Share

Bab 3

Author: Mahirah
Aku menghela napas pelan, lalu pergi ke sekolah untuk mengambil kuota rekomendasi, barulah aku pulang ke rumah.

Ayah dan Ibunya sudah menyiapkan satu meja penuh hidangan. Begitu melihatku kembali, Ibunya langsung menggenggam tanganku dengan gembira.

“Shella, kalian cepat sekali menyelesaikan urusan akta nikanya. Tapi, kenapa Richard tidak pulang bersamamu?”

“Dia ada urusan di kantor, harus kembali bekerja.”

Ibunya langsung mengomel, “Anak itu, ini kan hari pernikahan kalian, masa kerjaannya tidak bisa ditunda sebentar saja?”

Ayahnya tertawa, “Laki-laki yang fokus pada karier itu bagus. Toh sudah menikah, makan malam bersama bisa kapan saja.”

Ibunya masih mendengus tak puas.

Melihat kehangatan di depan mataku, mataku mulai terasa perih.

“Paman, Bibi, aku dan Richard tidak jadi menikah. Aku sudah mengurus semua keperluan studi ke luar negeri. Beberapa hari lagi, aku akan berangkat.”

Ibunya langsung tampak terkejut.

“Kenapa tidak jadi menikah? Apa Richard telah menyakitimu? Anak itu cuma keras kepala, tapi soal kamu, dia itu sangat peduli. Sebenarnya, dia menyukaimu dari hati terdalamnya.”

“Lagipula dulu kamu belajar psikologi sendiri, siang malam menemani dia dan jadi pendampingnya. Ketulusanmu pada dia kami saksikan sendiri. Kalian saling mencintai, tentu seharusnya bersama. Apalagi kamu tahu sendiri, Michelle itu bukan orang baik. Kita tidak bisa membiarkan dia berhasil.”

Ayahnya juga buru-buru menambahkan, “Richard itu cuma keras kepala saja. Kalau kamu tetap mempertahankan pernikahan ini, lama-lama dia pasti akan luluh juga.”

Semua kata-kata ini terdengar familiar. Dahulu mereka juga pernah mengatakan hal yang sama.

Sayangnya, hasil dari memaksakan semuanya… hanyalah penyesalan bagi semua orang.

Aku menggenggam tangan Ibunya, lalu berkata pelan, “Paman, Bibi, jangan terlalu emosi dulu. Dengarkan aku. Meski berat untuk kuakui, tapi buah yang dipaksa matang memang tidak akan manis. Richard... dia sebenarnya tak pernah mencintaiku.”

“Kemarin malam aku bermimpi. Dalam mimpi itu, kami sudah menikah. Tapi dia enggan menemuiku, menghabiskan hari-harinya di kantor sampai jatuh sakit. Aku membuatkan bubur untuknya, tapi dia tidak mau makan. Meski sakit, dia menolak dirawat olehku. Dia bilang, rasa sakit yang kuberikan lebih besar dari kebahagiaan yang pernah kurasa. Bahkan, di usia tiga puluh tahun, dia meninggal tertabrak truk demi menyelamatkanku.”

Saat mengucapkannya, dadaku terasa nyeri sampai sulit bernapas.

Ibunya tertegun. “Itu… itu cuma mimpi, Shella. Richard tidak akan begitu.”

Aku menghirup napas dalam-dalam, memaksakan diri untuk tersenyum.

“Paman, Bibi… mimpi adalah sebuah pertanda. Aku ingin dia tidak menikah denganku. Kami tidak harus menjadi suami istri. Yang aku inginkan hanyalah dia bisa hidup panjang umur dan bahagia.”

“Dan semua ini ada polanya. Richard mencintai musik, dia tidak suka dunia bisnis. Dia juga benci hidup yang ditentukan orang lain. Kalau dulu tangannya tidak cedera, dia pasti takkan masuk ke dunia ini. Sekarang pun sama. Kalau bukan karena paksaan orang tua, dia juga takkan menikah denganku.”

“Segala akar permasalahan dimulai dari aku. Semua salahku. Dan aku tak ingin terus melakukan kesalahan.”

“Aku sudah menyiapkan semuanya untuk kuliah ke luar negeri. Semua kebaikan Paman dan Bibi akan selalu kuingat. Di masa depan, aku pasti akan tetap berbakti pada kalian.”

