“Jangan lari kau brengsek!”
Suara teriakan salah satu orang dari sekelompok pria yang berpenampilan seperti preman itu lantas membuat, Richard Branson berusaha berlari secepat yang dia bisa untuk melarikan diri dari para rentenir yang datang untuk menagih hutangnya.Hari ini tampaknya menjadi hari yang sial untuk Richard. Setelah uangnya gaji dari hasil pekerjaannya sebagai buruh konstruksi diambil oleh para rentenir Red Wings, kini dirinya dikejar oleh rentenir Money Black.Dua kelompok rentenir yang dipinjam uangnya sekitar 2 tahun yang lalu dengan jumlah 10.000 dollar untuk biaya pengobatan anaknya dan kesalahannya karena bermain judi.Richard berlari melewati gang-gang sempit yang berada di belakang pasar, dengan wajah yang sudah babak belur, ia berusaha untuk terus berlari sebelum mereka membunuhnya.Preman yang mengejarnya berjumlah 10 orang ditambah 5 orang dari pihak Red Wing's. Jika dirinya tidak bisa lolos hari ini maka tidak akan ada lagi hari esok untuknya bisa bernafas.Pembayaran sudah jatuh tempo sekitar 2 bulan yang lalu dengan jumlah bunga sebesar 15300 dollar. Jumlah yang sangat besar untuk Richard membayar dengan penghasilannya yang hanya kisaran 500 sampai 700 dollar.Malam yang gelap membuat para preman itu kesulitan mengejar Richard yang bergerak sangat cepat. Hujan turun sangat deras membuat darah mengalir di wajah Richard. Hampir 10 km ia berlari untuk menghindari para preman itu, membuatnya mulai kelelahan.Tidak kuat lagi untuk berlari, akhirnya Richard memutuskan untuk bersembunyi di sebuah tempat pembuangan baju bekas dengan harapan dirinya tidak ketahuan oleh para preman tersebut.“Dimana dia!”“Coba kalian cari ke arah pabrik kosong itu! Pasti dia bersembunyi di sana! Kau pergi ke arah depan! Aku akan mencarinya di sekitar sini!” ucap salah satu dari mereka yang merupakan ketua dari para preman itu.Pria yang berusia sekitar 45 tahun, tubuhnya sangat gagah dan penuh dengan otot itu memiliki tato disekujur tubuhnya sebagai sebuah jubah kebanggan. Dia terlihat sangat kesal karena tidak bisa menangkap satu pria lemah.“Ayo kita cari brengsek itu! Awas saja kalau ketemu! Akan aku cabik-cabik tubuhnya!” kejamnya sambil berjalan menuju gas sempit berukuran 4 meter yang begitu gelap bersama dengan satu anak buahnya yang mengikutinya dari belakang.Richard menyadari jika masih ada dua orang yang berjalan menuju arahnya. Sungguh situasi yang menegangkan untuknya. Dirinya tidak memiliki senjata apapun untuk melawan, sedangkan dua orang itu memegang senjata pisau dan pistol.“Pasti dia berada disekitar ini! Dia tidak akan bisa melarikan diri!” gumamnya sambil berjalan mengendap-ngendap menelusuri setiap sudut jalan sempit yang begitu gelap dan lembab.Aroma sampah dan aroma tahan seakan bercampur karena air hujan. Hanya dengan lampu senter ponsel mereka berhati-hati—tetap waspada agar bisa menemukan mangsanya. Langkah mereka bahkan tidak terdengar, seakan sudah terlatih untuk melakukan hal-hal seperti ini.Richard sudah terjebak—tidak bisa melakukan sedikit kecerobohan. Di dalam tempat sampah yang berukuran besar, Richard mencoba menyusun rencana kedua untuk bisa berhasil lolos dari dua preman itu.“Sepertinya dia tidak ada disini, Bos!” ucap pria bertubuh besar yang memegang senter, berjalan didepan.