Share

5). Menghindar

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-05-10 08:14:21

***

"Nginep di rumah Oma," ungkap Alnaira to the point. "Enggak tahu kenapa hari ini tuh aku mendadak kangen Oma dan kayanya aku pengen nginep. Jadi aku enggak akan pulang ke rumah. Enggak apa-apa, kan?"

"Oma yang mana?" tanya Regan. "Oma Dara apa Oma Rara? Sama Gema enggak ke sananya? Lumayan jauh juga, kan, dari kampus kamu."

Mendengar pertanyaan beruntun dari sang papa, Alnaira menghela napas sebelum kemudian buka suara untuk memberikan jawaban.

"Oma Rara, Pa, dan aku kayanya sendiri aja karena Gema udah aku minta pulang duluan," kata Alnaira. "Enggak apa-apa kok, aku berani."

"Lho, kenapa enggak bilang sama Papa aja kalau gitu?" tanya Regan. "Kamu perempuan lho, Na, dan ini udah mau setengah sembilan. Masa sendiri? Tunggu deh ya di sana biar Pap-"

"Enggak usah, Pa," potong Alnaira dengan segera. "Aku bisa sendiri kok. Lagipula aku bukan anak kecil."

"Ya emang bukan, tapi kamu anak gadis Papa, Nana," ucap Regan. "Papa khawatir kalau kamu sendiri. Takut ada apa-apa."

"Doainnya semoga aku baik-baik aja dong," kata Alnaira. "Gini deh kalau seandainya Papa khawatir dan mungkin enggak bisa tenang, aku nyalain gps di hp aku biar Papa bisa tahu posisi aku. Gimana?"

"Hm, gimana ya?" tanya Regan—membuat Alnaira dilanda degdegan, karena khawatir tak diizinkan.

"Aku aman, Pa," ucap Alnaira. "Lagian aku nanti bisa pilih taksi yang bagus dan nyaman kok. Papa enggak usah khawatir. Ya?"

"Beneran enggak usah Papa antar nih?" tanya Regan memastikan.

"Enggak usah," kata Alnaira. "Habis ini aku nyalain GPS di hp aku biar Papa bisa mantau posisi aku."

"Ya udah kalau gitu hati-hati," kata Regan. "Meskipun Papa bisa pantau kamu lewat hp, nanti sampai di rumah Oma tetap hubungin Papa ya? Soal kamu yang nginep, nanti Papa sampein juga ke Mama. Kebetulan Mama lagi bahas toko sama Anes."

"S****p."

"Hati-hati," ucap Regan yang dengan segera dijawab oleh Alnaira.

"Siap, Komandan."

Tak memperpenjang obrolan, selanjutnya Alnaira memutuskan sambungan telepon. Tersenyum tipis sambil kenurunkan ponsel dari samping telinga, perlahan dia beranjak untuk kemudian pergi menuju post satpam.

Memesan taksi online, Alnaira menunggu selama beberapa menit sebelum akhirnya memulai perjalanan ke rumah sang Oma hingga setelah hampir lima puluh menit di jalan, dia tiba dengan selamat di tempat tujuan.

Mengirim pesan pada Regan sebelum bergegas menuju pintu, Alnaira tersenyum tipis hingga setelah pesan pada Regan terkirim, dia menekan bel yang tersedia di samping pintu dan tanpa perlu menunggu lama, pintu besar di depannya terbuka—menampilkan seorang perempuan dengan keriput di wajah yang begitu kentara.

"Oma."

Disambut Aludra—sang Oma, sapaan tersebut langsung dilontarkan Alnaira dengan senyumannya dan tentu saja sapaan darinya terbalas.

"Cucu Oma yang cantik," sapa Aludra. "Papa kamu telepon Oma tadi. Katanya cucu cantik Oma mau nginep ke sini makanya Oma sengaja nunggu di ruang tamu buat nyambut."

"Ya ampun Oma manis banget."

"Manis kaya kamu?"

"Iya."

