Share

Bab 3. Takdir Leticia

Author: RibyNabe
last update Last Updated: 2023-10-01 14:26:43

"Apa kau ... serius?" tanya Leticia setengah tidak percaya pada apa yang baru dikatakan oleh Tytan.

Tytan mengangguk sekali tanpa keraguan yang justru membuat Leticia semakin ragu. Saat sebuah keajaiban itu datang lagi, Leticia bertanya-tanya dan meragukannya.

"Tytan, kau ..." ucapnya tanpa meneruskan perkataannya.

Leticia berkali-kali menelan apa yang ingin ditanyakannya. Ia mempertimbangkan karena merasa pertanyaan tersebut agak kurang ajar untuk seseorang yang sudah menolongnya. Namun, ia tidak bisa menyingkirkan perasaan waspada ini begitu saja sebab semua terasa terlalu mudah.

"Ada apa, Leticia?" tanya kembali Tytan yang masih memperhatikan gadis itu yang tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Tidak apa, aku, aku hanya terkejut dan tidak percaya. Kau tahu, kalau penawaran ini tidak ada untungnya bagimu," jawabnya dengan gugup karena berusaha menyembunyikan keingintahuannya.

"Sekarang mungkin ya, tetapi tidak dengan nanti. Anggap saja jika aku sedang berinvestasi padamu." Leticia menatap dalam netra Tytan, berusaha mencari sebuah celah kebohongan darinya. Namun, sejauh apapun, netra tersebut penuh dengen keyakinan.

Tidak, Leticia seharusnya tidak meragukan Tytan dan merasa rendah diri. Ia mungkin sekarang tidak berguna dan tidak menguntungkan, tetapi pasti akan selalu ada masanya dia yang membutuhkan bantuan. Apapun itu, Leticia harus membalas budi pada Tytan yang sudah membantu sejauh ini. Dilihat bagaimanapun, ini adalah opsi yang lebih baik dari masa lalunya. Bahkan jika ini yang terburuk, ia setidaknya telah membuat perubahan dari masa lalu dan tidak akan menyesal.

"Tytan, terima kasih, aku akan selalu berterima kasih," kata Leticia dengan tulus sambil menggenggam tangan besar itu yang sudah menolongnya.

Tytan memandang tautan tangan mereka yang terjalin. Leticia segera menyadari arah pandangannya dan merasa jika ia sudah membuat kesalahan. Jadi, ia melepaskan tangan Tytan dengan canggung sambil berucap maaf. Pipinya secara alami memerah menahan malu.

"Karena kita sudah di gereja, kita bisa menikah sekarang," ujarnya yang membuat Leticia mau tak mau kembali menatap pria itu.

"I-iya, aku akan merapikan diriku dulu," sahut Leticia salah tingkah.

Sejak tadi tidak ada perubahan ekspresi apapun dalam wajah Tytan. Itu harus disyukuri Leticia karena dia tidak memberikan reaksi yang semakin membuat wajahnya jatuh.

Tytan berbalik hendak meninggalkan Leticia yang akan bersiap, tetapi gadis itu segera berdiri. Ia menahan lengan kemeja yang dikenakan pria itu.

Untuk sekejap Leticia melupakan sesuatu yang teramat penting. Gabriella. Ibu titinya itu masih ada di sini. Tidak ada kepastian dia tidak akan berusaha menculiknya dan menikahkannya lagi, meski orang-orang Tytan sekalipun ada. Selama hidup belasan tahun bersamanya, Leticia mengetahui dengan baik bagaimana ambisi Gabriella.

"Aku tidak akan mengingkari janjiku, orang-orangku ada diluar dan tetap berjaga." Belum sempat Leticia mengutarakan kekhawatirannya, Tytan sudah mengetahui apa yang ditakutkan gadis itu.

Bukan Leticia tidak percaya pada Tytan, tetapi pada Gabriella, masalah utamanya. Ia menggeleng pelan karena terlalu takut. Tytan melepaskan tangan Leticia dari lengan kemejanya kemudian merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah gelang perak polos lalu memasangnya di tangan gadis itu.

"Tekan ini jika ada sesuatu. Gelang ini terhubung pada kalungku," ucapnya memberitahu sambil mendemonstrasikan apa yang ia katakan.

Leticia memperhatikan dengan seksama saat Tytan menekan tombol kecil yang terdapat di bagian dalam gelangnya. Lalu secara alami kalung yang dikenakan Tytan di dalam kemejanya mengeluarkan cahaya merah berkedip, disertai bunyi nyaring satu kali. Sungguh menakjubkan alat yang canggih tersebut.