“Sial! Kemana orang itu! Kenapa hujan tidak mau berhenti, sialan!” ucap kesalnya sambil menendang botol kaleng bekas yang tergeletak di tanah—langsung mengenai tempat sampah dimana Richard berada di dalamnya.Seketika saat kaleng bekas itu mengenai tempat sampah, Richard tersentak—hampir membuat suara. Namun ia dengan cepat menutup mulutnya rapat dengan penuh ketegangan. Suara dua orang itu sudah mulai tidak terdengar dari dalam, tampaknya mereka sudah meninggalkan empat di mana Richard berada. Tidak ingin gegabah, Richard memilih tetap diam di tempatnya hingga benar-benar aman.Hampir 30 menit, Richard berdiam diri di dalam tempat sampah pembuangan baju bekas. Ia merasa di luar sudah aman karena tidak ada suara apapun hanya ada suara hujan dan gemuruh. Perlahan Richard membuka penutup tempat sampah—mengintip dengan kedua matanya—menelusuri sekitar hingga memastikan tidak ada satupun orang di sekitarnya.“Sepertinya mereka sudah pergi,” gumam Richard—menghela nafas lega, melangkah keluar dari tempat sampah.Richard mulai mencari sepasang baju yang masih layak untuk di pakai di dalam tempat sampah. Ini bukan pertama kalinya untuknya mengambil baju bekas yang masih layak pakai untuk diri sendiri, istri maupun anaknya.“Mengapa mereka membuang baju sebagus ini? Aku sungguh tidak mengerti dengan orang kaya, tapi aku juga akan melakukan hal yang sama,” gumam Richard saat menemukan jaket musim dingin yang berasal dari merek mewah. Bahkan jaket itu masih tampak sangat bagus, hanya ada sedikit robekan di bagian pergelangan tangan dan becak kopi di bagian bawah. Richard juga mengambil celana training dan kaos berwarna hijau tua. Tidak lupa Richard kembali menutup tempat sampah setelah sudah mengambil apa yang dia butuhnya.Tubuhnya yang lusuh dan lemas, wajahnya dipenuhi darah—Richard mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan gang sepi itu dengan langkah yang sempoyongan. Setelah berlari panjang dengan perut yang kosong membuat energinya terkuras habis. Entah sejak kapan dirinya bisa makan dengan layak. Memberikan makan untuk keluarganya saja Richard sangat kesulitan.Tidak ingin penampilan buruknya dilihat oleh anak perempuannya, Richard pergi mencari toilet umum untuk membersihkan dirinya sebelum kembali ke rumah.Melihat pantulan penampakannya dirinya sendiri didepan cermin tampak begitu menyedihkan.Bagaimana bisa ia menyebut dirinya sebagai ayah yang membanggakan untuk anak perempuannya yang sudah berumur 10 tahun.“Menyedihkan!”Richard mengutuk dirinya sendiri dengan penuh kebencian. Masuk kedalam salah satu toilet yang kosong. Tampaknya toilet umum ini sudah tidak pernah dilakukan pembersihan. Toilet tampak begitu kotor dan tercium bau yang tidak sedap.Pria yang memiliki wajah keturunan Jerman-Korea, Richard mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Jika dilihat, tubuh Richard seperti pria biasa pada umumnya. Namun wajah kecil itu tidak sebanding dengan tubuhnya yang begitu atletis dan sangat kekar.Otot perut yang terbentuk dengan sempurna dengan warna kulit coklat eksotis.Walau umurnya sudah memasuki 40 tahun, namun wajahnya tampak tidak menunjukan jika dia sudah berkepala empat. Jika saja Richard bisa merawat diri, mungkin penampilannya akan jauh lebih baik.Bagaimana mau memikirkan penampilan, untuk membiayai kehidupannya saja sudah sangat sulit hingga harus terlilit hutang dengan para rentenir.Berjalan keluar setelah selesai membersihkan dirinya. Kini penampilannya jauh lebih baik dan terlihat seperti manusia biasanya. Berjalan di bawah rintik hujan yang mulai mereda. Kedua mata Richard terdiam saat dia sedang memasukkan tangan kanannya ke dalam saku jaket. Jari-jarinya seakan merasakan ada sesuatu di dalamnya.Namun Richard harus kembali memasukkan tangannya, saat hujan tiba-tiba menjadi sangat deras. Dia mempercepat langkahnya—berlari untuk menjadi tempat berteduh.Richard memutuskan untuk berteduh di depan sebuah toko makanan Jepang di pinggir jalan di mana banyak beberapa toko di sepanjang jalan yang sedikit menanjak itu. Tidak seperti tempat sebelumnya yang begitu gelap dan bau, tempat ini ada beberapa orang berlalu-lalang memakai payung dan juga kendaran roda empat yang beberapa kali melewatinya.Ini pertama kalinya untuk Richard berada di daerah sekitar ini, tampak begitu asing. Banyak sekali ruko-ruko yang tampak sudah usang dan kosong. Hanya beberapa toko yang masih buka di sepanjang jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil saja.