Ibunya diam-diam menyeka air matanya.

“Kamu anak baik. Justru Richard yang tak cukup beruntung bisa menikah denganmu.”

Aku memeluknya, tersenyum dengan mata yang memerah.

“Tak masalah. Kalau aku tak bisa menjadi menantu kalian, aku bisa jadi putri kalian. Di masa depan, aku tetap akan menjaga kalian berdua.”

Akhirnya ayah dan ibunya pun ikut tersenyum dalam tangis. Mereka menerima keputusanku.

Aku pun teringat pada catatan harian Richard, di sana tertulis tentang tiga penyesalan terbesar dalam hidupnya. Ini… sepertinya, bisa dihitung sebagai penyesalan kedua yang berhasil kuperbaiki.

Waktu yang diberikan mesin waktu hanya tersisa 36 jam. Kini, tersisa satu penyesalan terakhir. Bisakah aku menyelesaikannya dengan lancar?

Menjelang malam, aku pergi sendiri ke observatorium.

Itu adalah tempat terbaik untuk menyaksikan hujan meteor. Tanganku bertumpu pada pagar besi, dan entah mengapa… aku merasa sedikit berharap.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 9

    Setelah pengumuman itu keluar, namaku ternyata benar-benar masuk dalam daftar.Hari itu, aku menemui Richard di sebuah kafe, langsung bertanya padanya, “Ini kau yang bantu, kan? Apa yang kau korbankan?”Dia menjawab, “Aku hanya menyerahkan sebagian kecil saham, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau pantas mendapatkan ini.”Aku hampir tertawa karena kesal. Ini bukan hal sepele. Kemungkinan besar, sebelum melakukan itu, dia bahkan tidak meminta persetujuan rapat pemegang saham.Richard berkata, “Semua itu tidak penting. Asalkan kau bahagia, itu sudah cukup. Karena bagiku, kaulah orang paling penting.”Orang paling penting?Melihatku terus memandanginya tanpa berkata-kata, telinga Richard memerah. Ia berdeham dua kali, lalu berkata dengan canggung,“Dua hari yang lalu aku melihat kamu menyukai sebuah postingan ladang bunga. Malam ini, aku sudah siapkan kejutan. Nanti kalau kau...”“Richard.”Aku menyela dengan suara pelan. Melihat ekspresiku yang berubah, ia buru-buru menjelaskan,“Kau ti

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 8

    Namun saat itu, meskipun aku telah mencintainya selama bertahun-tahun, hatiku sama sekali tidak bergetar. Aku menolak pengakuan cintanya dengan tegas, lalu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi seorang diri.Sepuluh tahun berikutnya, aku mencurahkan seluruh waktu dan tenaga untuk studi dan karier. Hidupku berjalan lancar, tanpa hambatan berarti.Setelah kembali dari luar negeri, aku mengajar sebagai profesor di sebuah universitas ternama dalam negeri.Sementara itu, di sisi lain, Richard yang menyadari adanya kesalahan pada akta nikahnya keesokan harinya, langsung pergi ke kantor catatan sipil untuk mengurus perceraian.Hal itu sempat membuatku cukup terkejut. Namun untungnya, tindakannya itu tidak berdampak pada diriku di masa kini. Aku pun diam-diam menghela napas lega.Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Richard tak lagi seperti dahulu.Ia tak pernah lagi bertengkar denganku. Bahkan penyakit maag parah yang dulu dideritanya karena kelaparan pada suatu masa kelam, kini berhasil d

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 7

    Dalam rekaman itu, suara Michelle terdengar, penuh perhitungan dan hasutan, “Bibi, Anda pikir memaksa Richard menikahi Shella akan membuatnya benar-benar mencintai Shella? Aku hanya perlu menggerakkan jari, membuat beberapa kebohongan, dan dia akan langsung berlari mencariku seperti anak anjing.”“Dia itu, selalu percaya penuh pada setiap ucapanku. Di hatinya, satu-satunya yang dia cintai hanyalah aku. Bahkan kalau aku mempermainkannya seumur hidup, dia pun akan menerimanya dengan senang hati. Tapi ya, dia cuma cadangan bagiku. Ketimbang mencintai satu orang, aku lebih suka mencari sensasi dengan banyak orang.”Dalam rekaman, suara Ibunya terdengar marah dan memaki, “Dasar perempuan tak tahu malu! Tidak takut disambar petir, hah?!”Di ujung sana terdengar tawa mengejek, lalu rekaman pun terputus.Richard terdiam, terpaku mendengar semua itu. Rekaman itu sama sekali tidak seperti yang ia bayangkan.Ibunya menepuk bahunya, berbicara dengan nada berat, “Kami tidak tahu racun apa yang dia