Itu membuat Leticia sedikit tenang. Ia menatap kembali pada Tytan dengan senyumnya dan berkata, "Terima kasih."

Pria itu tidak menjawab dan berlalu pergi melanjutkan langkahnya meninggalkan Leticia dengan sedikit terburu. Sejak tadi telinganya terasa berdengung dan gatal. Apalagi detak jantungnya yang tidak nyaman setiap saat melihat gadis menyedihkan tersebut.

Ketika keluar dan baru saja menutup pintu, seseorang telah menunggunya. Tanpa perlu menoleh pun, ia sudah tahu siapa gerangan. Wanita itu dipegangi oleh salah satu bodyguardnya karena bergegas mendekat pada Tytan begitu ia keluar.

"Kau tidak bisa menikah dengannya, kau akan menyesalinya! Kau tidak tahu berurusan dengan siapa!" semprot Gabriella, menaikkan nada suaranya satu oktaf.

"Lepaskan aku, jangan menyentuhku!" Gabriella meronta saat satu orang yang memeganginya, menguatkan cengkramannya.

"Kaulah yang tidak tahu berurusan dengan siapa, Nyonya Ramona." Tytan melanjutkan langkahnya sambil mengisyaratkan bodyguardnya agar mengikutsertakan wanita itu.

Setelah berada di lorong yang cukup sepi, Tytan memerintahkan bodyguard yang memegangi Gabriella agar melepaskannya. Ia menaruh kedua tangannya di dalam saku celana bahannya. Menunggu apalagi yang akan dikatakan wanita tersebut. Tytan berusaha menahan diri agar tangannya tidak mengeluarkan senjata api yang ia sembunyikan. Rasionalitasnya terus mengatakan agar tidak bertindak impulsif.

"Leticia akan menikahi pria bernama Tytan Castellano! Dia adalah pria kaya raya penguasa negara ini, kau tahu?!" Gabriella kembali memarahi Tytan sambil menunjuknya dengan keangkuhan berbekal nama Castellano. Ia tersenyum remeh padanya sambil melipat tangannya di depan dada. "Asal kau tahu, dia bukan pria sembarangan. Dia adalah pria yang cukup berbahaya. Jika kau tidak ingin berurusan dengannya, sebaiknya lepaskan Leticia. Aku tahu anak itu berbohong, 'kan?"

"Nyonya Ramona ..."

Merasa sudah cukup mendengarkan, Tytan melangkah medekat padanya. Ia menghembuskan napas dengan kasar, bersama emosi yang tidak biasanya sulit dikendalikan. Wanita ini entah bagaimana sangat-sangat menjengkelkan di matanya. Hingga hasrat untuk menembak kepalanya muncul ke permukaan.

'Kaki, tangan, atau wajah?' gumam Tytan dalam batin sambil memperhatikan bagian-bagian tubuh Gabriella. Dalam bayangannya, itu mengingatkan dirinya pada luka seseorang. Memikirkan bagaimana ia harus membalasnya.

"Aku penasaran bagaimana reaksi Massimo saat mengetahui rekannya dengan mudah membocorkan sebuah rahasia miliknya." Ketika mendengar nama tersebut, ekspresi Gabriella berubah terkejut.

"Jangan menyentuh calon istriku dan jangan mengatakan apapun soalku lagi di depannya. Atau Massimo akan memerintahkanku untuk menembakmu dan seluruh keluargamu," ancam Tytan tajam sebelum akhirnya ia meninggalkan Gabriella.

Gabriella menatap kosong punggung Tytan yang sudah berlalu pergi. Ia merasa seakan menjadi orang terbodoh. Semua keangkuhan yang dimiliki jatuh ke dasar dan berganti dengan rasa malu. Kemudian banyak pertanyaan yang timbul di dalam kepalanya, tetapi tiada jawaban. Ia bergegas kembali ke ruangan Leticia yang kali ini tidak ada penjaganya.

Ketika masuk, ia melihat gadis itu telah memakai gaun pengantin yang lengkap seperti sedia kala. Ekspresi terkejut dan ketakutannya yang selama ini selalu dinikmati olehnya, kali ini terasa sangat menjengkelkan. Ingin rasanya Gabriella memukul wajah itu dan mencercanya dengan pertanyaan, tetapi ia tidak memiliki pilihan selain menahan diri.

"I-ibu, maksudku, Nyonya," ucap Leticia dengan suara bergetar takut.

"Leticia." Gabriella melangkah mendekatinya yang membuat Leticia semakin bergerak gelisah.

