Share

Tidak di hargai

Author: Ayu_Kusuma20
last update Last Updated: 2023-05-17 21:02:57

Saat adik-adikku sukses

Part 4

"Pintunya di kunci Kang, kayaknya gak ada siapa-siapa di dalam," ucap Nurma pada Hendi.

"Terus gimana? kita pulang lagi?"

"Pulang lagi aja, buat apa di sini juga, kita juga kan gak tahu kapan mereka pulang."

Hanya Ratri orang tua yang di miliki Nurma dan Hendi saat ini, karena Hendi sudah menjadi yatim piatu sejak masih bujang, untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara Hendi pun jaraknya sangat jauh karena berada di luar kabupaten.

"Loh, kamu kok ada di sini Nur? gak ikut sama Ibu dan adik-adikmu?" tanya Mbak Ria, tetangga samping rumah Ibunya.

Nurma langsung bangkit dari tempat duduknya, dia lmengulurkan tangannya sambil mengucapkan minal aidzin.

Mbak Ria memang biasa memanggul Nurma dengan panggilan Nur.

"Iya Mbak, Mbak tahu Ibu dan adik-adikku pergi ke mana?"

"Oalah, masa kamu gak tahu sih? emang gak di ajak?"

"Engga Mbak, aku nggak tahu."

"Ibu sama adik-adikmu udah berangkat dari subuh, mereka mau ke rumah calon mertuanya Mala yang ada di luar kota, emang kamu gak di ajak? masa sih? Mbak juga di ajak, tapi Mbak malas, cape kalo perjalanan jauh-jauh."

Pantas saja saat di Masjid tadi, dia tidak bertemu dengan Ibu dan kedua adiknya Mala dan Dewi, begitupun Hendi, dia juga tidak bertemu dengan Lukman.

"Oh, iya, Nurma baru ingat Mbak, Nurma di ajak kok tapi kirain Nurma berangkatnya gak bakalan subuh," Nurma berbohong, dia menutupi kelakuan kurang baik keluarganya itu.

Setelah Mbak Ria pergi, Nurma langsung mengajak Hendi dan Tedi pulang.

Beberapa saat Nurma tertegun, memandangi rumah permanen yang di dominasi cat berwarna abu-abu dan hitam itu.

Rumah yang di bangun oleh kerja keras Nurma bila jasanya itu di akui, dulu, sebelum Nurma pergi menjadi TKW, rumah ini hanya gubug reot yang terbuat dari bambu, bahkan dapurnya pun masih beralaskan tanah.

Selama Nurma di sana, Nurma tidak pernah telat mengirim uang, semua gajinya dia kirim karena dia sangat percaya pada keluarganya, apalagi jika ada yang menjual sawah atau tanah dengan harga murah, Ibu atau adik-adiknya sering meminta uang lebih pada Nurma bahkan meminta Nurma untuk berhutang pada majikannya.

Beruntungnya Nurma mendapat majikan yang sangat baik, saat Nurma butuh apapun majikannya tidak segan membantunya.

Saat Nurma masih di luar negeri, Ibunya selalu bercerita gaji Nurma tidak hanya di gunakan untuk biaya pendidikan adik-adiknya tapi juga sudah di pakai untuk membeli sawah dan tanah yang cukup luas, juga merenovasi rumah secara total.

Akan tetapi saat Nurma pulang, dia tidak bisa menikmati hasil kerja kerasnya itu, tidak ada satupun aset yang atas nama dirinya, padahal semua itu di beli menggunakan hasil keringatnya.

Nurma tidak mau ambil pusing, dia tidak pernah mengungkit jasanya, 6 bulan setelah pulang ke tanah air Nurma memutuskan untuk menikah dengan Hendi yang di kenalkan oleh salah satu temannya.

Acara pernikahan pun di langsungkan secara sederhana, hanya akad saja yang di laksanakan di kantor urusan agama, padahal jika Nurma menuntut hasil kerja kerasnya dia bisa menggelar pesta di hari pernikahannya.

Setelah menikah Nurma dan Hendi memilih untuk mandiri, mereka membangun sebuah rumah kecil sederhana yang terbuat dari kayu dan bambu. Rumah itupun beridiri di atas tanah negara yang bisa sewaktu-waktu di gusur karena mereka tidak memiliki hak atas tanah itu.

"Kamu sedih ya Neng? karena keluargamu gak ada bahasa sama sekali sama kamu?" tanya Hendi seolah-olah tahu perasaan Istrinya.

"Iya Kang, sebagai anak tertua aku merasa tidak di hargai, padahal kalau di ajak pun Nurma gak bakal ikut."

"Gak apa-apa, kamu sabar ya Neng, Akang janji akan berusaha lebih keras lagi supaya kamu bisa lebih di hargai oleh mereka."