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 6

    Termos sup hangat terjatuh ke lantai dengan suara nyaring, isinya tumpah berceceran.Kemudian disusul oleh teriakan marah yang penuh dengan ketidakpercayaan dari Richard."Apa yang kamu bilang?!"Seolah ada palu besar menghantam dadanya, nyeri hebat menjalar dari jantung ke seluruh tubuh.Richard memaksa dirinya untuk tetap tenang. Ia segera melangkah dua langkah ke arah pintu, namun mendadak lututnya lemas, tubuhnya limbung. Beruntung asistennya dengan sigap menangkapnya.“Di mana dia sekarang? Bawa aku menemuinya sekarang juga!”Asisten buru-buru mengantar Richard ke depan ruang rawat. Richard langsung mendorong pintu kamar pasien dengan tenaga penuh.“Tunggu sebentar, Tuan Richard, Anda belum bisa masuk sekarang!”Beberapa perawat bergegas ingin menghentikannya, namun semua didorong menjauh olehnya.Begitu sampai di sisi tempat tidur, tangan Richard gemetar saat menyingkap kain putih yang menutupi wajah jenazah. Tubuhnya langsung terpaku.“Dia... bukan Shella?”Seorang perawat yang

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 5

    Dia selalu seperti itu, salah paham padaku. Andai ini terjadi sepuluh tahun lalu, mataku pasti sudah memerah dan bersikeras membela diri.Tapi kini, saat perpisahan sudah di depan mata, ketika kami takkan lagi memiliki keterkaitan di masa depan, disalahpahami atau tidak… semua itu sudah tak penting lagi.Saat itu, Richard akhirnya membuka suara. “Dulu aku pernah janji menemanimu melihat hujan meteor, tapi aku gagal menepatinya. Aku ingat kau pernah bilang ingin pergi ke Jogja. Beberapa hari lagi, aku akan menemanimu ke sana, kita liburan bersama.”Tak kusangka dia masih mengingat hal itu. Aku terkejut sejenak, lalu menggeleng pelan.“Tak perlu.”Kali ini, Richard tidak menyindir atau bersikap sarkastik. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan memesan tiket pesawat lima hari ke depan.“Kau marah padaku, aku bisa mengerti. Aku sudah memesan tiketnya. Setelah kau pulih beberapa hari ke depan, kita pergi berbulan madu.”“Tak perlu, Richard.”Richard menatapku. Aku berkata pelan, “Tak perlu mem

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 4

    Tak tahu sudah menunggu berapa lama, tiba-tiba pintu di belakang terbuka. Aku menoleh dengan penuh harap.“Richard, kau datang.”Namun yang kulihat adalah wajahnya yang gelap, ia melangkah cepat ke arahku, matanya dipenuhi amarah.“Shella, hanya karena aku tak mengantarmu pulang dan memilih menemani Michelle, kau langsung mengadu pada orang tuaku? Kau tahu tidak, mereka menelepon dan memarahi Michelle habis-habisan. Dia jadi hilang fokus, tertabrak saat menyeberang jalan, sekarang mengalami pendarahan hebat dan hampir mati. Puas sekarang?”Aku terpaku di tempat.Di kehidupan sebelumnya, Michelle juga mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami pendarahan hebat, lalu meninggal karena kekurangan darah di bank darah rumah sakit.Kalau dulu Richard hanya mencaci maki dengan kata-kata tajam, setelah kejadian itu dia benar-benar membenciku.Tapi itu terjadi sebulan setelah pernikahan kami. Kenapa sekarang terjadi jauh lebih awal?Awalnya aku masih memikirkan bagaimana cara memenuhi permin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status