“Kenapa dingin sekali …” gumam Richard sembari membersihkan jaketnya yang terkena tetesan air hujan.Aroma yang kaldu ikan—bercampur aroma air hujan yang begitu kuat tercium oleh Richard. Aroma yang membuat perut kosongnya berbunyi, berasal dari dalam sebuah restoran ramen Jepang yang berada tepat di belakangnya.Richard membalikkan tubuhnya—melihat melalui jendela—tampak asap putih mengepul dari sebuah pa
Wajah Kakek itu seketika berubah menjadi lebih intens sehingga membuat suasana kedai menjadi mencengkam. Richard yang awalnya emosi hingga mengepal tangannya dan ingin segera memukul pria paruh baya itu tertahan—ia seakan menciut seperti balon yang kekurangan oksigen.“Kau harus hidup dengan penuh percaya diri. Selama ini kau hidup selalu menundukkan kepalamu seperti tidak memiliki tulang leher. Bagaimana kau bisa menghilangkan aura pecundang yang sudah mendarah daging jika kau terus diam saat kau diperlakukan tidak adil.”Richard terbungkam seribu kata dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Perkataannya seakan menggambarkan sedikit kisah hidup yang selama ini ia jalani. Perasaan yang selama ini Richard pendam seorang diri agar bisa hidup di jalan yang salah.“Kau hanya menjadi beban untuk keluargamu jika kamu hidup seperti ini. Jangan banyak mengeluh, di dunia ini bukan hanya kau yang hidup menderita. Cobalah berpikir untuk kembali mencari jalan hidupmu, tidak ada yang tau seperti apa
Sore harinya, setelah selesai bekerja—sebelum para rentenir kembali datang, Richard bergegas untuk pergi ke toko emas. Semalaman ia tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan koin yang secara tidak sengaja ia temukan. Harapannya semakin membesar jika yang ia temukan memang betul sebuah koin emas. Jika memang benar, maka coin itu akan bisa sedikit membantunya untuk bertahan hidup.Sesampainya di toko perhiasaan, Richard disambut oleh penjaga toko dengan tatapan sinis dan penuh kecurigaan. Mungkin karena pakaian yang ia kenakan dan kewaspadaannya terhadap para rentenir yang mungkin bisa mengikutinya. Richard hanya berubah berhati-hati dan waspada, tapi tampaknya pria paruh baya yang memiliki wajah autentik dengan mata yang sipit, menatapnya dengan intens.“Ada yang bisa saya bantu?”“Bisakah anda memeriksakan logam ini?” tanya Richard sambil memberikan koin tersebut pada penjaga toko.Pria bermata sipit itu masih terdiam menatap dengan kecurigaan seakan sedang mengatakan jika Pria yang m
“Aku harus segera menemukan cara untuk melarikan diri, mereka begitu banyak?"Semakin jauh Richard berjalan, semakin banyak orang yang tidak dikenal mengikutinya secara diam-diam dari belakang. Jika ia tidak segera keluar dari perangkap ini mungkin ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Mencoba memutar otak—melihat jalanan sekitar yang tampak begitu ramai orang berlalu lalang. Tampak ada sebuah acara festival yang sedang berlangsung hingga membuat jalan tampak di penuhi dengan orang-orang yang mengenakan baju yang cukup unik.Saat Richard merasa yakin akan rencana pelarian dirinya. Ia mulai berlari di antara banyak orang yang berlalu di piring jalan trotoar. Hal ini bisa membuat mereka terkecoh akan keberadaan dirinya di antara ratusan orang. Richard mempercepat langkahnya agar membuat para preman yang merupakan orang suruhan pemilik toko emas itu tidak bisa melihatnya. Rencananya berhasil membuat para preman itu jauh dari pandangan matanya.Hari ini adalah malam natal. Akan ada seb