Meski tidak bisa melakukan apapun, ia lupa jika anak biri-biri itu sudah ketakutan hanya dengan eksistensinya saja. Gabriella tersenyum sangat lembut, menunjukkan respon yang tak biasa kali ini.

"Panggil aku ibu, tidak apa-apa. Kamu akan menikah sebentar lagi," ucapnya tak kalah lembut.

"I-ibu, kenapa Ibu ada di sini?" tanya Leticia sambil menyentuh gelang pemberian Tytan, bersiap-siap jika ibu tirinya ini melakukan sesuatu.

Gabriella tiba-tiba tertawa alami, seakan mendengar sesuatu yang lucu. Tangannya terangkat membuat Leticia reflek memejamkan matanya dan menghindar ketakutan. Tangan wanita itu hinggap di rambut Leticia, kemudian mengelusnya lembut. "Tentu saja aku datang untuk mendoakan pernikahanmu. Maafkan aku yang selama ini belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu, ya?"

Perkataannya sungguh manis dan seakan benar-benar sarat akan doa, tetapi tidak semudah itu dipercayai Leticia. Ibu tiri yang kejam dan tak pernah segan, bahkan untuk melemparnya ke dasar jurang, dalam beberapa menit berubah menjadi ibu penyayang. Meski ketakutan, Leticia bukan gadis polos yang bodoh lagi sekarang. Apa yang membuat Gabriella senang mengolok-oloknya?

"Leticia."

"Tytan ..."

-

-

-

To be continued

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 63. Sebuah Rencana

    "Leticia, aku ingin tahu apa yang kau dan D'angelo bicarakan selama aku memasak?" tuntut Tytan, melipat tangannya di depan dada sambil menatap istrinya yang merebahkan tubuhnya di atas kasur."Kau tidak bekerja?" tanya balik Leticia tanpa menatapnya."Apa yang membuatmu mengambil keputusan sebesar itu?" Baik Tytan maupun Leticia tidak ada yang mendengarkan ataupun menjawab pertanyaan satu sama lain.Leticia akhirnya lebih dulu duduk bersandar. Ia mulai menatap Tytan dengan lebih serius. Ia menunjuknya dan berkata, "Kau sendiri tidak memberitahuku atau bahkan berniat memberitahuku apa yang kalian berdua bicarakan.""Kau berencana sendiri, maka aku juga akan berencana sendiri." Giliran Leticia yang melipat tangannya dan membuang wajahnya dengan kesal."Baiklah, aku minta maaf." Tytan menghembuskan napas panjang dan menghampiri istrinya. Ia duduk di sampingnya, menyentuhnya, berusaha membuat Leticia menatapnya. "Aku minta maaf, Sayang.""Aku ... Aku mengajaknya bekerja sama, maksudku, me

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 62. Pilihan Leticia

    Tytan dan Leticia ke luar dari kamar mereka yang segera disambut oleh D'angelo. Leticia tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Ia mendadak salah tingkah dan segera menutupi lehernya dengan rambutnya yang tergerai."K-kau di sini? Se-sejak kapan?" tanya Leticia menoleh sekilas pada Tytan dengan tatapan tajam."Apa tidak ada tempat lain untukmu sendiri selain di depan kamar orang lain, huh?!" tegur Tytan menyalahkannya dan ikut kesal."Aku baru saja di sini karena mendengar suara-suara kenikmatan dari dalam kamarmu," jawab D'angelo yang semakin membuat Leticia mati kutu karena malu."D'angelo!" serunya keras.Alih-alih merasa bersalah, pria itu mengabaikan pasangan di depannya dan mengutarakan keinginannya dengan santai, "Aku lapar, Tytan."Tytan semakin naik pitam dan bersiap menghajarnya, tetapi Leticia menahannya. Meski merasa malu dan sangat ingin menghilang dari sana, ia tidak bisa memungkiri rasa laparnya. Ia tidak bisa mengabaikannya lagi karena janin di perutnya."Suda