"Iya Kang, padahal salah apa ya aku ini, jika aku perhitungan sudah aku tagih lah semua uang gajiku yang sudah di pakai untuk biaya mereka sekolah dan kuliah, Nurma menyesal sudah menyekolahkan mereka tinggi-tinggi tapi akhrinya mereka menginjak harga diri Nurma hanya karena Nurma tidak punya jabatan seperti mereka."

"Sabar ya Neng, biarkan saja di dunia mereka seperti ini, jika Neng ikhlas Neng akan mendapat hasilnya di akhirat nanti."

***

Tepat satu minggu setelah lebaran, Mala menggelar acara lamaran, dan rencananya pernikahan akan di gelar dalam waktu dekat.

Sebagai anak dan kakak yang baik, Nurma ikut bahagia atas acara lamaran adiknya itu. Dia buang jauh-jauh rasa sakit hati yang ia terima beberpa hari lalu.

"Nurma, awas ya si Tedi kalau sampai maju ke depan, anak ingusan itu bikin malu, inget keluarga calon suami Nurma bukan orang sembarangan!" ucap Ratri saat Nurma membantu menyiapkan konsumsi di dapur.

Mendengar anaknya di hina, hati Nurma yang awalnya lapang, kembali terlukai dan dia memilih untuk langsung pergi meninggalkan rumah Ibunya.

Dia tidak peduli lagi Ibunya itu akan marah atau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, karena percuma, rasa sabar dan patuh Nurma selama ini tidak di hargai.

Ratri hampir setiap hari membanggakan calon menantu dan besannya pada semua orang yang ia temui, ia mengatakan jika calon suami Mala berasal dari keluarga kaya raya dan bukan orang sembarangan. Pernikahan pun akan di gelar secara mewah.

"Pokoknya pernikahan Mala akan menjadi pernikahan paling mewah di kampung ini, dekor nya aja 35 juta," ucap Ratri bangga.

***

"Neng, doain Akang ya, semoga Akang bisa pulang bawa uang," ucap Hendi saat akan berangkat kerja ke kota.

Kemarin Hendi mendapat tawaran kerja menjadi tukang di kota dari salah satu temannya.

Bagai mendapat angin segar, Hendi langsung menyetujui ajakan dari temannya itu.

Beruntungnya temannya itu sangat baik, dia mau meminjamkan uang pada Hendi untuk ongkos dan bekal Nurma di rumah sebelum ia mendapat bayaran.

Dua minggu sudah Hendi bekerja, uang yang di berikan Hendi untuk bekal sudah habis padahal Nurma sudah irit sebisa mungkin. Hendi memberi kabar jika dia baru gajian dua hari lagi, dengan terpaksa Nurma harus berhutang terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhannya bersama Tedi.

"Bi Lina maaf bisa ngambil dulu gak? Kang Hendi baru bisa ngirim besok lusa." Nurma terpaksa menebalkan muka di depan pemilik warung.

"Kamu ini kayak ke siapa aja, ya boleh atuh. Sok butuh apa?"

Bi Lina memang baik, pemilik warung itu tidak pelit dalam memberi hutang apalagi jika dia tahu orang yang dia beri hutang sangat amanah.

"Beras 2 kilo, telor sepermpat sama sabun colek 2."

Bi Lina langsung menimbang beras dan telor, kemudian mengambil dua kantong sabun colek dan memasukannya ke dalam kresek hitam.

"Nurma, maaf ni ya, emang kamu benar gak punya uang?"

"Gak punya Bi, kalau punya, Nurma gak mungkin berhutang."

"Emm gitu ya, Ibu kamu baru jual tanah loh yang di pinggir Indo april itu, emang kamu gak di kasih bagian? seinget Bibi sih itu tanah di beli waktu kamu masih di Taiwan, pasti itu uang kamu kan?"

"Yang benar Bi?" tanya Nurma kaget, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Masa Bibi bohong sih, kan paman Bibi yang jadi makelarnya, alhamdulilah Bibinya Bi Lina juga kecipratan hasilnya."

"Oh gitu ya Bi, Nurma gak tahu, yaudah Nurma pulang ya Bi, takutnya Tedi bangun."

Pulang dari warung Nurma menyimpan belanjaannya di dapur, lalu melihat Tedi sebentar yang masih tertidur lelap, dia langsung keluar berjalan ke rumah Ibunya untuk menanyakan kebenaran tentang informasi yang di dapat dari Bi Lina.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Akhir (TAMAT)

    Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma mencari keberadaan Bu Ratri

    Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Ucapan Lukman yang menyakiti Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma dilema

    Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma pergi dari rumah Fauzi

    Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Hal memilukan bagi Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status