Tersenyum, selanjutnya Alnaira dibawa masuk ke dalam rumah. Ditanya perihal makan, Alnaira menjawab apa adanya yaitu belum, sehingga setelahnya dia pun diminta untuk mandi bahkan mengganti pakaian sebelum nantinya makan ditemani Aludra.

Waktu berlalu, Alnaira keluar dengan piyama bermotif boneka. Sering menginap, dia memang dan para cucu yang lain memang memiliki kamar tersendiri di rumah sang Oma sehingga ketika menginap, mereka tak perlu membawa baju ganti.

"Makan yang banyak, Cucu cantiknya Oma," ucap Aludra ketika sekarang Alnaira memulai kegiatan makan malam. "Tahu kamu ke sini, Oma masakin makanan kesukaan kamu tadi."

"Hehe, dadakan, Oma," kata Alnaira. "Tadi pas di kampus, aku mendadak kangen Oma. Jadi ke sini deh."

"Tinggal aja di sini kalau kangen terus. Bosen juga yang ditemuin tiap hari cuman Opa," kata Aludra—membuat Alnaira tersenyum.

Merasa sedikit membaik, itulah perasaan Alnaira setelah mengobrol banyak dengan sang Oma hingga sekitar pukul sepuluh malam, perintah untuk beristirahat pun didapatkannya sehingga Alnaira pun bergegas menuju kamar.

Tak langsung tidur, kegiatan Alnaira setibanya di kamar adalah duduk di pinggir kasur sambil memikirkan lagi ucapan Gema beberapa waktu lalu dan ya ... dirinya mulai resah.

Berteman sangat dekat dengan Gema semenjak masuk dunia perkuliahan, Alnaira tak punya banyak teman laki-laki karena sikap putra sulung Devon yang terbilang possesif.

Selalu dilarang ketika dekat dengan laki-laki, itulah Alnaira sehingga ketika tiba di posisi seperti ini dia bingung.

"Gema pengen aku nikah sebelum dia, sementara pernikahannya sama Anes pasti digelar dalam waktu dekat," gumam Alnaira. "Duh, harus gimana ya? Masa aku sewa suami kontrak? Enggak banget."

Resah dan bingung untuk beberapa saat, setelahnya yang dilakukan Alnaira adalah diam hingga tak berselang lama sebuah nama muncul di benak—membuatnya dengan segera mengambil ponsel.

Mencari nama kontak orang yang tiba-tiba dia pikirkan, Alnaira dengan segera menekan panggil dan tanpa perlu menunggu lama, panggilannya dijawab—membuat Alnaira dengan segera buka suara.

"Halo."

"Kenapa, Na? Tumben banget telepon malam-malam begini."

"Maaf, Sky," ucap Alnaira tak enak. "Ganggu ya?"

"Enggak sih, cuman kaget aja. Takutnya ada apa-apa."

"Sekali lagi maaf deh ya," kata Alnaira. "Aku tadi tiba-tiba kepikiran kamu makanya langsung telepon."

"Kangen?"

"Enggak tahu, tapi aku tuh mau tanya sesuatu sama kamu."

"Apa?"

"Kamu udah punya pacar belum?"

"Pacar?"

"Iya," kata Alnaira. "Udah punya belum?"

"Kenapa mendadak nanyain itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Netty Kurnia
kuat na.. skrg cari cowo buat ajak nikah.........
goodnovel comment avatar
Bhoenciz Poenya
bingung yha mw nyari cwok dimna? wkwkwkk oma rara emnh terbaik na
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   147). Alnaira Menyerah?

    ***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   146). Bercerita pada Sky

    ***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   145). Membongkar Rahasia

    *** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   144). Kedatangan Gema

    ***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   143). Alnaira Ikut Bahagia

    ***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   142). Gema Rindu Alnaira

    ***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   141). Undangan Pernikahan

    ***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   140). Apartemen Baru

    ***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   139). Sky yang Selalu Menghibur

    ***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status