Share

Chapter 7 - Pelarian Diri (Part.2)

Mungkin kini Richard berhasil melarikan diri dari para preman yang mengejar nyawanya. Setelah berhasil menaiki kapal milik Mr. Hudson. Ini yang perlu ia lakukan mencari cara bagaimana menggunakan koin dewa untuk merubah hidupnya.

Tubuhnya sudah terlalu kelelahan setelah berlari begitu jauh dengan perut kosong. Sebuah pengejaran yang sangat melelahkan selama hidupnya.

Tiba-tiba dari belakang seseorang memberikannya bungkus burger. Seketika Richard terkejut—mendongakkan kepalanya.

“Kau belum makan berapa hari? Kenapa wajahmu sangat pucat? Jangan mati di atas kapal milikku, cepat makan!” ucap Mr. Hudson sambil duduk di samping Richard yang masih terdiam menatap burger yang bahkan masih terasa hangat.

Sungguh menyedihkan melihat anak muda yang terlihat tidak memiliki harapan hidup. Sebagai orang yang telah menjalani hidup jauh lebih lama, pengalaman hidup yang begitu banyak ia alami selama 50 tahun, susah, senang dan keputusasaan yang sudah berkali-kali ia lewati.

Setelah mengenal seorang kakek yang memberikan semangkuk ramen gratis, hidupnya berubah menjadi lebih berarti. Dirinya memiliki hutang budi yang tidak akan pernah dilupakan sampai kapanpun.

“Aku tahu kau bukan anaknya Mr. Nakamura ‘kan?” tanya Mr. Hudson.

Seketika Richard terdiam lantaran kebohongannya telah diketahui. Ia tidak bermaksud untuk berbohong, dirinya hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Sang Kakek pemilik kedai ramen.

“Maafkan saya, saya hanya mengatakan yang dikatakan oleh Mr. Nakamura. Bahkan aku baru mengetahui namanya saat ingin melarikan diri. Dan sekarang aku sedang memikirkan nasibnya, aku sangat merasa bersalah padanya.” ucap Richard yang tidak sanggup lagi memakan burger karena rasa bersalah.

Dirinya yang masih bisa menikmati sepotong burger tanpa mengetahui nasib Sang Kakek yang mungkin nyawanya sedang terancam.

“Kau tidak perlu khawatir 'kan dia. Dia bukan manusia biasanya, aku yakin itu.” ucap Mr. Hudson menatap penuh keyakinan akan sosok Mr. Nakamura yang pernah menyelamatkan hidupnya dari kematian.

“Apa maksudmu?” tanya Richard—menatap bingung.

Mr. Hudson masih terdiam seakan ia merasa berat untuk menceritakan kisah masa lalunya dengan Sang Kakek misterius itu. Saat itu usianya masih 30 tahun dan Sang Kakek mungkin telah berusia 80 tahun. 

30 tahun yang lalu dirinya hampir dibunuh oleh seseorang yang meyakini jika dirinya seorang pembunuh. Bahkan pengadilan telah memutuskan jika dirinya tidak bersalah atas kematian seorang wanita berusia 40. Ia menjadi kambing hitam oleh seseorang yang memiliki kekuasaan. Hingga suami dari korban tidak terima saat ia dinyatakan tidak bersalah, pria itu mencoba melakukan percobaan pembunuhan padanya.

Jika malam itu dirinya tidak bersembunyi di dalam kedai ramen milik Mr. Nakamura, dirinya pasti sudah terbunuh di tangan suami korban dari kesalahpahaman hukum. Dirinya melarikan diri melewati terowongan bawah tanah dan pergi ke Malaysia untuk memulai hidup baru.

Setelah berhasil menjalani kehidupan normal di negeri Jiran, Hudson kembali Los Angeles setelah 30 tahun. Ia menjadi seorang nelayan dengan kehidupan yang begitu sederhana bersama keluarga kecilnya. Namun saat ia kembali pergi ke Kedai ramen untuk menemui Mr. Nakamura, Hudson terkejut karena Kakek itu tidaklah berubah. Keadaanya masih sama seperti 30 tahun yang lalu saat pertama kali mereka bertemu.

Mr. Nakamura seakan tidak menua sama sekali, hanya menjadi sosok seorang kakek yang berusia 80 tahun. Terlihat masih sehat dan tetap menjual Ramen. Saat itu Hudson tersadar jika Mr. Nakamura bukahlan manusia biasa, hal itu membuat Hudson lebih menghormati keberadaan Sang Kakek.

