Share

Bab 5

Author: Mahirah
Dia selalu seperti itu, salah paham padaku. Andai ini terjadi sepuluh tahun lalu, mataku pasti sudah memerah dan bersikeras membela diri.

Tapi kini, saat perpisahan sudah di depan mata, ketika kami takkan lagi memiliki keterkaitan di masa depan, disalahpahami atau tidak… semua itu sudah tak penting lagi.

Saat itu, Richard akhirnya membuka suara. “Dulu aku pernah janji menemanimu melihat hujan meteor, tapi aku gagal menepatinya. Aku ingat kau pernah bilang ingin pergi ke Jogja. Beberapa hari lagi, aku akan menemanimu ke sana, kita liburan bersama.”

Tak kusangka dia masih mengingat hal itu. Aku terkejut sejenak, lalu menggeleng pelan.

“Tak perlu.”

Kali ini, Richard tidak menyindir atau bersikap sarkastik. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan memesan tiket pesawat lima hari ke depan.

“Kau marah padaku, aku bisa mengerti. Aku sudah memesan tiketnya. Setelah kau pulih beberapa hari ke depan, kita pergi berbulan madu.”

“Tak perlu, Richard.”

Richard menatapku. Aku berkata pelan, “Tak perlu memaksakan. Juga tak perlu merasa bersalah padaku. Ini adalah sesuatu yang harus kubayar.”

Kalimat itu bukan hanya untuk Richard, tapi juga untuk diriku sendiri.

Richard tampak tak senang dan menyela, “Apa maksudmu bicara seperti itu?”

Aku tak menjawab lagi. Keheningan menggantung di antara kami.

Ia berbalik, mengambil gelas, dan hendak menuangkan air hangat untukku.

Aku melihat tangannya bergetar tak terkendali. Mungkin karena hari ini hujan, cedera lamanya kembali kambuh.

Kenangan dan rasa sakit mendadak menyerbu dalam diam. Aku bertanya, “Untuk menyelamatkanku hingga jadi seperti ini… kau menyesal?”

Richard menunduk, meletakkan gelas air di hadapanku. Rambutnya menutupi alis dan matanya.

Ia berkata, “Tidak menyesal. Meski saat itu bukan kau, aku tetap akan menyelamatkan siapa pun.”

“Bahkan saat gempa waktu itu juga?”

Aku melihat jari-jarinya menegang sesaat. Ia menjawab, “Iya. Siapa pun itu, aku pasti akan menyelamatkannya.”

Benar saja, dia memang pria yang berhati lembut dan penuh kebaikan.

Aku tersenyum, tapi air mata perlahan mengalir di pipiku.

“Terima kasih, Richard. Kau sungguh orang yang sangat baik. Dulu aku malah membalas budi dengan menyakitimu, terus menerus mengganggumu dan tak pernah mau melepaskan. Pasti itu sangat melelahkan bagimu.”

Dia, pria yang begitu baik, telah kucengkram dalam rasa sakit selama sepuluh tahun, lalu akhirnya kehilangan nyawanya demi menyelamatkanku. Aku benar-benar bencana dalam hidupnya.

Melihatku menangis, mata Richard untuk pertama kalinya tampak panik.

“Kau bicara apa sih… aku…”

Saat itu, sekretarisnya tiba-tiba berlari masuk dengan tergesa.

“Tuan Richard! Nona Michelle sudah sadar!”

“Aku pergi melihatnya dulu.” Richard langsung berseri-seri, buru-buru berbalik dan pergi. Tapi aku memanggil namanya pelan.

Ia menoleh. Aku tersenyum padanya, cerah dan tenang.

“Maafkan aku, Richard.”

“Semoga hidupmu kelak dipenuhi damai dan kebahagiaan. Semoga semua keinginanmu tercapai.”

Tatapan Richard berubah. Ia langsung menyadari ada yang tidak beres.

“Ngomong apa sih? Ini cuma sebentar. Aku cuma ingin lihat Michelle. Aku masih ingin bicara denganmu. Tunggu aku kembali.”

Lalu, ia berbalik dan pergi.

Waktu untuk kembali ke masa lalu, tinggal kurang dari setengah jam.

