudah berpulang kurang lebih sebulan dan selama itu juga ia harus berpuasa dari kenikmatan surga dunia. Dia harus mati-matian meredam gejolak batin yang seakan membunuh kewarasannya. Dia harus menyadari, Salwa adalah kekasihnya, bukan sugar baby, wanita tempat bersenang-senang."Hari ini kamu mau diantar Daddy atau pakai mobil sendiri?" tawar Regan saat mereka berdua tengah sarapan.
Bab 54 Gadis itu berdiri sejenak, berusaha mengumpulkan oksigen sebanyak-banyaknya, lantas menghembuskan kembali. Setelah merasa lebih tenang, diapun menyeret kakinya masuk melalui teras dan berakhir di ruang tamu. Seorang wanita tua nampak berjalan perlahan dengan dua orang anak kecil di belakangnya. "Bunda Khadijah," gumam Salwa. Sosok wanita tua itu masih bisa dia kenali, meskipun kini kerutan itu kian nampak dan banyak. Wajah itu masih saja seperti dulu, teduh dan menenangkan siapa pun yang memandangnya. "Anak ini siapa ya?" Perempuan tua itu mendekat dan berdiri di hadapan Salwa. Jantung Salwa terasa berdegup lebih kencang. Dia menatap sayu perempuan yang telah merawatnya sejak bayi itu. "Apakah Bunda ingat, seorang anak kecil berumur ti
Bab 55Regan membaringkan tubuh kekasihnya di pembaringan nan empuk. Salwa merasakan tubuhnya seperti melayang menyentuh awan. Perlakuan Regan sungguh manis dan membuatnya terbius.Matanya sayu menatap wajah Regan. Wajah itu penuh kabut, menggelap dalam gairah. Gadis itu bergidik. Suasana semakin mencekam. Salwa seolah hewan buruan yang menanti eksekusi dari pemburunya."Terimalah hukuman dariku, gadis nakal" Lelaki itu seketika meraup wajahnya, menghujaninya dengan ciuman tanpa jeda, mengabsen setiap inci wajahnya hingga satu desahan lolos dari bibir Salwa."Udah, Dad. Udah," tegur Salwa. Jangan membuatku takut."Salwa merintih pelan. Bibir lelaki itu kini turun ke lehernya, mengecupi kulit mulus itu, menciptakan jejak kepemilikan disana. Salwa meremas sprei kuat-kuat. Area lehernya terasa seperti sedang di gigit semut.