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 61. Perjanjian

    "Angin semakin dingin. Aku ingin masuk saja." Leticia merapatkan mantelnya seraya berdiri."Biar saya antarkan sampai ke kamar Anda," ujar Diego dengan sigap.Leticia menggeleng menolak. "Aku bisa sendiri. Lakukan saja pekerjaanmu."Diego ingin membantahnya, tetapi Leticia melenggang meninggalkannya. Sebelum masuk, Leticia mendongak menatap ke arah ruang kerja suaminya. Ia menduga kedatangan D'angelo bukan tanpa alasan. Mereka pasti tengah mengobrol sesuatu di ruang kerja Tytan.Leticia pun melanjutkan langkahnya masuk. Ia perlahan menaiki undakan tangga, berusaha tidak menimbulkan suara. Sampai akhirnya di depan pintu ruang kerja Tytan, Leticia berhenti. Ia bisa mendengar suara dua orang berdialog, tetapi tidak terdengar jelas. Ia pun menempelkan telinganya."Aku tidak punya pilihan selain membunuhnya." Baru saja Leticia mendengar suara suaminya, degup jantungnya langsung berdebar hebat. Terkejut sekaligus takut."Tytan, aku memperingatkanmu, apa yang akan kau lakukan hanya merugikanm

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 60. Kepercayaan

    Satu minggu kemudianSejak ke luar dari rumah sakit, Leticia harus terbiasa dengan segala sikap over protektif suaminya. Ia ingin menghindari rumah sakit karena suasana dan makanannya, tetapi di rumah, Tytan justru membuatnya merasa seperti pasien di rumah sakit."Tytan ..." Leticia menghampiri suaminya di ruang kerjanya.Tytan yang melihat Leticia di depan ruangannya, segera berdiri dan menghampirinya. "Hei, kau bisa memanggilku dari kamar. Kenapa kau ke mari? Apa ada yang kau inginkan?""Ini sudah satu minggu, aku muak di kamar terus menerus. Aku ingin ke luar." Leticia menyuarakan keinginannya.Tytan bersiap untuk menggendongnya. "Baiklah, aku-""Tidak perlu! Aku bisa ke taman sendiri!" potong Leticia segera mencegahnya. Tytan hendak berbicara, tampak tidak setuju, tetapi ia segera melanjutkan, "Bersama Diego.""Diego?" ulangnya yang terdengar masih tidak menyetujuinya."Mau bagaimana lagi jika kau sedang bekerja?" ujar Leticia sembari melirik ke arah meja kerja suaminya. Ia terseny

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 59. Heart2Heart

    Leticia mengerang dalam tidurnya sebelum akhirnya terbangun karena rasa kering di tenggorokannya. Setelah membuka mata, ia menyerngit tidak nyaman oleh cahaya lampu yang menyilaukan. Ia mengerjap dan menoleh ke samping untuk menghindarinya. Lalu ia mendapati suaminya tidur di sofa."T-tytan ..." Leticia berusaha memanggil, tetapi karena suaranya yang ternyata jauh lebih kecil, membuatnya tidak terdengar.Akhirnya Leticia berusaha bangun dari tidurnya. Ia melihat ke atas nakas di mana gelas serta teko tergeletak. Ia pun berusaha mengambil gelasnya dan menuangkan air dari teko tersebut. Namun, tangannya yang tidak bertenaga membuat teko tersebut jatuh, menimbulkan suara yang bising."Hei, Sayang ..." Tytan pun terbangun. Dan seseorang menyusul masuk ke dalam ruangan. Itu adalah Diego yang kemungkinan ikut mendengar suara pecahan tekonya. "Tuan Muda, ada apa? Apa ada serangan?""Tidak, bukan. Apa kau baik-baik saja? Kau butuh sesuatu?" tanya Tytan sekali lagi pada Leticia sembari bangun d

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 58. Sandiwara D'angelo

    "Tuan Muda, bagaimana keadaan Nyonya Muda?" Begitu ke luar dari ruang rawat Leticia, Tytan disambut oleh pertanyaan Diego."Di mana dokter itu? Apa dia mengatakan sesuatu yang lain padamu?" tanya balik Tytan, mengabaikan pertanyaannya."Dokter menyarankan agar Nyonya Muda dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Jika tidak mau, pastikan untuk beristirahat total di rumah setidaknya selama seminggu ke depan. Jangan membuatnya stres dan jaga pola makan." Tytan mengangguk atas pernyataan yang dikatakan dokter itu melalui bawahannya.Ia menepuk pundaknya dan memberikan perintah, "Bawa barang-barang keperluan Leticia dan aku di rumah.""Baik," jawab Diego tanpa membantah. Namun, pria muda itu tak urung segera pergi. Ia menatap atasannya dengan sungkan dan memanggilnya pelan, "Tuan Muda.""Ada apa lagi?" tanya Tytan balas menatapnya."Nyonya mungkin mengalami syok berat setelah mengetahui identitas Anda. Jadi ...""Aku mengerti, aku tahu apa yang harus kulakukan. Sekarang pergi dan lakuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status