Share

Mereka pergi

Author: Ayu_Kusuma20
last update Last Updated: 2023-05-17 21:02:01

Saat adik-adikku sukses

Part 3

"Neng, maafin Akang ya!" lirih Hendi dengan keringat yang masih bercucuran.

Hendi langsung menurunkan ransel lusuh dari pundaknya, ransel yang hanya berisi pakaian-pakaian butut milik Hendi, bukan baju lebaran seperti yang di harapkan.

Nurma menatap mata Hendi yang memerah seperti menahan tangis.

"Akang minta maaf kenapa?"

"Akang pulang gak bawa uang sepeserpun Neng, mandornya kabur, Akang bisa pulang juga nebeng-nebeng sama truk." Hendi mengusap wajahnya kasar.

Impian Hendi untuk membahagiakan Tedi dan Nurma pupus sudah, Hendi bahkan rela tidak mengambil libur selama satu bulan penuh agar bayaran yang di terima cukup besar.

"Akang sabar ya, mungkin belum rezekinya keluarga kita," Nurma berusaha membesarkan hati suaminya, meskipun hatinya pun sama kecewanya seperti Hendi.

Nurma tahu suaminya itu sudah berusaha keras. Dan untuk saat ini keluarga kecilnya mungkin harus sedikit bersabar lagi.

"Maafin Akang ya Neng, Akang gak bisa beliin Neng sama Tedi baju baru, padahal kalau mandornya amanah, Akang bisa bawa uang banyak, cukup buat lebaran."

"Udah Kang, udah ya! gak beli baju baru juga gak apa-apa kok."

"Makasih ya Neng udah sabar, jujur Akang malu sama Neng."

___

"A Hendi, kata Mama, ke rumah!" seorang anak kecil menepuk pelan tubuh Hendi.

"Ada apa emang Vin?" tanya Hendi pada anak kecil bernama Davin itu.

"Gak tahu, katanya ke rumah aja!" ucap Davin.

Davin lalu kembali bermain bersama temannya menabuh bedug bersama-sama.

Hendi lalu berjalan menuju rumah orang tua Davin yang tidak jauh dari masjid.

"Maaf Bu, apa Ibu benar manggil saya?" tanya Hendi pada Bu Lela yang kebetulan sedang berada di depan rumahnya.

"Iya, tunggu dulu ya bentar!" Bu Lela masuk ke dalam.

Beberapa saat kemudian Bu Lela kembali ke luar menjinjing sebuah kresek hitam.

"Ini tolong di terima ya, suami saya tadi beli daging kebanyakan, padahal saya juga udah beli ayam. Mau di simpan di kulkas udah penuh kulkasnya, ini bawa ya, dan ini buat jajan Tedi!" Bu Lela menyelipkan sebuah amplop pada tangan Hendi.

"Tapi Bu, apa gak kebanyakan? ini seekor utuh ayamnya?" tanya Tedi.

"Gak apa-apa, udah bawa aja!"

"Terima kasih banyak Bu, terima kasih," berkali-kali Hendi mengucapkan kata itu.

Dengan hati gembira, Hendi membawa ayam pemberian Bu Lela itu pulang ke rumah.

"Neng, buka Neng!" ucap Hendi sambil mengetuk pintu rumahnya.

"Akang bawa apa?"

"Alhamdulilah kita dapat rezeki Neng, Bu Lela ngasih ayam seekor sama ngasih ini buat jajan Tedi katanya." Hendi langsung memberikan ayam dan amplop yang baru saja dia terima.

Nurma langsung membuka amplop pemberian Bu Lela, saat di buka, amplop itu berisi dua lembar uang berwarna biru.

Bu Lela memang termasuk orang mampu di kampung ini, dia dan suaminya memiliki beberapa usaha, diantaranya toko grosir, pabrik penggilingan padi dan satu pabrik tahu.

"Alhamdulilah ya Allah," Nurma berkali-kali mengucap syukur, air matanya bahkan menetes tidak kuat menahan haru dengan rasa bahagia yang ia dapat malam ini.

"Iya alhamdulilah, Neng langsung masak ya, Akang mau takbiran lagi!"

"Iya Kang."

Nurma langsung membawa ayam itu ke dapur, ayam sudah bersih dari bulu dan kotorannya, ia hanya tinggal memotong ayamnya menjadi beberapa bagian. Nurma memisahkan bagian sayap dan paha yang akan di buat ayam goreng untuk Tedi, sementara bagian yang lainnya akan dia olah menjadi semur ayam.

Uang dari amplop tadi sebagian Nurma belikan bumbu, minyak dan 5 butir kentang, Nurma sengaja membeli kentang untuk campuran semur ayam.