Aku mencabut jarum infus dari tanganku dan bangkit, melangkah keluar dari rumah sakit.

Saat Richard selesai menjenguk Michelle, ia membawa sekantong besar sup tonik dan masuk kembali ke kamar rawatku.

Namun kamar itu kosong. Ia memanggil-manggil namaku beberapa kali dengan ragu, tapi tak ada jawaban.

Hati Richard diliputi kegelisahan yang tak bisa dijelaskan. Ia merogoh ponsel dan hendak meneleponku. Namun tepat saat itu, sekretarisnya berlari masuk dengan napas tersengal.

“Tuan Richard! Ada kabar buruk!”

Dengan napas terputus-putus, sang sekretaris berseru lantang.

“Sepuluh menit yang lalu, Nona Shella mengalami kecelakaan dan mengalami pendarahan hebat. Tapi… saat itu bank darah rumah sakit kosong. Nona Shella, gagal diselamatkan, dan meninggal dunia.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuraini Hardiyah
bonusnya buat apa? gimana cara buka bab selanjutnya? ribet banget sich! Sdh bukan bonus banyak Tapi g bisa dipakai buka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 9

    Setelah pengumuman itu keluar, namaku ternyata benar-benar masuk dalam daftar.Hari itu, aku menemui Richard di sebuah kafe, langsung bertanya padanya, “Ini kau yang bantu, kan? Apa yang kau korbankan?”Dia menjawab, “Aku hanya menyerahkan sebagian kecil saham, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau pantas mendapatkan ini.”Aku hampir tertawa karena kesal. Ini bukan hal sepele. Kemungkinan besar, sebelum melakukan itu, dia bahkan tidak meminta persetujuan rapat pemegang saham.Richard berkata, “Semua itu tidak penting. Asalkan kau bahagia, itu sudah cukup. Karena bagiku, kaulah orang paling penting.”Orang paling penting?Melihatku terus memandanginya tanpa berkata-kata, telinga Richard memerah. Ia berdeham dua kali, lalu berkata dengan canggung,“Dua hari yang lalu aku melihat kamu menyukai sebuah postingan ladang bunga. Malam ini, aku sudah siapkan kejutan. Nanti kalau kau...”“Richard.”Aku menyela dengan suara pelan. Melihat ekspresiku yang berubah, ia buru-buru menjelaskan,“Kau ti

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 8

    Namun saat itu, meskipun aku telah mencintainya selama bertahun-tahun, hatiku sama sekali tidak bergetar. Aku menolak pengakuan cintanya dengan tegas, lalu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi seorang diri.Sepuluh tahun berikutnya, aku mencurahkan seluruh waktu dan tenaga untuk studi dan karier. Hidupku berjalan lancar, tanpa hambatan berarti.Setelah kembali dari luar negeri, aku mengajar sebagai profesor di sebuah universitas ternama dalam negeri.Sementara itu, di sisi lain, Richard yang menyadari adanya kesalahan pada akta nikahnya keesokan harinya, langsung pergi ke kantor catatan sipil untuk mengurus perceraian.Hal itu sempat membuatku cukup terkejut. Namun untungnya, tindakannya itu tidak berdampak pada diriku di masa kini. Aku pun diam-diam menghela napas lega.Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Richard tak lagi seperti dahulu.Ia tak pernah lagi bertengkar denganku. Bahkan penyakit maag parah yang dulu dideritanya karena kelaparan pada suatu masa kelam, kini berhasil d

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 7

    Dalam rekaman itu, suara Michelle terdengar, penuh perhitungan dan hasutan, “Bibi, Anda pikir memaksa Richard menikahi Shella akan membuatnya benar-benar mencintai Shella? Aku hanya perlu menggerakkan jari, membuat beberapa kebohongan, dan dia akan langsung berlari mencariku seperti anak anjing.”“Dia itu, selalu percaya penuh pada setiap ucapanku. Di hatinya, satu-satunya yang dia cintai hanyalah aku. Bahkan kalau aku mempermainkannya seumur hidup, dia pun akan menerimanya dengan senang hati. Tapi ya, dia cuma cadangan bagiku. Ketimbang mencintai satu orang, aku lebih suka mencari sensasi dengan banyak orang.”Dalam rekaman, suara Ibunya terdengar marah dan memaki, “Dasar perempuan tak tahu malu! Tidak takut disambar petir, hah?!”Di ujung sana terdengar tawa mengejek, lalu rekaman pun terputus.Richard terdiam, terpaku mendengar semua itu. Rekaman itu sama sekali tidak seperti yang ia bayangkan.Ibunya menepuk bahunya, berbicara dengan nada berat, “Kami tidak tahu racun apa yang dia

