Share

Bab 4 kesakitan : Megafon TUHAN

Pertemuan yang telah dijadwalkan pun terlaksana disana tampak pak Alex berada di depan sedang mengarahkan dan memberikan bimbingan seperti yang ia janjikan Minggu lalu Kepa wanita itu, namun kali ini ia berada dalam sebuah kumpulan anak muda seperti biasanya.

Baiklah anak anakku saat ini bapa akan membagikan kisah mengenai kesakitan : Megafon TUHAN.

Nah, BAGAIMANA sih riwayat nya, sehingga kejahatan, kesakitan, serta penderitaan bisa masuk ke dalam kehidupan manusia? Jelas bukan karena dirancang TUHAN. Alkitab dengan jelas mengatakan dan tandas mengatakan bahwa penyebab tragedi tersebut tidak lain adalah manusia itu sendiri. Atau lebih spesifik, manusia dengan"kehendak bebas" nya. Inilah si "biang kerok" itu!

Pada satu pihak, kehendak bebas membuat manusia unik. Membuatnya berbeda beda bahkan lebih dari, misalnya kura-kura, zebra atau ular sanca. Homo Sapiens adalah satu satunya mahkluk yang tidak bisa di dikte begitu saja oleh dorongan naluriah atau alam sekitar.

Walau terbatas, manusia punya kebebasan memilih untuk melakukan yang baik atau yang buruk. Yang menguntungkan atau merugikan. Ia bukan robot yang cuma bisa mengikuti saja apa yang telah di "program" baginya oleh orang lain.Tidak!

Karena itu, pernahkah anda perhatikan, bahwa manusia adlaah satu-satunya mahluk di muka bumi ini yang punya dan memerlukan buku resep? Beberapa dari sapi atau kuda, yang kapan saja dan dimana saja, ya itu-itu saja makanan yang mereka makan. Tidak ada yang namanya hewan sapi Belanda hanya suka sup van gras, atau sapi Jawa yang lebih suka tongseng suket.(Ia tersenyum seraya menjelaskan apa yang di terangkannya kepada para nak muda itu).

Manusia  juga satu-satunya mahluk di muka bumi ini yang membutuhkan variasi seksual dan mampu menciptakannya! Sehingga buku sejenis The Joy Of Sex pernah laris bukan main.sedang anjing atau kucing dari dulu sampai kapan pun juga, ya begitu-begitu saja "gayanya" kan?.

SEKALI lagi,cuma manusialah yang bebas berkreasi dan bebas memilih. Dan Allah pasti sadar bahwa menciptakan manusia dengan kehendak bebas seperti itu, penuh resiko. Amat sangat riskan. yaitu memilih sesuatu, yang justru tidak di kehendaki Allah. Celakanya, risiko atau kemungkinan yang paling diprihatini-Nya itulah, yang ternyata menjadi kenyataan.

Manusia memperkenalkan sesuatu yang sebelumnya tidak termasuk dalam skenario yang sebelumnya tidak termasuk dalam skenario penciptaan Allah. Apa itu? Pemberontakan! Manusia memanfaatkan kehendak bebasnya bukan untuk menaati dan memuliakan sang pencipta, melainkan justru untuk memberontak dan menyempal dari rancangan Nya.

Kalau di ibaratkan sebagai bangunan, manusia bagaikan si pemilik hotel mulia, Senayan yang segaja membangun tidak sesuai dengan "bestek". Diberi izin membangun sekian tingkat, eeee ia jawab seorang pemuda apakah dia membangun lebih dari itu ayah?. Ya benar, baik akan saya lanjutkan. Seperti yang dikatan tadi dia membangun lebih dari yang telah di anjurkan. Ketengah ciptaan yang segala sesuatunya dirancang baik (kejadian 1-2), manusia memperkenalkan kejahatan. Tidak puas dengan hanya bisa mengetahui "yang baik", manusia juga mencicipi buah pengetahuan tentang "yang baik dan yang jahat" walau dilarang Allah.