Perkataan yang sulit untuk bisa diterima oleh Richard. Namun dirinya tidak memiliki pilihan selain mempercayai perkataan Sang Kakek yang berniat membantunya untuk melarikan dirinya. Richard bergegas pergi menuju tempat yang dikatakan oleh Sang kakek.Sebelum Richard pergi, masuk ke dalam tangga rahasia di bawah lantai kayu Richard berhenti menatap Sang Kakek sambil berkata, “Terima kasih atas semua bantuanmu selama ini. Aku tidak tahu siapa dirimu sebenarnya, tapi aku mencoba untuk mempercayai perkataanmu.”“Jangan percaya pada siapapun! Jaga dirimu baik-baik, Nak. Jangan sampai mati! Cepat!”Perkataan terakhir dari Sang kakek yang terdengar kejam namun menyentuh perasaan Richard yang kemudian bergegas menuruni tangga rahasia di bawah lantai—menutup kembali pintunya dari dalam.Hanya berselang 30 detik, para preman itu langsung masuk ke dalam kedai.Kakek pemilik kedai tampak sibuk membuat adonan seakan tidak terjadi apapun. Bahkan mangkuk bekas makanan milik Richard di atas meja pun
Mungkin kini Richard berhasil melarikan diri dari para preman yang mengejar nyawanya. Setelah berhasil menaiki kapal milik Mr. Hudson. Ini yang perlu ia lakukan mencari cara bagaimana menggunakan koin dewa untuk merubah hidupnya.Tubuhnya sudah terlalu kelelahan setelah berlari begitu jauh dengan perut kosong. Sebuah pengejaran yang sangat melelahkan selama hidupnya.Tiba-tiba dari belakang seseorang memberikannya bungkus burger. Seketika Richard terkejut—mendongakkan kepalanya.“Kau belum makan berapa hari? Kenapa wajahmu sangat pucat? Jangan mati di atas kapal milikku, cepat makan!” ucap Mr. Hudson sambil duduk di samping Richard yang masih terdiam menatap burger yang bahkan masih terasa hangat.Sungguh menyedihkan melihat anak muda yang terlihat tidak memiliki harapan hidup. Sebagai orang yang telah menjalani hidup jauh lebih lama, pengalaman hidup yang begitu banyak ia alami selama 50 tahun, susah, senang dan keputusasaan yang sudah berkali-kali ia lewati.Setelah mengenal seorang
“Persetanan kau! Apa kau psychopath? Tidak. Kau memang psychopath sialan,” ucap Richard yang sudah mulai kehabisan nafas karena menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Amarah akan tatapan Bryant yang seakan menertawakan dirinya membuat Richard tidak bisa menahannya.Mendengar ucapan kasar Richard membuat Bryant malah tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah. Menyaksikan hal kesedihan orang lain adalah salah satu dari kebahagiannya. Orang miskin yang tidak tahu malu seperti Richard sudah sepantasnya mendapatkan perlakukan seperti ini.Dalam hitungan dua detik tiba-tiba Bryant terdiam—tatapan langsung berubah begitu tajam menatap Bryant dengan aura hitam yang begitu pekat, lalu berkata, “Dasar tikus tidak tahu diri. Hya! Di mana God’s Coin itu be
Semua sudah Richard perhitungan kapan ia harus diam dan kapan ia harus beraksi. Ia melihat Bryant tengah lengah karena ucapannya. Tanganya yang diam-diam sudah terlepas di belakang punggungnya, dengan cepat langsung merampas pistol dari tangan Bryant—menarik Bryant hingga tertangkap menjadi sandera yang ia tunjukan di hadapan para anak buah Bryant.Semua orang menjadi panik saat Bryant tersekap dengan lepat yang di lingkari oleh lengan dan mata pistol yang mengarah tepat di kepala pemimpin mereka. Mereka bersiap untuk segera menembaki Richard jika terjadi sesuatu pada pemimpin mereka.“JANGAN BERGERAK!” teriak Bryant sambil menembakkan peluru ke langit untuk memberikan peringatan.“Jika kalian bergerak maka, nyawa dia sebagai taruhannya!”Sa