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 6

    Termos sup hangat terjatuh ke lantai dengan suara nyaring, isinya tumpah berceceran.Kemudian disusul oleh teriakan marah yang penuh dengan ketidakpercayaan dari Richard."Apa yang kamu bilang?!"Seolah ada palu besar menghantam dadanya, nyeri hebat menjalar dari jantung ke seluruh tubuh.Richard memaksa dirinya untuk tetap tenang. Ia segera melangkah dua langkah ke arah pintu, namun mendadak lututnya lemas, tubuhnya limbung. Beruntung asistennya dengan sigap menangkapnya.“Di mana dia sekarang? Bawa aku menemuinya sekarang juga!”Asisten buru-buru mengantar Richard ke depan ruang rawat. Richard langsung mendorong pintu kamar pasien dengan tenaga penuh.“Tunggu sebentar, Tuan Richard, Anda belum bisa masuk sekarang!”Beberapa perawat bergegas ingin menghentikannya, namun semua didorong menjauh olehnya.Begitu sampai di sisi tempat tidur, tangan Richard gemetar saat menyingkap kain putih yang menutupi wajah jenazah. Tubuhnya langsung terpaku.“Dia... bukan Shella?”Seorang perawat yang

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 5

    Dia selalu seperti itu, salah paham padaku. Andai ini terjadi sepuluh tahun lalu, mataku pasti sudah memerah dan bersikeras membela diri.Tapi kini, saat perpisahan sudah di depan mata, ketika kami takkan lagi memiliki keterkaitan di masa depan, disalahpahami atau tidak… semua itu sudah tak penting lagi.Saat itu, Richard akhirnya membuka suara. “Dulu aku pernah janji menemanimu melihat hujan meteor, tapi aku gagal menepatinya. Aku ingat kau pernah bilang ingin pergi ke Jogja. Beberapa hari lagi, aku akan menemanimu ke sana, kita liburan bersama.”Tak kusangka dia masih mengingat hal itu. Aku terkejut sejenak, lalu menggeleng pelan.“Tak perlu.”Kali ini, Richard tidak menyindir atau bersikap sarkastik. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan memesan tiket pesawat lima hari ke depan.“Kau marah padaku, aku bisa mengerti. Aku sudah memesan tiketnya. Setelah kau pulih beberapa hari ke depan, kita pergi berbulan madu.”“Tak perlu, Richard.”Richard menatapku. Aku berkata pelan, “Tak perlu mem

  • Kembali Ke Masa lalu, Merelakan Suamiku   Bab 4

    Tak tahu sudah menunggu berapa lama, tiba-tiba pintu di belakang terbuka. Aku menoleh dengan penuh harap.“Richard, kau datang.”Namun yang kulihat adalah wajahnya yang gelap, ia melangkah cepat ke arahku, matanya dipenuhi amarah.“Shella, hanya karena aku tak mengantarmu pulang dan memilih menemani Michelle, kau langsung mengadu pada orang tuaku? Kau tahu tidak, mereka menelepon dan memarahi Michelle habis-habisan. Dia jadi hilang fokus, tertabrak saat menyeberang jalan, sekarang mengalami pendarahan hebat dan hampir mati. Puas sekarang?”Aku terpaku di tempat.Di kehidupan sebelumnya, Michelle juga mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami pendarahan hebat, lalu meninggal karena kekurangan darah di bank darah rumah sakit.Kalau dulu Richard hanya mencaci maki dengan kata-kata tajam, setelah kejadian itu dia benar-benar membenciku.Tapi itu terjadi sebulan setelah pernikahan kami. Kenapa sekarang terjadi jauh lebih awal?Awalnya aku masih memikirkan bagaimana cara memenuhi permin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status