Sebab itu tepat benar yang dikatakan oleh G.K. Chesteron, bahwa berbicara mengenai binatang liar, katanya, "manusia adalah satu-satunya binatang liar". Dibandingkan dengan manusia,semua binatang yang lain adalah "binatang jinak" mereka menaati dan menghargai apa yang telah digariskan. Manusia tidak. Ia harus melawan. Ia terus memberontak.

Yang mengherankan adalah, mengapa TUHAN menciptakan manusia dengan kebebasan seperti itu? Tentu kakao saya menjawab pasti akan saya bilang "tidak tahu, siapa kah kita, sehingga mampu mengetahui seluk beluk pemikiran Allah?" Namun, yang harus kita ketahui adalah, bahwa dalam kehendak bebas Nya pula, Allah memilih seperti tutur Chesterton untuk menciptakan dunia ini bukan seperti menulis sebuah "sajak", melainkan seperti menulis sebuah "drama".

Sebagai sebuah drama, dalam skenario, semuanya itu bagus semata. Perfek! Akan tetapi, apakah pada akhirnya semua berjalan baik sesuai dengan skenario yang ada? Masih ada faktor-faktor yang lain juga. Para pemain, sang sutradara, seluruh staf penata panggung, serta soal-soal teknis dan non teknis lainnya, amat memegang peran.

Alkitab mengisahkan betapa yang kemudian terjadi adalah si pemain simanusia benar-benar merusak skenario yang ada. Kejadian 3 mengisahkan pemberontakan manusia tersebut,. Dan akibatnya, apalagi kali bukan akibat buruk? Akibat buruk yang tidak cuma menimpa manusia, tetapi juga seluruh ciptaan!.

Keras trofi kosmis ini secara dramatis dituliskan oleh Jhon Milton dalam sajaknya Paradise Lost sebagi berikut( ia membuka buku itu dan menjelaskannya). " Bumi terluka, dari tempat duduknya, alam mengeluh panjang. Melalui seluruh penampilannya, ia memasang tanda duka. Bahwa semuanya musnah sudah. Segalanya."

"Semuanya musnah sudah, segalanya." Paulus mengungkapkan hal yang sama, namun dengan cara yang berbeda. Tulis ya, "dengan sangat rindu seluruh manusia menantikan saat anak-anak manusia dinyatakan. Karena seluruh mahkluk telah ditaklukkan kesia-siaan belaka......sampai sekarang segala mahkluk sama sama mengeluh dan sama sama merasa sakit bersalin".(Roma8:19,20,22).

Demikianlah hendak ditekankan dan ditekankan sekali lagi, bahwa merebaknya kejahatan, kesakitan, dan penderitaan adalah akibat dari penyalahgunaan kebebasan oleh manusia. Ketika manusia memilih menggunakan kebebasannya untuk melawan Allah, maka tidak hanya manusia, tetapi seluruh alam mengerang kesakitan. Di dalam kondisi seperti itulah, anda dan saya berada sekarang.

....

Oleh karena itu, setiap keluhan panjang kita tentang kesakitan, terutama yang kita rasakan tidak adil, harus bertolak belakang dari penegasan bahwa Allah sebenarnya juga tidak menyukai kejadia itu. Maksud saya, jangan pernah kita  katakan bahwa Allah lah "dalang"  di balik "gonjang ganjing" nya seluruh alam semesta dan ngilu nya luka manusia. No way! Allah tidak menyukainya. Malah sangat tidak menyukainya, dengan kadar yang jauh lebih intens daripada ketidaksukaan kita.

Seluruh Alkitab dari kejadian sampai Wahyu pada dasarnya ingin menyampaikan satu berita saja. Allah tidak bahagia dengan kondisi kehidupan kita, sehingga Dia memutuskan untuk turun tangan, memulihkan kembali seluruh ciptaan ke skenario aslinya. 