Richard hanya terdiam—merenung setelah mendengarkan cerita masa lalu dari Mr. Hudson yang sangat membuatnya tidak bisa berkata-kata. Richard bingung antara dirinya ingin mempercayai atau tidak mempercayai cerita tentang Mr. Nakamura.

“Mungkin ceritaku terdengar tidak masuk akal. Aku juga tidak peduli kau ingin percaya atau tidak.” ucap Mr. Hudson sambil beranjak dari tempatnya dan kembali bertanya, “Jadi kemana tujuan kita anak muda?”

“Spanyol.” ucap Richard dengan tegas dan tatapan yang penuh keyakinan.

Mr. Hudson tersenyum melihat raut wajah Richard yang mengingatkannya akan dirinya di masa muda.

“Okay. Cepat habiskan makananmu, kau tidak boleh mati karena kelaparan oke, bro?” ucap Mr. Hudson.

“Yeah. Thank you …”

***

Berdiri dari kejauhan melihat Mr. Hudson yang sedang berjalan membelakanginya. Pria dengan tubuh yang penuh otot itu awalnya terlihat sama seperti para preman-preman yang mengejar dirinya. Namun selama di perjalanan yang memakan waktu dua hari, Richard bisa merasakan kebaikan dari Mr. Hudson.

Mr. Hudson kembali melambaikan tangan padanya dengan wajah yang tersenyum—masuk ke dalam mobil yang kemudian melaju pergi. Rasanya aneh bertemu orang asing yang bersikap baik pada dirinya. Karena selama ini ia hanya bertemu dengan orang-orang jahat.

Tampaknya Mr. Hudson membantu dirinya hingga sampai di tempat ini karena merasa kasihan pada dirinya. Penampilan yang begitu lemah sehingga siapapun yang melihatnya hanya ada dua kemungkinan yaitu mengasihani dirinya atau memperlakukannya seperti sampah.

Berjalan melewati pinggir jalan raya dua arah yang tampak cukup sepi pengendara. Sepanjang jalan Richard masih bisa melihat garis pantai yang tampak begitu indah. Hembusan angin yang cukup kencang memanggil awan mendung di langit. Ia harus mempercepat langkahnya untuk mencari tempat persembunyian.

“Sialan, perut …,” gumam kedal Richard karena mendapatkan sinyal dari perutnya yang kelaparan.

Rintikkan air hujan sudah mulai turun, Richard harus segare bergegas menemukan tempat tinggal sementara dan mencari makanan. Berjalan hampir 4 kilometer, akhirnya di seberang jalan raya Richard melihat sebuah restoran makanan yang sepi. Richard sudah kelelahan berjalan dengan perut yang kosong, jika tidak segera beristirahat mungkin dirinya akan pingsan dan berakhir tertangkap oleh para preman.

Richard memastikan jalan aman untuk ia seberangin. Namun tiba-tiba sebuah mobil datang dengan kecepatan tinggi langsung menghantam tubuhnya yang terlempar hampir 5 menter. Seketika tergeletak di atas aspal hitam yang basah karena air hujan. Richard masih sadar walau tubuhnya terasa sulit untuk digerakan. Rasanya semua tulangnya terasa seperti remuk. Terlihat darah mulai mengalir dari kening Richard yang meleleh karena hujan deras mengguyur tubuhnya.

“Kenapa kencang sekali berkendaranya, Aw .., ini sangat menyakitkan,” eluh Richard sambil berusaha bangkit.

Sorot lampu yang begitu menyilaukan matanya, membuat Richard kesulitan mengetahui siapa orang yang telah menabraknya. Hanya bayangan hitam yang sedang berjalan menghampirinya.

“Akhirnya ketemu juga tikus sialan ini,”

Seketika kedua mata Richard membelalak saat melihat sosok Bryant yang berdiri di hadapannya. Nafasnya menjadi berat lantaran ia sudah tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Richard sudah terkepung oleh para preman yang akhirnya langsung memukulnya di tempat tanpa belas kasih.

“STOP!!”

Bryant berteriak sehingga membuat para preman yang begitu brutal memukul dan menendang Richard berhenti dengan cepat. Mereka semua memberikan jalan untuk Bryant dengan serempak. Richard yang sudah babak belur dan tidak berdaya hanya bisa pasrah dengan kematian.

Duduk di hadapan tubuh Richard yang sudah penuh dengan darah, Bryant tersenyum dengan puas akan penderitaan yang sedang dirasakan oleh pencuri God’s Coin miliknya.

“Bagaimana, apa ini sudah sangat membuatmu tersiksa?” tanya Bryant.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status