Akhirnya malam ini Nurma bisa memberikan yang Tedi mau, yaitu ayam goreng.

"Alhamdulilah ada rezeki kamu Nak, besok kamu bisa makan ayam goreng," bisik Nurma pada telinga Tedi.

Saeekor ayam tadi sudah berubah menjadi semur ayam satu kuali penuh, Nurma sengaja memasaknya dengan kuah yang cukup banyak.

Pukul tiga pagi Hendi kembali ke rumah untuk mandi setelah itu Hendi kembali ke masjid siap-siap melaksanakan shalat idul fitri, Hendi memang biasa menghabiskan waktu satu malam penuh di masjid saat malam takbiran.

Setelah adzan subuh berkumandang, Nurma kemudian membangunkan Tedi.

"Tedi, bangun Nak, yuk sholat subuh dan siap-siap shalat ied," ucap Nurma sambil mengusap lembut tubuh Tedi.

"Mama udah masak ayam goreng buat Tedi."

Tedi hanya menggeliat, namun saat mendengar kata ayam goreng mata Tedi langsung terbuka lebar.

"Ayam goreng Ma?"

"Iya, sekarang Tedi mandi dulu ya, udah mandi langsung makan!"

"Siap Ma,"

"Pakai baju baru kan Ma?" tanya Tedi setelah selesai mandi.

"Iya," ucap Nurma sambil membuka lemari kayu sederhana yang pintunya hampir lepas.

Beruntungnya sejak jauh-jauh hari, Nurma sudah mempersiapkan baju baru untuk Tedi, meskipun baju itu di dapat dari hasil kredit sehari seribu. Satu stel baju koko dan satu stel lagi baju biasa.

"Tedi mau makan dulu ya Ma, sekarang gak puasa kan Ma? kan udah lebaran."

"Ya udah Tedi makan dulu ya, udah makan langsung susul Bapak ke masjid!"

Dengan semangat Tedi berjalan ke dapur.

"Ayam gorengnya dekat kompor, di bawah tutup panci," teriak Nurma agar Tedi tidak kesulitan mencari makanan yang dia inginkan sejak kemarin sore.

Tedi sangat menikmati ayam goreng buatan Ibunya, dia mengambil ayam itu sedikit demi sedikit karena sayang jika buru-buru di habiskan.

"Tedi ke masjid dulu ya Ma," ucap Tedi pamit setelah perutnya kenyang terisi.

"Iya, awas ya jangan main-main, jangan ganggu orang lain!" pesan Nurma pada anak satu-satunya itu.

Tedi memang sudah terbiasa pergi ke masjid sendirian karena jaraknya dari rumah cukup dekat.

Nurma pun langsung bersiap, dia menggunakan pakaian terbaik yang ia punya, lalu melangkahkan kaki ke masjid.

Setelah shalat ied selesai, Nurma, Tedi dan Hendi pulang secara bersamaan, sepulang dari masjid mereka langsung saling meminta maaf satu sama lain, lalu mereka menikmati sarapan pertamanya setelah 30 hari berpuasa.

"Masakan Neng emang enak, lihat tuh, Tedi lahap banget sampai berkali-kali nambah," Hendi memuji masakan istrinya.

"Langsung ke rumah Ibu, Neng?" tanya Hendi saat makan telah selesai.

"Iya,"

"Ya udah Akang tunggu di depan ya!"

"Iya, Neng beresin dapur dulu ya, sama nyiapin nasi dan semur ayam yang akan di bawa ke sana."

Nurma mengambil rantang, kemudian memasukkan nasi dan semur ayam ke dalamnya. Karena hanya itu yang dia punya, meskipun dia sudah bisa menebak Ratri pasti tidak akan menghargai apa yang dia bawa sekarang.

Nurma, beserta suami dan anaknya pergi ke rumah Ratri dengam berjalan kaki karena memang rumah Nurma dan Ibunya itu sangat dekat.

Sesampainya di sana, rumah Ibunya ternyata sepi tidak ada siapa-siapa, berkali-kali Nurma mengucap salam namun tidak ada jawaban, pintu rumahpun dalam keadaan terkunci, sepertinya Ibu dan adik-adiknya itu memang tidak ada di rumah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
D6ta
baru baca sampe sini, rasanya sedih banget :-(
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Akhir (TAMAT)

    Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma mencari keberadaan Bu Ratri

    Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Ucapan Lukman yang menyakiti Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma dilema

    Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Nurma pergi dari rumah Fauzi

    Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi

  • Keluargaku Takabur Setelah Kubuat Makmur   Hal memilukan bagi Nurma

    Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status