Karena itu, Alkitab dimulai dan diakhiri dengan pemandangan yang sama: ada firdaus, ada sungai mengalir, ada cahaya kemuliaan Tuhan memancar, ada pohon kehidupan. Seluruh sejarah manusia, yang membentang antara kejadian 1 sampai Wahyu 22, isinya tidak lain adalah perjuangan merebut kembali apa yang telah hilang, serta memulihkan apa yang telah rusak. 

Menilai Allah cuma dalam terang realitas kehidupan nyata manusia sekarang ini, jelas merupakan kesalahan serius, dan akan menimbulkan salah penilaian yang menyesatkan. Kita seharusnya menilai Allah dalam terang ketidaksukaan nya terhadap situasi ciptaan dan manusia sekarang ini, dan upaya nyata untuk memulihkan keadaan ke situasi semula. Dan dia menghendaki kita supaya mempunyai kesadaran yang sama.

.....

Dengan apakah Allah membangunkan kesadaran kita itu? Ini bukan pekerjaan gampang. Karena sejak kejatuhan Adam dan Hawa, manusia selalu hidup dalam realitas dosa. Itulah satu satunya kehidupan yang ia kenal. Satu satunya realitas yang ada. Manusia hanya dilempar kan kesitu, tanpa bisa berbuat apa apa. Karena itu, pikir manusia, lebih baik berusaha menerima dan menyesuaikan diri saja sebaik baiknya, ketimbang berusaha melawan dan mengubahnya, toh akan percuma saja.

Karena "kebutaan" inilah, Allah harus menggugah kesadaran manusia dengan suara keras! Dengan sentakan dan entakan kuat! Dengan pengeras suara berkekuatan besar! Dengan tepatnya C.S. Lewis mengatakan, bahwa Kesakitan adalah "Megafon" atau "pengeras suara" yang dipakai Tuhan untuk membangun kesadaran manusia. "Allah tak hanya berbisik melalui pengalaman pengalaman kita yang menyenangkan. Allah tidak hanya berbicara melalui getaran getaran kesadaran hati nurani kita. Namun, dia juga berteriak keras keras melalui kesakitan kita. Kesakitan adalah 'megafon' Tuhan guna membangunkan dunia yang telah tuli."

Kesakitan selalu berteriak dan menjerit. Ketika tangan kita terjepit pintu, atau kaki kita tertimpa batu, dengan suara keras rasa sakit itu memberi tahu bahwa ada sesuatu yang salah, yang menuntut perhatian istimewa. Bila Paulus berbicara mengenai alam dan seluruh makhluk yang mengerang kesakitan, ia hendak memberitahukan bahwa ada kekeliruan yang sedang berlangsung di seluruh alam. Melalui "mefagon"-Nya yaitu kesakitan Allah hendak memaksa kita untuk berhenti, meneliti, dan mencari letak kesalahan kita yang terjadi. Dan menimbang nimbang pilihan pilihan lain.

Saya tidak setuju dan menentang keras pandangan yang mengatakan, bahwa kesakitan dengan sendirinya diakibatkan oleh dosa atau kesalah pribadi yang bersangkutan. Seolah olah semakin parah sakitnya, itu pertanda semakin besar dosanya. Salah besar! Pergumulan pemazmur 73 adalah justru karena orang orang fasik tidak mengenal kesakitan, sementara orang benar hidup dalam penderitaan.

Yang benar adalah, bahwa melalui kesakitan Allah dengan suara keras sedang berusaha menghentikan langkah kita, supaya kita mencari kalau kalau yang lebih baik yang perlu dijajaki. Kesakitan memang bisa disebabkan oleh dosa dosa pribadi, tetapi tidak selalu. Berbahagialah kita apabila kesakitan kita itu adalah karena Kristus dan untuk Kristus (Matius 5:11,12) "Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga" kata Yesus. 

Kemudian Alex menyudahi pertemuan kali itu dan mengajak para pemuda itu menutup pertemuan dengan doa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status